
نقد روايات النزول عند ابن عطية
Kritik terhadap Riwayat Asbabun Nuzul menurut Ibnu ‘Athiyyah (Bagian Pertama)
Oleh : Syaikh Muhammad Shalih Sulaiman
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Kritik Terhadap Riwayat Asbabun Nuzul ini masuk dalam Kategori Asbabun Nuzul
Artikel ini berasal dari kitab “ash-Shina‘ah an-Naqdiyyah fi Tafsir Ibni ‘Athiyyah”, terbitan Markaz Tafsir tahun 1437 H / 2016 M, hlm. 291 dan setelahnya
اعتنى ابن عطية في تفسيره (المحرّر الوجيز) بالكلام عن روايات النزول والاستشكال عليها والترجيح بينها ونقدها رواية ودراية، وهذه المقالة تستعرض ملامح المنهج النقدي لابن عطية لروايات النزول مع التمثيل عليها، وهي مستلّة من كتاب (الصناعة النقدية في تفسير ابن عطية).
Ibnu ‘Athiyyah dalam tafsirnya al-Muharrar al-Wajiz memberikan perhatian besar terhadap riwayat-riwayat asbabun nuzul, baik dengan mengkritisinya, menelaah problematikanya, membandingkan antar riwayat, serta menilai kekuatannya dari sisi sanad dan makna. Artikel ini mengulas ciri-ciri pendekatan kritis Ibnu ‘Athiyyah terhadap riwayat-riwayat tersebut dengan menyertakan contoh. Tulisan ini merupakan kutipan dari kitab ash-Shina‘ah an-Naqdiyyah fi Tafsir Ibni ‘Athiyyah.
نقد روايات النزول عند ابن عطية
Kritik terhadap Riwayat Asbabun Nuzul menurut Ibnu ‘Athiyyah
اعتنى ابن عطية عنايةً بالِغة بانتقاد الأخبار الواردة في روايات النزول روايةً ودرايةً؛ فقد ذكَرَ الروايات وبَيَّنَ ما بينها من اختلافات، وما يرِدُ عليها من اعتراضات وإشكالات، ورجَّح بينها، ووازَنَ وصحَّح وضعَّف، وانتقدَ منها واستشكَل عليها، وسنبيِّن فيما يأتي أهمَّ العناصر البارزة في انتقاداته لروايات النزول.
Ibnu ‘Athiyyah sangat mencurahkan perhatian dalam mengkritisi riwayat-riwayat asbabun nuzul baik dari sisi sanad (riwayah) maupun pemahaman (dirayah); beliau menyebutkan riwayat-riwayat tersebut, menjelaskan perbedaan di antaranya, mengemukakan berbagai keberatan dan problematika, membandingkan antar riwayat, menguatkan dan melemahkan, serta mengkritik dan mempertanyakan isinya. Berikut ini akan dijelaskan poin-poin penting dalam kritik beliau terhadap riwayat asbabun nuzul.
ملامح المنهج النقدي لروايات النزول عند ابن عطية:
Ciri-Ciri Metode Kritik terhadap Riwayat Asbabun Nuzul menurut Ibnu ‘Athiyyah:
يمكن بيان بعض ملامح هذا المنهج عند ابن عطية من خلال النقاط الآتية:
Beberapa ciri dari pendekatan ini menurut Ibnu ‘Athiyyah dapat dijelaskan melalui poin-poin berikut:
١) انتقاد روايات النُّزُول المُخالِفَة للسُّنّة:
1) Kritik terhadap Riwayat Nuzul yang Menyelisihi Sunnah:
انتقد ابن عطية بعض روايات النزول بمخالفتها لِمَا ثبَتَ في السُّنّة، وجعلَ ما صحّ واشتهر من السُّنّة أصلًا تُقاس به صحة روايات النزول مِن عَدَمِها، وصوابها مِن خَطَئِها؛ فمِن ذلك: انتقاده قول السدي بأنَّ قوله تعالى:
Ibnu ‘Athiyyah mengkritik sebagian riwayat asbabun nuzul karena bertentangan dengan sunnah yang telah tetap. Ia menjadikan hadits yang shahih dan masyhur dalam sunnah sebagai tolok ukur untuk menilai apakah suatu riwayat asbabun nuzul shahih atau tidak, benar atau salah. Contohnya adalah kritik beliau terhadap pendapat as-Suddi yang mengatakan bahwa firman Allah:
﴿إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ﴾
[سورة المائدة: ٣٣]
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya serta berbuat kerusakan di muka bumi adalah: mereka dibunuh, atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara bersilang, atau diasingkan dari negeri.” (Surah al-Ma’idah ayat 33)
نزلَت تنهَى النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- عن تَسْمِيل أَعيُنِ العُرَنِيِّينَ، لـمَّا أرادَ ذلك، وأنه -صلى الله عليه وسلم- لم يُسَمِّل أَعيُنَهم. فقد تعقَّبَه ابنُ عطية بقوله: «وهذا قولٌ ضعيفٌ تُخَالِفُهُ الرواياتُ المتظاهرةُ».
turun untuk melarang Nabi ﷺ membutakan mata orang-orang ‘Uraniyyin 1 ketika beliau ingin melakukannya, dan bahwa Nabi ﷺ tidak benar-benar membutakan mata mereka. Ibnu ‘Athiyyah membantah pendapat ini dengan berkata: “Ini adalah pendapat yang lemah, yang bertentangan dengan riwayat-riwayat mutazhahirah.” 2
ومقصودُه بالروايات المتظاهرة = الروايات التي تضمَّنت قصة العُرَنيِّين، وأثبتَت تَسمِيلَ النبيِّ -صلى الله عليه وسلم- أَعيُنَهُم؛ وذلك فيما رواه أنسُ بن مالك -رضي الله عنه- أنَّ ناسًا مِن عُرَيْنَة قَدِمُوا على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- المدينةَ، فاجْتَوَوْهَا،
Yang dimaksud dengan “riwayat-riwayat mutazhahirah” di sini adalah riwayat-riwayat yang memuat kisah orang-orang ‘Uraniyyin dan menegaskan bahwa Nabi ﷺ benar-benar membutakan mata mereka. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. bahwa sekelompok orang dari kabilah ‘Urainah datang kepada Rasulullah ﷺ di Madinah, namun mereka merasa tidak cocok dengan udaranya 3
فقال لهم رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: (إن شئتم أن تخرجوا إلى إبل الصدقة؛ فتشربوا من ألبانها وأبوالها)؛ ففعلوا فصَحُّوا، ثم مالوا على الرِّعَاءِ فقتلوهم، وارتدُّوا عن الإسلام، وساقوا ذَوْدَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؛ فبلغ ذلك النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- فبعَث في أَثَرِهم، فأُتِيَ بهم فقطعَ أيدِيَهُم وأرجُلَهُم، وسَمَلَ أَعيُنَهُم.
Maka Rasulullah ﷺ berkata kepada mereka, “Jika kalian mau, pergilah ke unta-unta zakat dan minumlah susu serta air kencingnya.” Mereka pun melakukannya dan menjadi sehat. Namun setelah itu, mereka menyerang para penggembala, membunuh mereka, murtad dari Islam, dan membawa lari unta milik Rasulullah ﷺ. Maka beliau mengirim pasukan untuk menangkap mereka. Setelah tertangkap, beliau memotong tangan dan kaki mereka, serta membutakan mata mereka4
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Baca lebih nyaman dengan aplikasi rezandroid. Download versi terbaru di Google Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid
Catatan Kaki
- Membutakan mata berarti menusuk atau mencungkilnya dengan besi panas atau alat sejenis. Kata ‘al-‘Uraniyyin’ adalah penisbatan kepada kabilah ‘Urainah’. Dalam kitab Fath al-Bari disebutkan bahwa ‘Urainah, dengan huruf ‘ain dan ra tanpa titik serta nun dalam bentuk tashghir, adalah salah satu kabilah dari Qudha’ah atau Bajilah, dan yang dimaksud di sini adalah yang kedua, sebagaimana disebutkan oleh Musa bin ‘Uqbah dalam kitab al-Maghazi.
- Lihat: al-Muharrar al-Wajiz (3/154). Lihat juga contoh lain di (2/595, 596; an-Nisa: 65), (7/103; al-Ahzab: 19), (8/444; al-Muzzammil: 11).
- Makna “اجتووها” adalah mereka tidak tahan tinggal di Madinah karena sakit yang menimpa mereka. Kata ini berasal dari الجَوَى، “al-jawa”, yaitu penyakit dalam rongga perut. Lihat: Syarh an-Nawawi ‘ala Shahih Muslim (11/154).
- Lihat: Shahih al-Bukhari, Kitab al-Wudhu’, Bab tentang air kencing unta dan binatang lainnya serta tempat tinggalnya, hlm. 53, Hadits No. 233. Juga Shahih Muslim, Kitab al-Qasamah, Bab Hukum terhadap Perusuh dan Murtadin (3/151), Hadits No. 1671.
Leave a Reply