Karya Orientalis sebagai Sumber Informasi tentang Islam (1)



أعمال المستشرقين مصدرا من مصادر المعلومات عن الإسلام والمسلمين

Karya-Karya Orientalis sebagai Sumber Informasi tentang Islam dan Kaum Muslimin (Bagian Pertama)

Penulis: Prof. Dr. Ali bin Ibrahim an-Namlah

Sumber: Majalah Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyyah, Edisi 7, Tahun ke-7, hlm. 519–564

Artikel ini termasuk dalam Kategori Tsaqafah Islamiyah dan Orientalisme

المدخل:

Pendahuluan:

الاستشراق ظاهرة تمثل الاهتمام بعلوم الشرق بعامة وبعلوم المسلمين بخاصة، ولم يقتصر اهتمامها على العلوم فحسب، بل امتد الاهتمام إلى الثقافة والآداب والعادات والتقاليد والأساطير ونحوها.

Orientalisme adalah fenomena yang terjadi pada orang-orang yang menunjukkan perhatian terhadap ilmu-ilmu Timur secara umum, dan terhadap ilmu-ilmu Islam secara khusus. Perhatian ini tidak hanya terbatas pada ilmu pengetahuan saja, tetapi juga meluas hingga ke ranah budaya, sastra, adat istiadat, tradisi, legenda, dan sebagainya.

وقد كان لهذه الظاهرة في الآونة الأخير أثرها في الدراسات الإسلامية منذ بدأت حركة التأليف الجادة في المحيط العربي الحديث بعد الصحوة من سيطرة الاستعمار،

Dalam beberapa waktu terakhir, fenomena ini memiliki pengaruh terhadap kajian-kajian Islam, terutama sejak dimulainya gerakan penulisan serius di lingkungan Arab modern pasca bangkit dari dominasi kolonialisme.

فقد تنبه العرب والمسلمون على إسهامات المستشرقين في تراث المسلمين، وكان هذا التنبُّه قد جاء في وقت كان المسلمون فيه قد وصلوا إلى مرحلة خطيرة من التقهقر السياسي والاجتماعي والاقتصادي نتيجة للبعد عن الدين نفسه،

Bangsa Arab dan umat Islam mulai menyadari adanya kontribusi para orientalis terhadap khazanah keilmuan Islam. Kesadaran ini muncul pada masa di mana umat Islam tengah berada dalam titik kemunduran serius di bidang politik, sosial, dan ekonomi, akibat jauhnya mereka dari ajaran agama itu sendiri.

مما أثر في جزء غير قليل منهم في ثقتهم بانتمائهم لهذا الدين، فكان أن انبهر جزء كبير منهم بهؤلاء المستشرقين وهم ينتمون إلى ثقافة غير الثقافة الإسلامية فيتحدثون عن القرآن الكريم وعن سيرة الرسول محمد – صلى الله عليه وسلم – وسنته وعن التاريخ الإسلامي وسير رجاله، عائدين في توثيق أحاديثهم إلى أمهات الكتب والمصادر الإسلامية لعلوم المسلمين.

Hal ini berdampak pada menurunnya kepercayaan sebagian dari mereka terhadap identitas keislamannya. Sebagian besar dari mereka pun terpesona oleh para orientalis yang berasal dari budaya non-Islam, namun membahas Al-Qur’an, sirah Nabi Muhammad ﷺ, sunnah beliau, sejarah Islam, serta para tokoh-tokohnya, dengan merujuk pada kitab-kitab induk dan sumber utama Islam dalam berbagai disiplin ilmu.

ومع وصول المسلمين إلى مرحلة خطيرة من التقهقر كانت هناك فئة منهم تمسكت بدينها على أصوله الصحيحة.

Namun, di tengah kondisi kemunduran tersebut, ada segelintir umat Islam yang tetap berpegang teguh pada ajaran agamanya sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar.

فلم يثق هؤلاء بالمستشرقين وهم يتحدثون عن الإسلام وتراث المسلمين، لأن هذه الفئة المتنبهة أدركت أنه لن يخدم الإسلام والمسلمين إلا أهل الإسلام وأبناء المسلمين،

Kelompok yang waspada ini tidak percaya pada para orientalis saat mereka berbicara tentang Islam dan warisan keilmuannya, karena mereka menyadari bahwa yang benar-benar dapat membela dan melayani Islam hanyalah umat Islam itu sendiri.

وبنت هذا الإدراك على استقراء آيات القرآن الكريم كما في قوله تعالى: {وَلَن تَرضَى عَنكَ اليَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُم}

Kesadaran ini dibangun berdasarkan telaah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah Ta‘ala: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Surah al Baqarah ayat 120)

وعلى استقراء التاريخ ومواقف اليهود والنصارى من الإسلام والمسلمين منذ بعثة محمد – صلى الله عليه وسلم –

dan juga melalui penelaahan terhadap sejarah serta sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap Islam dan umatnya sejak masa kenabian Muhammad ﷺ,

فقد بدأت السبئية تضرب أطنابها في المجتمع المسلم منذ سنيه الأولى.

karena sejak tahun-tahun awal Islam, ajaran Saba’iyah telah menyebar dan mengakar kuat di tengah masyarakat Muslim.

وقد عرف في التاريخ الموثق أن اليهود سمّوا الرسول – صلى الله عليه وسلم – وأن لهم ضلعاً في فتنة مقتل عثمان – رضي الله عنه –، وأن كيدهم استمر مع استمرار هذا الدين،

Dalam catatan sejarah yang sahih diketahui bahwa kaum Yahudi telah meracuni Nabi ﷺ, terlibat dalam fitnah pembunuhan ‘Utsman raḍiyallāhu ‘anhu, dan makar mereka terus berlangsung seiring eksistensi Islam,

مما يوحي بالاستمرار في هذا الخبث لأن هذا الدين مستمر {إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ الإِسلاَمُ}

yang menunjukkan bahwa makar dan kebencian tersebut akan terus ada, karena agama ini akan tetap tegak. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Surah Ali Imran ayat 19)

ولم يكن موقف النصارى من الإسلام والمسلمين بأقل من موقف اليهود خبثاً، وإن لم يبد هذا ظاهراً إلا إبان الحروب الصليبية التي امتدت سنين عديدة.

Sikap kaum Nasrani terhadap Islam dan umat Muslim tidak kalah buruk dibandingkan kaum Yahudi, hanya saja kebencian itu tidak tampak secara jelas kecuali pada masa Perang Salib yang berlangsung selama bertahun-tahun.

فكان أن عد هؤلاء المتنبهون من المسلمين إسهامات المستشرقين داخلة في هذا الصراع، إذ أدركوا أن هذا المستشرق أو ذاك ممن يتحدث عن الإسلام والمسلمين قد نشأ وتربى على هذه الخلفية المعادية للإسلام والمسلمين،

Karena itu, kelompok Muslim yang sadar memandang bahwa kontribusi para orientalis merupakan bagian dari konflik tersebut. Mereka menyadari bahwa orientalis yang berbicara tentang Islam dan umatnya tumbuh dalam latar belakang yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin,

فعرّفوا المستشرق على أنه: ((أعجمي ناشيء في لسان أمته وتعليم بلاده، ومغروس في آدابها وثقافتها (ألماني أو إنجليزي أو فرنسي)، متى استوى رجلاً في العشرين من عمره أو الخامسة والعشرين فهو قادر، أو مفترض أنه قادر، تمام المقدرة على التفكير والنظر،

Mereka pun mendefinisikan orientalis sebagai: “Seorang non-Arab yang tumbuh dalam bahasa ibunya dan pendidikan bangsanya, serta tertanam dalam sastra dan budaya (seperti Jerman, Inggris, atau Prancis). Saat ia menginjak usia dua puluh atau dua puluh lima tahun, ia dianggap mampu berpikir dan menelaah dengan sempurna,

ومؤهل، أو مفترض أنه مؤهل أن ينزل في ثقافته ميدان ((المنهج)) و((ما قبل المنهج)) بقدم ثانية. نعم، هذا ممكن أن يكون كذلك.

dan layak—atau dianggap layak—untuk memasuki dunia keilmuan dengan pendekatan metodologis maupun pra-metodologis dalam budaya asalnya. Ya, itu mungkin saja.

ولكن هذا الفتى يتحول فجأة عن سلوك هذا الطريق ليبدأ في تعلم لغة أخرى، مفارقة كل المفارقة للسان الذي نشأ فيه صغيراً، ولثقافته التي ارتضع لبانها يافعاً،

Namun tiba-tiba, pemuda ini beralih dari jalan tersebut dan mulai mempelajari bahasa lain yang sangat berbeda dari bahasa yang telah ia kuasai sejak kecil dan budaya yang telah membentuknya sejak muda,

((يدخل قسم)) اللغات الشرقية في جامعة من جامعات الأعاجم، فيبتدي تعلم ألف باء تاء ثاء، أو أبجد هوز في العربية، ويتلقى العربية نحوها وصرفها وبلاغتها وشعرها وسائر آدابها وتواريخها من أعجمي مثله، وبلسان غير عربي،

Ia kemudian masuk jurusan Bahasa Timur di salah satu universitas Barat, memulai dari belajar huruf-huruf dasar Arab seperti alif, ba, ta, tsa, lalu mempelajari nahwu, sharaf, balaghah, puisi, sastra, dan sejarahnya dari sesama non-Arab, dalam bahasa selain Arab,

ثم يستمع إلى محاضرين في آداب العرب أو أشعارها أو تاريخها أو دينها أو سياستها بلسان غير عربي، ويقضي في ذلك بضع سنوات قلائل، ثم يتخرج لنا ((مستشرقاً)) يفتي في اللسان العربي والتاريخ العربي والدين العربي)).

lalu ia mengikuti kuliah tentang sastra, puisi, sejarah, agama, dan politik Arab—semuanya dalam bahasa non-Arab—selama beberapa tahun saja, lalu lulus dan disebut sebagai “orientalis” yang merasa layak berbicara tentang bahasa, sejarah, dan agama Islam.

فهو هنا يتحدث عن ثقافة لا يؤمن بها، ولا يعمل بها، ولا ينتمي إليها، وتلك هي أعمدة الثقافة الثلاثة وأركانها (الإيمان والعمل والإنتماء) لا يكون لها وجود ظاهر إلاّ بها.

Padahal, ia sedang membicarakan suatu budaya yang tidak ia yakini, tidak ia amalkan, dan tidak ia merasa menjadi bagian darinya. Padahal, tiga pilar utama sebuah budaya adalah: keyakinan, pengamalan, dan keterikatan. Tanpa ketiganya, budaya itu tidak akan benar-benar tampak nyata.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber: Alukah



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.