Fiqh Muyassar 016 : Bejana 04 : Thaharah dengan Bejana yang Terbuat dari Kulit Bangkai



المسألة الرابعة: الطهارة في الآنية المتخذة من جلود الميتة

Bahasan Keempat : Thaharah dengan Bejana yang Terbuat dari Kulit Bangkai

Kompilasi dan Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

w

جلد الميتة إذا دبغ طهر وجاز استعماله لقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: 

Kulit bangkai jika sudah disamak maka boleh menggunakannya, berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa salam :

(أيما إهاب دبغ فقد طهر) 

Sesungguhnya kulit 1  jika telah disamak maka suci 2 

ولأنه – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مرّ على شاة ميتة فقال – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -:

Dan juga karena beliau shalallahu alaihi wa salam pernah melewati bangkai kambing, lalu beliau bersabda

(هلَّا أخذوا إهابها فدبغوه فانتفعوا به)؟ فقالوا: إنها ميتة. قال: (فإنما حَرُمَ أكلُهَا) (6). 

“Mengapa mereka tidak mengambil kulitnya, kemudian menyamaknya kemudian memanfaatkannya ?” Maka orang-orang berkata : “Itu adalah bangkai”, maka beliau bersabda : “Sesungguhnya yang diharamkan adalah memakannya” 3

وهذا فيما إذا كانت الميتة مما تحلها الذكاة وإلا فلا.

Ini berlaku jika bangkai tersebut berasal dari hewan yang halal jika disembelih, jika tidak maka tidak berlaku.

أما شعرها فهو طاهر -أي شعر الميتة المباحة الأكل في حال الحياة- وأما اللحم فإنه نجس، ومحرم أكله. لقوله تعالى:

Adapun bulunya maka dia suci – yakni bulu bangkai yang halal semasa hidupnya – adapun daging bangkai, maka dia najis, dan diharamkan memakannya. Firman Allah Ta’ala :

(إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ) [الأنعام: 145]

kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi — karena sesungguhnya semua itu kotor — (Surah Al An’aam ayat 145)

ويحصل الدبغ بتنظيف الأذى والقذر الذي كان في الجلد، بواسطة مواد تضاف إلى الماء كالملح وغيره، أو بالنبات المعروف كالقَرَظ أو العرعر ونحوهما.

Penyamakan dilakukan dengan membersihkan penyakit dan kotoran yang menempat di kulit, dengan perantara bahan-bahan yang dicampurkan ke air seperti garam dan selainnya, atau dengan tumbuhan yang diketahui seperti akasia, daun ‘ar’ar dan semacamnya.

وأما ما لا تحله الذكاة فإنه لا يطهر، وعلى هذا فجلد الهرة وما دونها في الخلقة لا يطهر بالدبغ، ولو كان في حال الحياة طاهراً.

Adapun jika hewan yang tidak halal jika disembelih, maka dia tidaklah suci, dengan ini maka kulit kucing dan makhluk yang lebih kecil darinya kulitnya tidak suci, meskipun hewan itu suci saat masih hidup.

وجلد ما يحرم أكله ولو كان طاهراً في الحياة فإنه لا يطهر بالدباغ.

Kulit hewan yang haram dimakan, meskipun ia suci saat hidupnya, maka tidak menjadi suci karena disamak

والخلاصة: أن كل حيوان مات، وهو من مأكول اللحم، فإنَّ جلده يطهر بالدباغ، وكل حيوان مات، وليس من مأكول اللحم، فإن جلده لا يطهر بالدباغ.

Kesimpulannya : Semua hewan yang mati, dan dia termasuk yang dagingnya halal dimakan (jika disembelih) maka kulitnya menjadi suci dengan penyamakan, sementara semua hewan yang mati, yang dagingnya tidak halal untuk dimakan, maka kulitnya tidak menjadi suci dengan penyamakan.

Allahu Ta’ala ‘A’lam

Catatan Kaki

  1. الإهاب: الجلد قبل أن يدبغ. Al Ihaab bermakna kulit sebelum disamak
  2. Riwayat At Tirmidzi Nomor 1650, Muslim nomor 366 dengan lafazh “Bila kulit telah disamak maka sungguh ia telah suci”
  3. Diriwayatkan oleh Imam Muslim Nomor 363 dan Ibnu Majah Nomor 3610


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.