
وجزيت خيرًا … دعوة لأم أحسنت التربية
Kebaikan Untukmu … Wahai Ibu yang Telah Sukses Mendidik Anaknya (Bagian Kedua)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Juziti Khairan, Wahai Para Ibu yang Telah Sukses Mendidik ini masuk dalam Kategori Tarbiyah
لا زالت تذكر كلماته : ” صونيها – أي الثلاثين ألف دينار- وثمريها ، وأنفقي منها على نفسك ووليدك بالمعروف حتى أعود إليك سالمًا غانمًا ، أو يرزقني الله الشهادة التي أتمناها “
Ia masih mengingat betul ucapannya: “Jagalah harta ini – yakni tiga puluh ribu dinar – dan kembangkanlah, serta nafkahkanlah darinya untuk dirimu dan anakmu dengan cara yang baik, sampai aku kembali kepadamu dengan selamat dan membawa kemenangan, atau Allah menganugerahiku syahid yang aku dambakan.”
نزلت الأم ولا يزال رنين كلمات زوجها كما لو كان لتوه ، أمرت الجميع أن يتفرقوا شاكرة لهم حسن صنيعهم ، فإنما الرجل فرّوخ زوجها ووالد جارهم الشاب .
Sang ibu pun turun, dan gema kata-kata suaminya masih terngiang seolah baru saja diucapkan. Ia memerintahkan semua orang agar bubar, sambil mengucapkan terima kasih atas kebaikan mereka, lalu menjelaskan bahwa lelaki itu adalah Farukh, suaminya dan ayah dari tetangga muda mereka.
لم يتمالك الرجلان نفسيهما فأكب كل منهما على الآخر معانقًا إياه ، والابن يجثو على يد أبيه يلثمها معتذرًا فرحًا – لقد اختلطت المشاعر عند كليهما ، وتقاطرت الدموع منهما ، فرحًا بلقاء لم يكن في حسبان أحدهما أو كليهما .
Keduanya tak mampu menahan diri. Mereka saling merangkul penuh keharuan. Si anak pun berlutut mencium tangan ayahnya, sambil meminta maaf dan menahan rasa bahagia. Perasaan campur aduk membanjiri keduanya, dan air mata pun mengalir, bahagia atas pertemuan yang tak pernah mereka sangka akan terjadi.
جلست الزوجة إلى زوجها يحدثها عن مسيرة ثلث قرن من الجهاد مع جيوش المسلمين ، مبينًا لها سبب غيبته وانقطاعه ، ظل الفارس يتحدث ولكن الزوجة كانت في هواجس أخرى ،
Sang istri pun duduk bersama suaminya, mendengarkan kisah perjalanannya selama sepertiga abad berjihad bersama pasukan kaum Muslimin, menjelaskan padanya alasan kepergiannya yang panjang dan hilangnya kabar. Sang pejuang terus berbicara, namun pikiran istrinya sibuk dengan kegelisahan lain.
تحاول أن تجد إجابة مرضية لزوجها إذا سألها عن ذلك المبلغ الذي تركه على أن تثمره وتنفق منه بمعروف ، إنها تحاول أن تعثر على إجابة لا تغضبه ، ولكن كيف ؟
Ia mencoba mencari jawaban yang memuaskan jika suaminya bertanya tentang uang yang dulu ditinggalkan untuk dikembangkan dan dinafkahkan dengan cara yang baik. Ia berusaha menemukan jawaban yang tak membuat suaminya marah. Tapi bagaimana caranya?
ها هو يسألها وهي تتشاغل عنه ، هل تخبره أنه لم يعد من الثلاثين ألف دينار شيء ، أيقنعه أنها جميعًا أنفقت على تعليم ولده وتأديبه ؟
Kini sang suami bertanya, sementara ia berpura-pura sibuk. Haruskah ia mengatakan bahwa tak tersisa sedikit pun dari tiga puluh ribu dinar itu? Akankah suaminya percaya bahwa semuanya telah habis digunakan untuk pendidikan dan pembinaan anaknya?
وأي علم ذلك الذي يستغرق كل هذا المال ؟! ، أيصدق أن ولده سخي النفس كريم الطبع ، لا يكاد ينقطع عن النفقة في كل وجوه الخير والبر ؟
Ilmu macam apa yang menghabiskan seluruh uang sebanyak itu?! Akankah suaminya percaya bahwa anak mereka begitu dermawan, berhati mulia, dan senantiasa menginfakkan harta dalam berbagai bentuk kebaikan dan amal saleh?
وبينما هي في خواطرها المتسارعة ، والتي قطعت عليها فرحتها بشمل جمعه الله بعدما ظنت كل الظن ألا يتلاقيا ، وبينما هي كذلك إذ قطع عليها تفكيرها بقوله : ” لقد جئتك – يا أم ربيعت – بأربعة آلاف دينار ، فأخرجي المال الذي أودعتك إياه ، نشتري به عقارًا أو بستانًا نعيش من غلته ما بقيت بنا الحياة “
Saat pikirannya sedang dipenuhi berbagai kekhawatiran, yang sempat memudarkan kebahagiaan karena pertemuan yang dikira tak mungkin terjadi, tiba-tiba lamunannya terpotong oleh ucapan suaminya: “Wahai Ummu Rabi‘ah, aku datang kepadamu membawa empat ribu dinar. Keluarkanlah uang yang dulu kutitipkan padamu, agar kita bisa membelikan tanah atau kebun yang hasilnya bisa mencukupi hidup kita hingga akhir hayat.”
حاولت الزوجة أن تتشاغل عنه ، فلم تجبه ولكنه ألحّ في الطلب – إنها تخشى غضبته ، فيما لو عرف الحقيقة ، فماذا تفعل ؟
Sang istri mencoba menghindari pembicaraan, namun sang suami terus mendesak. Ia takut suaminya marah jika mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Apa yang harus ia lakukan?
ردت في حكمة وثبات : لقد وضعته حيث يجب أن يوضع ، وسأخرجه لك إن شاء الله ،
Dengan bijak dan tenang ia menjawab, “Aku telah meletakkan uang itu pada tempat yang seharusnya, dan insya Allah akan aku keluarkan untukmu.”
هنا انطلق صوت المؤذن لصلاة الفجر ، فقطع حديثهما ، وهَمَّ بالخروج إلى المسجد متسائلاً عن ربيعة ، ولكن ربيعة كان قد سبقه إلى مسجد رسول الله صلى الله عليه وسلم ،
Saat itu terdengar suara adzan subuh yang memotong percakapan mereka. Sang suami bersiap untuk berangkat ke masjid sambil bertanya tentang Rabi‘ah, namun ternyata Rabi‘ah telah lebih dahulu pergi ke Masjid Rasulullah ﷺ.
يخالجه شوق إلى روضة المصطفى صلى الله عليه وسلم ، ويدفعه حنين ثلاثين سنة عاشها مجاهدًا ، بعيدًا عن مدينته صلى الله عليه وسلم ،
Kerinduan pada Raudhah Nabi ﷺ membuncah di dalam hatinya, dan rasa rindu akan tiga puluh tahun yang dihabiskannya sebagai mujahid, jauh dari kota Nabi ﷺ, mendorongnya untuk segera ke sana.
وها هو يؤدي الصلاة ثم يجلس في الروضة الشريفة ، يملأ نفسه وعينه بذكر وصلاة ودعاء طالما اشتاق إليه في هذا المكان ،
Ia pun melaksanakan shalat, lalu duduk di Raudhah yang mulia, mengisi hati dan pandangannya dengan dzikir, shalat, dan doa yang sejak lama ia rindukan di tempat itu.
وها هو يخرج من المسجد ، ولكن ساحة المسجد تغص بالناس ، فلم يعد فيها موطأ لقدم .
Saat ia keluar dari masjid, pelataran masjid telah penuh sesak dengan manusia, sampai tak ada lagi tempat untuk menjejakkan kaki.
الكل يتحلق حلقة في إثر حلقة حول شيخ مهيب ، لم يتبين ملامحه لبعده عنه ، ولكن بيان الشيخ يأخذ باللبيب ، إذ ينثال على الشفاه علم متدفق يدل على حافظة واعية ، لا تكاد تغيب عنها شاردة ،
Semua orang mengelilingi seorang syaikh yang tampak berwibawa, satu lingkaran demi lingkaran. Ia belum bisa melihat jelas wajah syaikh itu karena jaraknya, namun penjelasan syaikh tersebut memikat orang-orang cerdas, karena keluar dari lisannya ilmu yang mengalir deras, menunjukkan ingatan yang tajam, yang tak melewatkan satu pun hal kecil.
لقد أدهش الرجل خضوع الناس بين يدي الشيخ ، وتزاحمهم عليه وإحاطتهم به ، واندفاعهم خلفه بعدما ما أنهى حديثه ،
Sang lelaki (Farukh) kagum melihat bagaimana orang-orang tunduk di hadapan syaikh itu, berdesakan untuk mendekatinya, mengelilinginya, dan mengikuti ke mana ia pergi setelah selesai memberi pengajian.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : Islamweb
Leave a Reply