Karya Orientalis sebagai Sumber Informasi tentang Islam (2)



أعمال المستشرقين مصدرا من مصادر المعلومات عن الإسلام والمسلمين

Karya-Karya Orientalis sebagai Sumber Informasi tentang Islam dan Kaum Muslimin (Bagian Kedua)

Penulis: Prof. Dr. Ali bin Ibrahim an-Namlah

Sumber: Majalah Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyyah, Edisi 7, Tahun ke-7, hlm. 519–564

Artikel Karya Orientalis sebagai Sumber Informasi tentang Islam  ini masuk dalam Kategori Tsaqafah Islamiyah dan Orientalisme

وبين هذين الموقفين كان أخذ ورد، وهجوم ودفاع، وتكريم وتشهير، حتى تخطى الإنتاج الفكري في هذا المجال ألفي عمل بين كتاب ومقالة ومحاضرة وحديث في المجلات الثقافية السيارة في اللغة العربي فقط.

Di antara dua sikap tersebut (mereka yang memuji orientalisme dan mereka yang mewaspadai orientalisme) terjadi silang pendapat, serangan dan pembelaan, penghormatan dan pencemaran nama baik, hingga jumlah karya intelektual dalam bidang ini telah melampaui dua ribu karya, berupa buku, artikel, kuliah, dan wawancara di berbagai majalah budaya populer berbahasa Arab saja.

ولم يتفق المثقفون العرب (والكاتبون بالعربية من غير العرب) على تحديد موقف إزاء هذه الظاهرة، فكان أن أوصلها البعض إلى علم له نظريته ومنهجه، وله وصفه وأهدافه وغاياته،

Para intelektual Arab (dan para penulis berbahasa Arab dari kalangan non-Arab) tidak sepakat dalam menentukan sikap terhadap fenomena ini. Sebagian dari mereka menganggapnya sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri yang memiliki teori, metodologi, karakteristik, tujuan, dan orientasi yang jelas,

وأوقفها البعض عند مجرد الظاهرة المؤثرة في المجتمع المسلم المثقف وغير المثقف، مثلها في هذا مثل التنصير والاستعمار، فجعلها معولاً من معاول الهدم وجناحاً من أجنحة المكر.

Sementara sebagian lainnya hanya memandangnya sebagai sebuah fenomena yang memberi pengaruh pada masyarakat Muslim — baik kalangan terpelajar maupun tidak — sebagaimana halnya kristenisasi dan kolonialisme; sehingga mereka menganggap orientalisme sebagai alat penghancur dan sayap dari tipu daya yang licik.

ولم يتفق المثقفون العرب (والكاتبون بالعربية من غير العرب) على تعريف لمفهوم الاستشراق، كما لم يتفقوا على بداياته الأولى.

Para intelektual Arab (dan penulis non-Arab berbahasa Arab) juga tidak sepakat dalam mendefinisikan konsep “orientalisme”, sebagaimana mereka pun tidak sepakat dalam menentukan kapan awal kemunculannya.

فهناك أربعة مفهومات حول الاستشراق تبدأ من المفهوم الأعم إلى المفهوم الأخص، كما أن هناك أكثر من اثنى عشر رأياً حول انطلاقة الاستشراق وبداياته.

Terdapat empat konsep tentang orientalisme yang dimulai dari pengertian yang paling umum hingga yang paling khusus, dan lebih dari dua belas pendapat tentang kapan sebenarnya orientalisme bermula dan bagaimana permulaannya.

فالتعريف الأعم للاستشراق هو دراسة الشرق، ثقافاته ومعتقداته وآدابه وعاداته وتقاليده وأساطيره وتاريخه من قبل علماء ومؤسسات غربية.

Definisi paling umum dari orientalisme adalah studi tentang Timur — kebudayaannya, kepercayaannya, sastranya, adat dan tradisinya, mitos-mitos serta sejarahnya — yang dilakukan oleh para ilmuwan dan lembaga-lembaga Barat.

وبين الأعم والأخص عام وخاص.

Antara definisi umum dan khusus, terdapat tingkatan menengah berupa pengertian setengah umum dan setengah khusus.

والتعريف الأخص – عندي – هو دراسة العلوم الإسلامية وآداب المسلمين وعقائدهم وثقافاتهم وتراثهم وأساطيرهم من علماء غير مسلمين ومؤسسات غير مسلمة.

Adapun definisi paling khusus — menurut saya — adalah studi terhadap ilmu-ilmu Islam, sastra umat Islam, akidah, budaya, warisan, dan mitos mereka, yang dilakukan oleh ilmuwan non-Muslim dan lembaga-lembaga non-Muslim.

وواضح أن هذا التعريف الأخص يخرج أولئك الذين يدرسون ثقافات شرقية غير إسلامية، كما يدخل أولئك العرب غير المسلمين ممن لهم إسهامات مباشرة في علوم المسلمين.

Jelas bahwa definisi yang lebih khusus ini mengeluarkan mereka yang mempelajari budaya Timur non-Islam, tetapi memasukkan orang-orang Arab non-Muslim yang memiliki kontribusi langsung terhadap ilmu-ilmu Islam.

ومثل هذا التعريف يحدث شيئاً من اللبس ناتج عن غموض فكرة الاستشراق.

Namun, definisi seperti ini juga dapat menimbulkan kebingungan tersendiri, yang berasal dari kaburnya konsep orientalisme itu sendiri.

والبدايات الأولى للاستشراق عند الباحثين العرب (والباحثين بالعربية من غير العرب) تختلف إلى مدى قد يصل إلى أكثر من ستمائة (٦٠٠) سنة.

Permulaan orientalisme menurut para peneliti Arab (dan para peneliti berbahasa Arab dari kalangan non-Arab) berbeda pendapat hingga rentangnya bisa mencapai lebih dari enam ratus (600) tahun.

فالبداية عند البعض تعود إلى غزوة مؤته على عهد النبي – صلى الله عليه وسلم –

Sebagian berpendapat bahwa awal mula orientalisme bermula sejak Perang Mu’tah pada masa Rasulullah ﷺ (Hadits Riwayat Imam Muslim dan lainnya terkait perang tersebut).

وهي عند البعض من علماء المسلمين ومثقفيهم تبدأ رسمياً سنة ١٣١٢ ميلادية مع صدور قرار مجمع ((فيّنا)) الكنسي بإنشاء عدد من كراسي اللغة العربية وغيرها من اللغات في عدد من الجامعات الأوربية.

Sedangkan menurut sebagian ulama dan cendekiawan Muslim lainnya, permulaan orientalisme secara resmi dimulai pada tahun 1312 Masehi, yakni saat Konsili Gereja di Wina mengeluarkan keputusan untuk mendirikan sejumlah kursi (departemen) Bahasa Arab dan bahasa-bahasa Timur lainnya di beberapa universitas Eropa.

وبين تلك وهذه يبرز العالم النصراني ((يوحنا الدمشقي)) الذي كتب لإخوانه في النصرانية مما كتب (محاورة مع مسلم) وكتاب (إرشاد النصارى في جدل المسلمين)

Di antara dua pendapat tersebut, muncul nama seorang cendekiawan Nasrani, yaitu Yohanes dari Damaskus (Yuhanna ad-Dimasyqi), yang menulis untuk saudara-saudaranya seiman Nasrani di antaranya buku Dialog dengan Seorang Muslim dan Petunjuk untuk Kaum Nasrani dalam Perdebatan dengan Kaum Muslimin.

وكان هذا في القرن الأول الهجري/ نهاية القرن السابع وبداية القرن الثامن الميلادي.

Karya-karya tersebut ditulis pada abad pertama Hijriyah, yakni akhir abad ke-7 dan awal abad ke-8 Masehi.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : Alukah



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.