Wacana Feminisme Kontemporer : Potret dari Dekat (2)



الخطاب النسوي المعاصر .. صورة من قريب

Wacana Feminisme Kontemporer: Sebuah Potret dari Dekat (Bagian Kedua)

Penulis: Fatimah Ahmad Hafizh

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Wacana Feminisme Kontemporer : Potret dari Dekat ini termasuk dalam Kategori Tsaqafah Islamiyah

ولا شك أن تركيز الخطاب على مثل هذه القضايا الوافدة الوهمية وإحجامه عن التصدي للقضايا الحقيقية التي تواجهها القاعدة النسائية العريضة قد باعد بينه وبين هذه القاعدة وأدى إلى تحوله إلى خطاب نخبوي وليس إلى خطاب جماهيري.

Tidak diragukan lagi, bahwa fokus wacana feminis pada isu-isu asing yang semu serta keengganannya untuk menghadapi permasalahan nyata yang dialami oleh mayoritas perempuan telah menciptakan jarak antara wacana ini dan basis perempuan itu sendiri. Hal ini menyebabkan wacana tersebut berubah menjadi wacana elitis, bukan lagi wacana yang membumi dan menjangkau massa.

ومنذ فترة ليست بالبعيدة بدأ الخطاب النسوي يعاني من إشكالية عدم تمكنه من التوفيق بين ما هو وطني وما هو نسوي وفي مثل هذه الحالة فإن الخطاب غالباً ما ينحاز إلى جانب النسوي على حساب الوطني وقد اتضح ذلك بصورة عملية في موقف الخطاب المعارض للعمليات الاستشهادية وإحقاقاً للحق فإن بعض تيارات الحركة النسوية قد أعلنت أنها تؤيد مثل هذه العمليات إلا أن صوتها كان ضعيفاً وظلت الغلبة للمعارضين لها

Dalam beberapa tahun terakhir, wacana feminis mulai menghadapi masalah dalam menyatukan antara nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai feminisme. Dalam situasi seperti ini, wacana feminis cenderung lebih berpihak pada agenda feminis meskipun harus mengorbankan kepentingan nasional. Hal ini terlihat secara nyata ketika sebagian besar kalangan feminis menentang aksi-aksi syahid (operasi kemartiran). Meskipun harus diakui bahwa ada sebagian kelompok dalam gerakan feminis yang menyatakan dukungannya terhadap aksi-aksi tersebut, namun suara mereka sangat lemah dan tetap kalah oleh dominasi kelompok yang menolaknya.

وقد أدهش الخطاب النسوي الجميع حين أعلن رفضه للعملية الاستشهادية التي نفذتها الشهيدة وفاء إدريس وقد كان من المفترض والبديهي أن يحتفي الخطاب بمشاركة المرأة الفلسطينية في حركة التحرر الوطني لبلدها أما عن مبررات هذا الرفض فقد ساقتها إقبال بركة بشجاعة تحسد عليها قائلة (إن آلاف المنظمات الأهلية النسائية في أنحاء العالم لن تتعاطف أبداً مع الرجل العربي الذي يدفع زوجته أو ابنته أو شقيقته لتفجر نفسها دفاعاً عن وطنهما ) ..

Wacana feminis mengejutkan banyak pihak ketika secara terbuka menolak aksi syahid yang dilakukan oleh syahidah Wafa Idris. Padahal, sudah sewajarnya dan merupakan sesuatu yang logis jika wacana tersebut justru mendukung partisipasi perempuan Palestina dalam perjuangan pembebasan nasional negaranya. Adapun alasan penolakan tersebut dijelaskan oleh Iqbal Barakah dengan keberanian yang patut dicatat. Ia menyatakan, “Ribuan organisasi perempuan sipil di seluruh dunia tidak akan pernah bersimpati kepada seorang pria Arab yang mendorong istri, putri, atau saudara perempuannya untuk meledakkan diri demi membela tanah air mereka.”

ورفض الخطاب لعملية وفاء إدريس بصفة خاصة يلقي بظلال من الشك حول ما يدعيه الخطاب من أنه يستهدف تفعيل مشاركة المرأة في قضايا المجتمع السياسية والاقتصادية والاجتماعية وأنه يعمل على تغيير الصورة النمطية التقليدية عن المرأة والتي تحصر دورها في أداء أعمال معينة محكومة بعامل الجنس.

Penolakan wacana feminis terhadap aksi syahid yang dilakukan secara khusus oleh Wafa Idris menimbulkan keraguan serius terhadap klaim yang selama ini diusung oleh wacana tersebut — bahwa ia bertujuan mengaktifkan peran perempuan dalam berbagai isu politik, ekonomi, dan sosial di masyarakat. Sikap ini juga mempertanyakan kesungguhan wacana feminis dalam mengubah citra tradisional perempuan yang selama ini membatasi perannya hanya pada pekerjaan-pekerjaan tertentu berdasarkan jenis kelamin.

وليست هذه هي المشكلة الوحيدة التي يعاني منها الخطاب النسوي فالخطاب يقع في أخطاء منهجية عديدة حينما يحاول معالجة قضايا المرأة بمعزل عن قضايا المجتمع ككل وحينما يعادي الرجل لأسباب غير مفهومة وحينما يفشل في استحضار الهوية العربية والإسلامية في أدبياته.

Ini bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi oleh wacana feminis. Wacana ini juga jatuh dalam berbagai kesalahan metodologis ketika mencoba menangani isu-isu perempuan secara terpisah dari isu-isu masyarakat secara umum, ketika memusuhi laki-laki tanpa alasan yang jelas, dan ketika gagal menghadirkan identitas Arab dan Islam dalam narasi-narasinya.

أما أبرز تجليات فشل الخطاب النسوي بصورته الراهنة فهي عجزه عن تحقيق ما يدعو إليه رغم مرور ما يربو عن قرن من انطلاق مسيرته فما زالت المرأة العربية تعاني من الأمية وما زالت تواجه صورًا عديدة من القهر والظلم أما عن آية فشل هذا الخطاب الحقيقية فهي إخفاقه في تشكيل قوة نسائية حقيقية تعبر عن مطالب المرأة العربية لا الغربية !

Adapun manifestasi paling nyata dari kegagalan wacana feminis dalam bentuknya saat ini adalah ketidakmampuannya untuk mewujudkan apa yang diserukannya, meskipun telah lebih dari satu abad sejak ia mulai bergerak. Perempuan Arab masih mengalami buta huruf, masih menghadapi berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan. Dan tanda nyata dari kegagalan wacana ini adalah kegagalannya dalam membentuk kekuatan perempuan sejati yang benar-benar mewakili tuntutan perempuan Arab, bukan perempuan Barat!

وختاماً فإننا حين ننتقد القائمين على الخطاب النسوي لمحاولتهم إسقاطهم الثوابت الدينية والخلقية ومراعاة الخصوصية الثقافية فإننا ننحي أيضاً باللائمة على الإسلاميين الذين عجزوا عن بلورة مشروع خطاب إسلامي بديل يعبر عن القضايا الحقيقية التي تعاني منها المرأة ويوائم بين ما هو ثابت بحكم الشريعة وما هو متغير بحكم العصر الذي نحيا فيه وإن كنا لا نُغفل بعض الجهود الفردية.

Sebagai penutup, ketika kita mengkritik para pengusung wacana feminis karena usaha mereka menjatuhkan prinsip-prinsip agama dan moral serta mengabaikan kekhususan budaya, kita juga menyalahkan kalangan Islamis yang gagal merumuskan proyek wacana Islam alternatif yang mampu menyuarakan permasalahan nyata yang dialami perempuan dan mampu menyeimbangkan antara hal-hal yang tetap berdasarkan syariat dan hal-hal yang berubah sesuai dengan zaman yang kita jalani saat ini — meskipun kita tidak menafikan adanya beberapa upaya individu yang patut diapresiasi.

Alhamdulillah selesai rangkaian artikel 2 (Dua) Seri

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.