Makna Khusyuk dan Hukum Shalat Tanpa Khusyuk



الخشوع…معناه…وحكم الصلاة بدونه

Makna Khusyuk dan Hukum Shalat Tanpa Khusyuk

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Makna Khusyuk dan Hukum Shalat Tanpa Khusyuk ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

هل الذي لا يخشع في صلاته يدخل النار ويعتبر كافراً لأن الله لم يتقبل صلاته أي كأنه لم يصل؟

Apakah orang yang tidak khusyuk dalam shalatnya akan masuk neraka dan dianggap kafir, karena Allah tidak menerima shalatnya seakan-akan dia tidak pernah shalat ?

الإجابــة

Jawaban

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, serta para sahabatnya. Amma ba’du:

فالخشوع في الصلاة، وتدبر معاني ما يتلى فيها من قرآن، ويذكر فيها من أذكار هو روح الصلاة، وبدونه تصبح الصلاة مجرد حركات لا حياة فيها.

Sesungguhnya khusyuk dalam shalat, yaitu merenungkan makna ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca serta dzikir-dzikir yang dilafalkan di dalamnya, adalah ruh bagi shalat. Tanpa khusyuk, maka shalat hanya sekedar gerakan tubuh tanpa jiwa.

وقد حكم الله بفلاح عباده الخاشعين في الصلاة، حيث قال:

Allah telah menetapkan keberuntungan bagi hamba-hamba-Nya yang khusyuk dalam shalat. Allah berfirman :

(قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ * الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ) [المؤمنون:1-2].

“Sungguh beruntunglah orang-orang mukmin, yaitu mereka yang khusyuk dalam shalatnya.” (Surah Al Mu’minun [23] ayat  1-2)

وفي الحديث الذي رواه أحمد والنسائي وابن حبان من رواية عمار بن ياسر أنه صلى ركعتين فخففهما، فقال له عبد الرحمن بن الحارث: يا أبا اليقظان أراك خففتهما، فقال :

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, an Nasa’i, dan Ibnu Hibban dari Ammar bin Yasir, bahwa beliau pernah shalat dua rakaat dengan cepat. Maka Abdurrahman bin al Harits berkata kepadanya: “Wahai Abu al Yaqzhan, aku lihat engkau mempercepat dua rakaat tersebut.” Ammar menjawab:

بادرت بهما الوسواس، وإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:

“Aku segera mengerjakannya sebelum muncul bisikan (waswas). Sungguh aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“إن الرجل ليُصلي الصلاة، ولعله لا يكون له منها إلا عشرها أو تسعها أو ثمنها أو سبُعها أو سدسها حتى أتى على العدد”.

‘Seseorang sungguh mengerjakan shalat, namun ia tidak memperoleh darinya kecuali sepersepuluhnya, atau sepersembilannya, atau seperdelapannya, atau sepertujuhnya, atau seperenamnya.’ Beliau terus menyebutkan angka (hingga sepersepuluhnya).”

والمقصود بالخشوع في الصلاة خشوع القلب، وهو خوفه من الله.

Adapun yang dimaksud dengan khusyuk dalam shalat adalah khusyuk hati, yaitu hadirnya rasa takut hati kepada Allah.

وقيل الخشوع في الصلاة: الإقبال عليها. 

Ada yang mengatakan, khusyuk dalam shalat adalah menghadapkan hati kepada shalat tersebut.

وقيل: السكون فيها. وقيل: ألا يحدث نفسه في الصلاة.

Ada pula yang menyebut khusyuk adalah tenangnya badan dalam shalat. Dan ada pula yang mengatakan khusyuk adalah tidak berbicara kepada diri sendiri (tidak membiarkan pikiran melayang-layang) di tengah-tengah shalat.

ومع أهمية الخشوع في الصلاة، فإن صلاة من فاته صحيحة عند جمهور العلماء.

Meski khusyuk dalam shalat sangat penting kedudukannya, namun menurut mayoritas ulama (jumhur ulama), shalat seseorang yang kehilangan khusyuk tetap sah.

واختار ابن حامد وابن الجوزي من الحنابلة أنها تبطل.

Sedangkan Ibnu Hamid dan Ibnu al-Jauzi dari kalangan ulama Hanabilah (madzhab Hambali) memilih pendapat bahwa shalat tersebut batal.

وقيل: حصول الخشوع شرط ولو في جزء من الصلاة حده البعض بتكبيرة الإحرام.

Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa khusyuk adalah syarat sah shalat, meskipun hanya ada di sebagian shalat saja. Sebagian ulama membatasi minimal khusyuk itu terjadi pada saat takbiratul ihram.

والصحيح الأول، وهو أن الخشوع ليس شرطاً لصحة الصلاة، وهو الذي عليه جماهير العلماء، وقد نقل الإمام النووي الاتفاق عليه، كما في المجموع الجزء الرابع باب الخشوع في الصلاة.

Pendapat yang shahih adalah pendapat pertama, yaitu bahwa khusyuk bukan merupakan syarat sah shalat. Inilah pendapat mayoritas ulama, bahkan Imam an Nawawi telah menukil kesepakatan ulama (ijma’) akan hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab al Majmu’, jilid ke-4 pada bab Khusyuk dalam Shalat.

والله أعلم.

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.