Mengenal Muqaddimah Shahih Muslim (3) : Hadits Mu’allaq dalam Shahih Muslim (1)



Mengenal Mukaddimah Shahih Muslim (3) : Hadits Mu’alaq dalam Shahih Muslim (1)

Kompilasi oleh : Reza Ervani

بسم الله الرحمن الرحيم

Selanjutnya  Imam Ibnul Hajjaj rahimahullah menuliskan :

 فأردت أرشدك الله أن توقف على جملتها مؤلفة محصاة وسألتني أن ألخصها لك في التأليف بلا تكرار يكثر فإن ذلك زعمت مما يشغلك عما له قصدت من التفهم فيها والاستنباط منها

“فأردتَ -أرشدك الله- أن توقَّف على جملتها مؤلفةً محصاةً”

“engkau memintaku – semoga Allah memberikan petunjuk kepadamu – untuk menyusun karya tulis”

Yang dimaksud dengan Mualafatan Muhshatan adalah : karya yang menghimpun seluruh komponen. Juga tidak bercampur dengan kalam yang bukan merupakan hadits seperti istinbath fuqaha atau pendapat ulama.

“محصاة”

Yakni dikhususkan untuk hadits-hadits marfu’, tidak seperti Shahih Bukhari yang juga menyertakan instinbath, yang merupakan interpretasi dari Imam Bukhari – rahimahullahu Ta’ala. Di dalamnya juga ada atsar shahabat dan tabi’in, sementara dalam shahih muslim dikhususkan di dalamnya hanya memuat hadits-hadits marfu’, tidak dimuat pula hadits mu’alaq didalamnya, melainkan sedikit sekali, sekitar dua belas atau empat belas hadits menurut Al Hafizh Abu Ali Al Ghassani Al Jayani yang dimuat dalam Mukaddimah Syarah Imam Nawawi. Juga jarang didapati di dalamnya atsar, tidak juga ada istinbath seperti di Shahih Bukhari, sebagaimana ucapan Ibnu Hazm, tidak ada setelah pengantar selain narasi hadits

Apa itu Hadits Mu’alaq ?

Syaikh DR. Mahmud Thahhan dalam Taysir Musthalahul Hadits menuliskan 1) Definisi Hadits Mu’alaq adalah :

  • Menurut Bahasa : Merupakan Isim maf’ul dari kata alaqa, yang berarti menggantungkan, mengaitkan sesuatu atau menjadikan sesuatu menggantung. Sanadnya dinamakan dengan mu’alaq karenan bersambung hanya di bagian atas saja, sementara pada bagian bawahnya terputus. Jadilah seperti sesuatu yang tergantung pada atap
  • Menurut Istilah : Hadits yang pada bagian awal sanadnya dibuang, baik seorang rawi, maupun lebih secara berturut-turut

Status Hadits Mu’alaq 

Syaikh DR. Mahmud Thahhan dalam Taysir Musthalahul Hadits menjelaskan 2) Hukum Hadits Mu’alaq :

Hadits Mu’alaq hukumnya mardud (tertolak), karena hilangnya salah satu syarat diterimanya suatu hadits, yaitu sanadnya harus bersambung. Hadits mu’alaq adalah hadits yang dibuang (hilang) seorang rawi ataupun lebih dari sanadnya, sementara kita tidak mengetahui keadaan rawi yang dibuang tersebut

Hukum Hadits Mu’alaq dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim

Imam Nawawi menuliskan dalam pengantar Syarahnya 3) :

Syaikh Imam Abu Amr bin Ash Shalah rahimahullah berkata : “Apa-apa yang terdapat dalam kedua kitab Ash Shahihain – Al Bukhari dan Muslim – yang penyebutannya secara munqathi’ TIDAK DIMASUKKAN ke dalam kategori munqathi yang bisa merubah keshahihannya menjadi dhaif. Tetapi dinamakan “Ta’liq” (diriwayatkan secara mu’allaq) sebagaimana dikatakan oleh Imam Abu Al Hasan Ad Daruquthni dan juga disebutkan oleh Al Hamidi dalam Kitab “Al Jami’u Baina Ash Shahihain”, dan juga telah disampaikan oleh para ulama lainnya. Hadits mu’alaq banyak dijumpai dalam Kitab Shahih Bukhari, sementara di Kitab Shahih Muslim relatif lebih sedikit.

Asy Syaikh melanjutkan,”Apabila hadits mu’allaq yang terdapat dalam kedua kitab itu disebut dengan lafazh jazm yang menguatkan bahwa diantara keduanya (atau selebihnya) terjadi keterputusan (inthiqa’), maka hadits itu telah benar-benar dikatakan. Atau dia meriwayatkan dan sanadnya bersambung sesuai dengan syarat yang berlaku.

Misalnya : Jika dikatakan :

روى الزهري عن فلان

Telah diriwayat Az Zuhri dari Fulan, lalu keduanya meriwayatkan dengan isnad yang shahih, maka kategori hadits tersebut adalah shahih menurut Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Juga apabila keduanya meriwayatkan dengan penyebutan mubham (tidak jelas) yang tidak diketahui – tetapi mereka tetap mentakhrij dan menjadikannya hujjah – maka hadits itu tetap dikategorikan shahih. Semisal ucapan :

حدثني بعض أصحابنا

“Telah menceritakan kepadaku sebagian shahabat kami”

dan yang semisalnya

— Selesai Kutipan Muqaddimah Imam Nawawi di Syarah Shahih Muslim —

Syaikh Manna Al Qaththan menyimpulkan dalam Kitab Mabahits fii Ulumil Hadits 4) dengan kesimpulan yang sama dengan kesimpulan Syaikh Mahmud Thahhan dalam Taysir Musthalah Hadits 5), sebagai berikut

Hukum Hadits Mu’alaq dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim :

  1. Jika diriwayatkan dengan tegas dan jelas yakni dengan shighah jazm (kata kerja aktif) seperti qaala (dia telah berkata), dzakara (dia telah menyebutkan), dan haaka (dia telah bercerita) maka haditsnya dihukumi shahih
  2. Jika diriwayatkan dengan shighat tamridh (kata kerja pasif) seperti qiila (dikatakan), dzukira (disebutkan), hukiya (diceritakan), maka tidak dipandang shahih semuanya, akan tetapi ada yang shahih, hasan dan dhaif. Hanya saja tidak terdapat dalam kedua kitab tersebut hadits yang dhaif, karena keberadaannya berada di dalam kitab yang dijuluki “Shahih”.

Hadits mu’alaq dalam shahih Muslim

Menurut Al Hafizh Abu Ali Al Ghassani Al Jayani dalam Pengantar Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi terdapat empat belas tempat hadits munqathi yang ada dalam Shahih Muslim. Adapun kitab yang khusus membahasnya berjudul Ghurarul Fawaidul Majmuatu fii Bayani Maa Waqo’a fii Shahih Muslim Minal  ahadits Al maqthuuah. Kami hanya menampilkan ringkasannya saja, silahkan merujuk kesana untuk detail pembahasan :

  1. Hadits nomor 369 – 114 : Kitab Haidh Bab Menjawab Salam setelah Tayammum

قال مسلم وروى الليث بن سعد عن جعفر بن ربيعة عن عبد الرحمن بن هرمز عن عمير مولى ابن عباس أنه سمعه يقول أقبلت أنا وعبد الرحمن بن يسار مولى ميمونة زوج النبي صلى الله عليه وسلم حتى دخلنا على أبي الجهم بن الحارث بن الصمة الأنصاري فقال أبو الجهم أقبل رسول الله صلى الله عليه وسلم من نحو بئر جمل فلقيه رجل فسلم عليه فلم يرد رسول الله صلى الله عليه وسلم عليه حتى أقبل على الجدار فمسح وجهه ويديه ثم رد عليه السلام

Imam Nawawi menuliskan bahwa sanad hadits ini terputus antara Muslim dan Al Laits. Penjelasan lebih panjang dapat dibaca di Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi 6)

2. Hadits Nomor 619 : Kitab Sholat Bab Shalawat kepada Nabi shalallahu alahi wa salam 7)

حدثنا محمد بن بكار ، حدثنا إسماعيل بن زكرياء ، عن الأعمش ، وعن مسعر ، وعن مالك ابن مغول ، عن الحكم ، بهذا الإسناد مثله ، غير أنه ، قال : وبارك على محمد ، ولم يقل : اللهم .

Hadits yang tercantum diatas adalah Riwayat Abu Ahmad Al Jaludi 7)

Dalam riwayat Abu Al ‘Ala bin Mahan tertulis : 7)

 حدثنا صاحب لنا ثنا إسماعيل بن زكرياء عن الأعمش وعن مسعر وعن مالك بن مغول عن

3. Hadits No. 946 : Kitab Masjid dan Tempat-tempat Sholat, Bab Apa yang Dibaca Antara Takbir dan Qiroah

وحدثت عن يحيى بن حسان وغيرهما ، ويونس المؤدب ، قالوا : حدثنا عبد الواحد بن زياد ، قال : حدثني عمارة بن القعقاع ، حدثنا أبو زرعة ، قال : سمعت أبا هريرة ، يقول : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ” إذا نهض من الركعة الثانية ، استفتح القراءة ب الحمد لله رب العالمين ، ولم يسكت

Pada hadits ini Imam Muslim langsung menyebutkan Hudistu ‘an Yahya ibn Hassan.

Imam Nawawi berkata dalam Syarahnya :

“Perkataanya ‘Dan aku telah diberitahukan dari Yahya bin Hasan … dan seterusnya’ redaksi seperti ini termasuk di antara hadits-hadits mu’alaq. 8)

4. Hadits No. 974   : Kitab Janaiz, Bab Apa yang Dibaca ketika Masuk ke Lingkungan Pekuburan dan Doa untuk Ahli Kubur

وحدثني هارون بن سعيد الأيلي ، ثنا عبد الله بن وهب ، أنا ابن جريج ، عن عبد الله بن كثير بن المطلب ، أنه سمع محمد بن قيس ، يقول : سمعت عائشة تحدث ، فقالت : ” ألا أحدثكم عن النبي صلى الله عليه وسلم وعني ؟ قلنا : بلى . ح “

Imam Nawawi menuliskan dalam syarahnya :

“Abu Ali Al Ghassani Al Jayyani berkata : Hadits ini adalah salah satu hadits yang terpotong di dalam riwayat Muslim dan juga termasuk hadits yang diragukan kedudukan para perawinya.

Abdurrazaq meriwayatkan di dalam kitab Mushanaf-nya dari Ibnu Juraij, ia berkata,’Muhammad bin Qais bin Makhramah telah mengabarkan kepada saya, bahwasanya ia mendengar Aisyah : Al Qadhi berkata : Pendapat yang mengatakan bahwa hadits ini terpotong adalah pendapat yang tidak disepakati para ulama. Hadits ini adalah bersambung, tidak disebutkannya salah satu nama perawi adalah karena namanya tidak diketahui bukan karena sanadnya munqathi (terputus). Sebab hadits munqathi adalah hadits yang terputus sanadnya pada seorang perawi sebelum tabi’in” 9)

5. Hadits ke 1557 : Kitab Al Musaqah Bab Anjuran Membebaskan Hutang

وحدثني غير واحد من أصحابنا ، قالوا : حدثنا إسماعيل بن أبي أويس ، حدثني أخي ، عن سليمان وهو ابن بلال ، عن يحيى بن سعيد ، عن أبي الرجال محمد بن عبد الرحمن ، أن أمه عمرة بنت عبد الرحمن ، قالت : سمعت عائشة ، تقول : سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم صوت خصوم بالباب عالية أصواتهما ، وإذا أحدهما يستوضع الآخر ، ويسترفقه في شيء ، وهو يقول : والله لا أفعل ، فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم عليهما ، فقال : ” أين المتألي على الله لا يفعل المعروف ؟ قال : أنا يا رسول الله ! فله أي : ذلك أحب “

Imam Nawawi menuliskan :

Perkataannya “Lebih dari satu sahabat kami telah memberitahukan kepadaku, mereka berkata.”Ismail bin Abi Uwais telah memberitahukan kepada kami, saudaraku telah memberitahukan kepadaku” menurut sejumlah hafizh dikatakan bahwa itu merupakan salah satu hadits maqthu dalam shahih muslim.

Al Qadhi mengatakan,”Jika perawi mengatakan, ‘lebih dari satu orang yang telah memberitahukan kepadaku’, atau ‘Orang terpercaya telah memberitahukan kepadaku’ atau ‘sebagian sahabat kami telah memberitahukan kepadaku’ maka yang disampaikan tidak tergolong sebagai hadits maqthu, mursal, tidakpula mu’dhal menurut ahli hadits, namun itu termasuk riwayat dari orang yang tidak dikenal.

Yang dikatakan oleh Qadhi inilah yang benar. Akan tetapi bagaimana matan hadits ini dapat dijadikan sebagai hujjah seandainya tidak ditetapkan keabsahannya dari jalur riwayat yang lain ?
Sebenarnya hadits ini telah dinyatakan shahih melalui jalur periwayatan yang lain, karena juga diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Shahihnya diri Ismail bin Abu Uwais.
 
Barangkali yang dimaksud oleh Muslim dengan “lebih dari satu” adalah Al Bukhari dan lainnya.
 
Disamping itu Muslim pun pernah menyampaikan hadits dari Ismail ini tanpa perantara dalam kitab Al Hajj, di akhir kitab Al Jihad.
 
Dan Muslim juga meriwayatkan dari Ahmad bin Yusuf Al Azdi dari Ismail di dalam Kitab Al Li’an serta didalam Kitab Al Fadhaail. 10)

Allahu Ta’ala ‘A’lam

Bersambung In sya Allah

*Maktabah Rumah Ilmu Indonesia*

*Cileungsi, 24 Syawal 1439 H*

Maraji :

  • 0) Syarah Muqaddimah Shahih Muslim Syaikh Abdul Karim Al Khudoir – Hafizhahullahu Ta’ala
  • 1) Taisir Musthalahul Hadits, DR. Mahmud Thahhan

المُعَلَّق
١- تعريفه :
لغة : هو اسم مفعول من (علق) الشيء بالشيء أي ناطه وربطه به وجعله معلقاً. وسمي هذا السند معلقاً بسبب اتصاله بالجهة العليا فقط, وانقطاعه من الجهة الدنيا, فصار كالشيء المعلق بالسقف ونحوه.
اصطلاحاً : ما حذف من مبدأ اسناده راو فأكثر على التوالي.
٢- من صوره :
أن يحذف جميع السند ثم يقال مثلا (قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: كذا)
ومنها أن يحذف كل الاسناد الاالصحابي, أو الا الصحابي والتابعي.

  • 2) Taisir Musthalahul Hadits, DR. Mahmud Thahhan

حكمه :
لحديث المعلق مردود, لأنه فقد شرطأ من شروط القبول وهو اتصال السند وذلك بحذف راو أو أكثر من اسناده مع عدم علمنا بحال ذلك المحذوق.

  • 3) Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi

قال الشَّيْخُ الْإِمَامُ أَبُو عَمْرِو بْنُ الصَّلَاحِ رَحِمَهُ الله ما وقع في صحيحي البخاري ومسلم مما صورته صورة المنقطع ليس ملتحقا بالمنقطع في خروجه من حيز الصحيح إلى حيز الضعيف ويسمى هذا النوع تعليقا سماه به الامام أبو الحسن الدارقطني ويذكره الحميدي في الجمع بين الصحيحين وكذا غيره من المغاربة وهو في كتاب البخاري كثير جدا وفي كتاب مسلم قليل جدا

قال فاذا كان التعليق منهما بلفظ فيه جزم بأن من بينهما وبينه الانقطاع قد قال ذلك أو رواه واتصل الاسناد منه على الشرط مثل أن يقولا روى الزهري عن فلان ويسوقا اسناده الصحيح فحال الكتابين يوجب أن ذلك من الصحيح عندهما وكذلك ما روياه عمن ذكراه بلفظ مبهم لم يعرف به وأورداه أصلا محتجين به وذلك مثل حدثني بعض أصحابنا ونحو ذلك قال وذكر الحافظ أبو على الغساني الجياني أن الانقطاع وقع فيما رواه مسلم في كتابه في أربعة عشر موضعا أولها في التيمم قوله في حديث أبي الجهم وروى الليث بن سعد ثم قوله في كتاب

  • 4) Taisir Musthalahul Hadits, DR. Mahmud Thahhan

حكم المعلقات في الصحيحين:
هذا الحكم -وهو أن المعلق مردود- هو للحديث المعلق مطلقا، لكن إن وجد المعلق في كتاب التزمت صحته -كالصحيحين- فهذا له حكم خاص، قد مر بنا في بحث الصحيح2، ولا بأس بالتذكير به هنا، وهو أن:
أ- ما ذكر بصيغة الجزم: كـ “قال”، و”ذكر”، و”حكى” فهو حكم بصحته عن المضاف إليه.
ب- وما ذكر بصيغة التمريض: كـ “قيل”، و”ذكر”، و”حُكِيَ”؛ فليس فيه حكم بصحته عن المضاف إليه. بل فيه الصحيح والحسن والضعيف، لكن ليس فيه حديث واهٍ؛ لوجوده في الكتاب المسمى بالصحيح1. وطريق معرفة الصحيح من غيره هو البحث عن إسناد هذا الحديث، والحكم عليه بما يليق به2.

  • 5) Mabahits fii Ulumil Hadits, Syaikh Manna Al Qathan

  • 6) Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi

قوله : ( وروى الليث بن سعد عن جعفر بن ربيعة ) هكذا وقع في صحيح مسلم من جميع [ ص: 50 ] الروايات منقطعا بين مسلم والليث ، وهذا النوع يسمى معلقا ، وقد تقدم بيانه ، وإيضاح هذا الحديث وغيره مما في معناه في الفصول السابقة في مقدمة الكتاب ، وذكرنا أن في صحيح مسلم أربعة عشر أو اثني عشر حديثا منقطعة هكذا وبيناها ، والله أعلم .

قوله في حديث الليث هذا : ( أقبلت أنا وعبد الرحمن بن يسار مولى ميمونة ) هكذا هو في أصول صحيح مسلم قال أبو علي الغساني وجميع المتكلمين على أسانيد مسلم : قوله عبد الرحمن خطأ صريح ، وصوابه عبد الله بن يسار ، وهكذا رواه البخاري وأبو داود والنسائي وغيرهم على الصواب ، فقالوا : عبد الله بن يسار قال القاضي عياض : ووقع في روايتنا صحيح مسلم من طريق السمرقندي عن الفارسي عن الجلودي عن عبد الله بن يسار على الصواب ، وهم أربعة إخوة عبد الله ، وعبد الرحمن ، وعبد الملك ، وعطاء مولى ميمونة . والله أعلم .

قوله : ( دخلنا على أبي الجهم بن الحارث بن الصمة ) أما الصمة فبكسر الصاد المهملة وتشديد الميم ، وأما ( أبو الجهم ) فبفتح الجيم وبعدها هاء ساكنة هكذا هو في مسلم ، وهو غلط ، وصوابه ما وقع في صحيح البخاري وغيره ( أبو الجهيم ) بضم الجيم وفتح الهاء وزيادة ياء ، هذا هو المشهور في كتب الأسماء ، وكذا ذكره مسلم في كتابه في أسماء الرجال ، والبخاري في تاريخه ، وأبو داود والنسائي وغيرهم ، وكل من ذكره من المصنفين في الأسماء والكنى وغيرهما . واسم أبي الجهيم عبد الله كذا سماه مسلم في كتاب الكنى ، وكذا سماه أيضا غيره .

والله أعلم أن أبا الجهيم هذا هو المشهور أيضا في حديث المرور بين يدي المصلي ، واسمه عبد الله بن الحارث بن الصمة الأنصاري البخاري ، وهو غير أبي الجهم المذكور في حديث الخميصة والأنبجانية ، ذلك بفتح الجيم بغير ياء ، واسمه عامر بن حذيفة بن غانم القرشي العدوي من بني عدي بن كعب ، وسنوضحه في موضعه إن شاء الله تعالى .

  • 7) Ghurarul Fawaidul Majmuatu fii bayani maa waqo’a fii shahih muslim minal ahadits al maqthuuah

حدثنا صاحب لنا ، ثنا إسماعيل بن زكرياء ، عن الأعمش ، وعن مسعر وعن مالك بن مغول ، عن الحكم ، بهذا الإسناد مثله يعني : الحكم بن عتيبة ، قال : سمعت ابن أبي ليلى ، قال : لقيني كعب بن عجرة ، فقال : ألا أهدي لك هدية ، خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقلنا : قد عرفنا كيف نسلم عليك ” . الحديث . قلت : وهذا الحديث مما اتفق الأئمة الحفاظ على صحته وثبوته . وأخرجه البخاري ، ومسلم ، وأبو داود ، والترمذي ، والنسائي ، وابن ماجه ، في كتبهم من طرق ثابتة عن الحكم بن عتيبة ، بإسناده المذكور متصلا . وقول مسلم رحمه الله في بعض طرقه : حدثنا صاحب لنا ، لا يسمى مقطوعا عند أكثر المحدثين . لأن المقطوع في اصطلاحهم ما لم يتصل سنده ، وكان في رواته من دون التابعين من لم يسمعه ممن فوقه ، كرواية مالك بن أنس ، عن عبد الله بن عمر . ورواية الثوري ، عن جابر بن عبد الله . ونحو ذلك ، وهو نوع من المرسل ، إلا أنهم قصروا المرسل على التابعين ، إذا أرسلوه عن النبي صلى الله عليه وسلم ولم يذكروا فيه الصحابي . وقول أبي علي : إن ما تقدم ذكره يسمى مقطوعا . هو قول الحاكم أبي عبد الله بن البيع النيسابوري . والذي عليه الأكثر من علماء الرواية ، وأرباب النقل ، أن قول الراوي ، حدثنا صاحب لنا ، وحدثني غير واحد ، وحدثني من سمع فلانا ، وحدثت عن فلان ، ونحو ذلك معدود في المسند ، لأنه لم ينقطع له سند ، وإنما وقعت الجهالة في أحد رواته ، كما لو سمي ذلك الراوي ، وجهل حاله ، على أنه لم يقع كذلك في كتاب مسلم ، إلا من طريق أبي العلاء ابن ماهان ، عن أبي بكر الأشقر ، عن القلانسي ، عن مسلم ، ووقع في روايتنا ، من طريق أبي أحمد الجلودي ، عن إبراهيم بن محمد بن سفيان ، عن مسلم مسمى غير مبهم . .

  • 8) Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi

قوله : ( وحدثت عن يحيى بن حسان ) إلى آخره هذا من الأحاديث المعلقة التي سقط أول إسنادها في صحيح مسلم ، وقد سبق بيانها في مقدمة هذا الشرح .

  • 9) Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi

، قال أبو علي الغساني الجياني : هذا الحديث أحد الأحاديث المقطوعة في مسلم قال : وهو أيضا من الأحاديث التي وهم في رواتها ، وقد رواه عبد الرزاق في مصنفه عن ابن جريج ، قال أخبرني محمد بن قيس بن مخرمة أنه سمع عائشة قال القاضي : قوله : إن هذا مقطوع لا يوافق عليه ، بل هو مسند وإنما لم يسم رواته فهو من باب المجهول لا من باب المنقطع ، إذ المنقطع ما سقط من رواته راو قبل التابعي

  • 10) Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi

قوله : ( وحدثني غير واحد من أصحابنا قالوا : حدثنا إسماعيل بن أبي أويس قال : وحدثني أخي ) قال جماعة من الحفاظ : هذا أحد الأحاديث المقطوعة في صحيح مسلم ، وهي اثنا عشر حديثا سبق بيانها في الفصول المذكورة في مقدمة هذا الشرح ; لأن مسلما لم يذكر من سمع منه [ ص: 169 ] هذا الحديث . قال القاضي : إذا قال الراوي : حدثني غير واحد ، أو حدثني الثقة ، أو حدثني بعض أصحابنا ، ليس هو من المقطوع ، ولا من المرسل ، ولا من المعضل عند أهل هذا الفن ، بل هو من باب الرواية عن المجهول ، وهذا الذي قاله القاضي هو الصواب ، لكن كيف كان فلا يحتج بهذا المتن من هذه الرواية لو لم يثبت من طريق آخر ، ولكن قد ثبت من طريق آخر ، فقد رواه البخاري في صحيحه عن إسماعيل بن أبي أويس ، ولعل مسلما أراد بقوله ( غير واحد ) البخاري وغيره ، وقد حدث مسلم عن إسماعيل هذا من غير واسطة في كتاب الحج ، وفي آخر كتاب الجهاد ، وروى مسلم أيضا عن أحمد بن يوسف الأزدي عن إسماعيل في كتاب اللعان ، وفي كتاب الفضائل . والله أعلم .



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.