
الأم بين الأمس واليوم
Ibu, Antara Masa Lalu dan Masa Kini (Bagian Pertama)
Oleh : Muhammad ‘Aujan Al-Khiyarin
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Ibu, Antara Masa Lalu dan Masa Kini ini masuk dalam Kategori Pendidikan Keluarga
للأم دور بالغ الأهمية في تربية الأطفال خلال السنوات الأولى من أعمارهم لأنها أكثر التصاقاً بالبيت والطفل ولأن عاطفتها أقوى من عاطفة الأب نحو الطفل فهي أقرب إلى قلوب الأطفال منه.
Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anak-anak selama tahun-tahun awal kehidupan mereka, karena ia lebih banyak berada di rumah dan dekat dengan anak, serta kasih sayangnya lebih kuat dibandingkan ayah terhadap anak, sehingga ia lebih dekat ke hati anak-anak daripada ayah.
ولقد زود الله الأم بعاطفة الحنان – الأمومة – ولم يزود بها الأب . وهذا الدافع العضوي أقوى الدوافع العضوية جميعاً، ولذلك فإن الأم مهيأة لرعاية الطفل والتضحية من أجله براحتها ونومها وهي راضية.
Allah telah menganugerahkan kepada ibu perasaan kasih sayang – keibuan – yang tidak dimiliki oleh ayah. Dorongan alami ini adalah yang paling kuat di antara dorongan-dorongan alami lainnya, sehingga ibu secara naluriah siap merawat anak dan berkorban demi anak, termasuk kenyamanan dan tidurnya, dengan penuh kerelaan.
وهذا الحنان يمكن الأم من السهر على راحة الطفل وخاصة في السنتين الأوليين ولهاتين السنتين أثر كبير في شخصية الفرد ومن هذه الأمور أن الرضيع يتعرف على أمه من رائحتها . ثم يتعرف على صوتها بعد ذلك .
Kasih sayang ini memungkinkan ibu untuk begadang demi kenyamanan anak, terutama dalam dua tahun pertama, yang memiliki dampak besar terhadap kepribadian individu. Di antara hal-hal yang terjadi adalah bahwa bayi mengenali ibunya dari baunya terlebih dahulu, lalu dari suaranya.
كما أن لغة الأم هي أول لغة يقلدها الطفل وتكون معظم انفعالاته في السنة الأولى مرتبطة ومركزة في الأم أو من يحل محلها.
Bahasa ibu juga menjadi bahasa pertama yang ditiru oleh anak, dan sebagian besar reaksi emosional anak pada tahun pertama berpusat pada ibu atau orang yang menggantikannya.
وإذا عرفنا أن الرضيع يبدأ منذ الشهر السادس من عمره في تكوين الأطفال ، وعلينا ألا نغفل دور الأم في حمل الأمانة . والقيام بواجب المسؤولية وتوجيههم.
Jika kita mengetahui bahwa sejak usia enam bulan bayi sudah mulai membentuk kepribadian, maka kita tidak boleh melupakan peran ibu dalam memikul amanah, melaksanakan tanggung jawab, dan membimbing anak-anaknya.
ولقد بيّن الله في محكم تنزيله ، (والبلد الطيب يخرج نباته بإذن ربه والذي خبثُ لا يخرج إلا نكداً ، كذلك نصرف الآيات لقومٍ يشكرون) (الأعراف : ٥٨).
Allah telah menjelaskan dalam kitab-Nya yang mulia: (Dan negeri yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhannya; dan yang buruk, tidak tumbuh kecuali dengan susah payah. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat bagi kaum yang bersyukur) (Surah al-A’raf ayat 58).
كما قال الشاعر : الأم مدرسةٌ إذا أعددتها أعددت شعباً طيبَ الأعراق
Sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair: Ibu adalah sekolah; jika engkau menyiapkannya, maka engkau telah menyiapkan bangsa yang baik akarnya.
فالأم في تحمل المسؤولية كالأب سواء بسواء، بل مسؤوليتها أهم وأخطر باعتبار أنها ملازمة لولدها منذ الولادة إلى أن يشب ويترعرع ويبلغ السن التي تؤهله ليكون إنسان الواجب، ورجل الحياة، والرسول صلوات الله وسلامه عليه قد أفرد الأم بتحمل المسؤولية حين قال: “والأم راعية في بيت زوجها ومسؤولة عن رعيتها”.
Dalam memikul tanggung jawab, ibu setara dengan ayah. Bahkan tanggung jawabnya lebih penting dan lebih berat karena ia mendampingi anaknya sejak lahir hingga tumbuh besar, berkembang, dan mencapai usia yang menjadikannya manusia yang bertanggung jawab dan tangguh menghadapi kehidupan. Rasulullah ﷺ secara khusus menyebutkan tanggung jawab ibu dalam sabdanya: “Dan ibu adalah pemelihara dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab atas yang dipeliharanya.”
وما ذاك إلا لإشعارها بالتعاون مع الأب في إعداد الجيل وتربية الأبناء وإذا قصرت الأم في الواجب التربوي نحو أولادها لانشغالها مع معارفها وصديقاتها واستقبال ضيوفها وخروجها من بيتها إلى الأسواق والعمل لغير ضرورة وتركت الأولاد إلى المربية وأهملت الاهتمام بما يحدث لهم من عناية ورعاية، فلا شك أن الأبناء سينشأون نشأة اليتامى، ويعيشون عيشة المشردين بل سيكونون سبب فساد وأداة إجرام للأمة بأسرها فماذا ننتظر من أولادٍ أمهاتهم على هذه الحال من الإهمال والتقصير.
Hal ini dimaksudkan agar ibu merasakan pentingnya kerja sama dengan ayah dalam menyiapkan generasi dan mendidik anak-anak. Namun jika ibu lalai dalam menjalankan kewajiban pendidikan karena sibuk dengan kenalan dan teman-temannya, menerima tamu, keluar rumah ke pasar atau bekerja tanpa keperluan mendesak, dan meninggalkan anak-anak kepada pengasuh serta mengabaikan perhatian dan perawatan terhadap mereka, maka tidak diragukan lagi bahwa anak-anak akan tumbuh seperti anak yatim, hidup seperti gelandangan, bahkan menjadi penyebab kerusakan dan alat kejahatan bagi seluruh umat. Maka apa yang bisa kita harapkan dari anak-anak yang ibunya dalam keadaan lalai dan ceroboh seperti itu?
فحتماً لا ننتظر منهم إلا الانحراف ولا نتوقع إلا الإجرام لانشغال الأم عن رعاية الولد وتربيته.
Sudah pasti kita hanya akan menunggu penyimpangan dari mereka dan tidak mengharapkan apa pun selain kejahatan karena sang ibu lalai dalam merawat dan mendidik anak-anaknya.
ويزداد الأمر سوءاً عندما يقضي الأبوان جل وقتهما في حياة الإثم والغواية ويتقلبان في أتون الشهوات والملذات ويتخبطان في طريق الانحلال والإباحية.
Keadaan menjadi semakin buruk ketika kedua orang tua menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam kehidupan dosa dan kesesatan, larut dalam nafsu dan kenikmatan, serta tersesat dalam jalan kehancuran dan kebebasan tanpa batas.
فلا شك أن انحراف الولد يكون أبلغ وأخطر ويكون تدرجه في الإجرام أكبر وأعظم، فلننظر بعين فاحصة وعقول نيرة تبحث عن الحق والصدق في أمانة التربية بين أم الأمس واليوم ونتتبع نتائج هذه النظرة.
Tidak diragukan lagi, penyimpangan anak akan menjadi lebih besar dan lebih berbahaya, serta kemampuannya dalam melakukan kejahatan akan semakin meningkat. Maka marilah kita melihat dengan cermat dan akal yang jernih yang mencari kebenaran dan kejujuran dalam amanah pendidikan antara ibu di masa lalu dan masa kini, serta menelusuri hasil dari pengamatan ini.
إن الأم في الأمس كانت هي كل شيء في بيتها، كانت المربية والمدبرة لجميع شؤون المنزل.
Ibu di masa lalu adalah segalanya di dalam rumahnya; ia adalah pendidik dan pengatur seluruh urusan rumah tangga.
فقد كانت تعمل وتعلم لأن العلم بدون عمل لا يرسخ في العقل ولا يقبله.
Ia bekerja dan mengajarkan karena ilmu tanpa amal tidak akan tertanam dalam pikiran dan tidak diterima.
وكانت على بساطة تعليمها وبساطة فقهها في دينها إلا إنها كانت تجتهد في تربيتهم التربية الإسلامية المرضية.
Meskipun pendidikannya sederhana dan pemahaman agamanya tidak mendalam, namun ia bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islam yang diridhai.
لقد كانت تعلمهم المسؤولية من خلال قيامها بمسؤولياتها في بيتها وطاعة زوجها وتربية أبنائها وتعلمهم الواجب عليهم من حيث إعطائهم حقوقهم من العناية والرعاية.
Ia mengajarkan tanggung jawab kepada mereka dengan menjalankan tanggung jawabnya di rumah, menaati suaminya, mendidik anak-anaknya, dan mengajarkan kepada mereka kewajiban mereka dengan memberi hak-hak mereka berupa perhatian dan perawatan.
فلقد كانت تحملهم في صدرها وترضعهم من ثديها وكانت تسهر على راحتهم إذا مرضوا وتقوم بخدمتهم.
Ia menggendong mereka di dadanya, menyusui mereka dari payudaranya, begadang jika mereka sakit, dan melayani mereka.
فلهذا العمل جزيل الأثر على نفس الأبناء فتربي فيهم البر والإحسان والطاعة والاحترام فيستمعون إليها إذا وجهت ويطيعونها إذا أمرت ويعينونها إذا عجرت.
Tindakan ini memiliki pengaruh besar dalam jiwa anak-anak. Ia menanamkan dalam diri mereka sifat berbakti, kebaikan, ketaatan, dan penghormatan. Mereka mendengarkannya saat ia memberi arahan, menaati saat ia memerintah, dan membantunya saat ia lemah.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply