
إذا كان صيام يوم عرفة يكفر سنة ماضية وسنة مستقبلة، فلماذا يصام كل عام؟
Jika Puasa Hari Arafah Menghapus Dosa Setahun yang Lalu dan yang Akan Datang, Mengapa Harus Dilakukan Setiap Tahun?
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Kenapa Puasa Arafah Harus Dilakukan Tiap Tahun ini termasuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
بعض الناس وخصوصاً المسلمين الجدد عندما يعلمون أن صيام يوم عرفة يكفر ذنوب السنة الماضية والقادمة يقولون: لماذا نصومه كل عام إذاً، وأنه لا ضير من صيامه عاما وعدم صيامه في عام آخر، فما الجواب على ذلك حتى يكون الرد مقنعاً؟
Sebagian orang, terutama para mualaf, ketika mengetahui bahwa puasa hari Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan yang akan datang, mereka bertanya: Mengapa kita tetap berpuasa setiap tahun? Bukankah tidak mengapa jika kita berpuasa di satu tahun dan tidak di tahun berikutnya? Maka bagaimana jawaban yang meyakinkan untuk hal ini?
ملخص الجواب
Ringkasan Jawaban:
في الجواب عن شبهة إذا كان صيام يوم عرفة يكفر سنتين فلماذا نصومه كل عام مع أن الذنوب قد كُفّرت، أجاب العلماء على هذه الشبهة بعدة أجوبة ينظر تفصيلها في الجواب المطول
Dalam menjawab keraguan mengenai “Jika puasa hari Arafah menghapus dosa dua tahun, maka mengapa tetap dilakukan setiap tahun padahal dosa-dosa sudah diampuni?” – para ulama telah memberikan sejumlah penjelasan yang rinci, dan rincian jawabannya dapat dilihat pada bagian penjelasan lengkap berikut ini.
الجواب
Jawaban:
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، وبعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, amma ba’du:
ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أن صيام يوم عرفة يكفر ذنوب سنتين: سنة ماضية، وسنة مستقبلة. رواه مسلم (١١٦٢).
Telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa puasa hari Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun: satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. (Hadits Riwayat Imam Muslim)
فإذا كفَّر صيامُ يوم عرفة ذنوبَ السنة المستقبلة فهل معنى ذلك أنه لا يصام في السنة المستقبلة، لكون ذنوبها قد كفرت؟
Jika puasa hari Arafah menghapus dosa tahun mendatang, apakah itu berarti kita tidak perlu lagi berpuasa pada tahun berikutnya karena dosa tahun tersebut telah diampuni?
الجواب: لا. وذلك للأسباب التالية:
Jawabannya: Tidak. Hal itu dikarenakan beberapa alasan berikut ini:
Alasan Pertama:
أن الأعمال الصالحة التي رتب الشرع على فعلها الثواب وتكفير الذنوب إنما يكون ذلك إذا أداها العبد كاملة، فإذا أداها ناقصة نقص ثوابها، ونقص تكفيرها للذنوب.
Bahwa amal-amal saleh yang dijanjikan pahala dan penghapus dosa oleh syariat, hanya akan memperoleh pahala dan penghapusan dosa secara sempurna apabila dilakukan secara sempurna. Jika dilakukan dengan kekurangan, maka pahalanya pun berkurang, dan begitu pula efektivitasnya dalam menghapus dosa.
ففي الصلاة، أخبر النبي صلى الله عليه وسلم أن العبد قد ينصرف من صلاته ولم يكتب له إلا عشرها. رواه الإمام أحمد (٤/٣٢١) وصححه الألباني في “صحيح الجامع” (١٦٢٦).
Dalam shalat, Nabi ﷺ bersabda bahwa seseorang bisa saja selesai dari shalatnya namun hanya dicatat baginya sepersepuluh dari pahala shalat itu. (Hadits Riwayat Imam Ahmad, disahihkan oleh Al-Albani dalam “Shahih al-Jami’”)
وفي الصيام: قال النبي صلى الله عليه وسلم: رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ رواه ابن ماجه (١٦٩٠) وصححه الألباني في “صحيح ابن ماجه”.
Dalam puasa, Nabi ﷺ bersabda: “Banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah, disahihkan oleh Al-Albani dalam “Shahih Ibnu Majah”)
وقال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ رواه البخاري (٦٠٥٧).
Nabi ﷺ juga bersabda: “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan dosa, dan kebodohan, maka Allah tidak butuh dengan puasanya dari makanan dan minuman.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari)
فإذا صام العبد صياما ناقصا لم يَقْوَ على تكفير كل الذنوب، فيصوم العام القادم ليكفر ما بقي من الذنوب.
Jika seseorang berpuasa dengan cara yang kurang sempurna sehingga tidak mampu menghapus seluruh dosanya, maka ia tetap perlu berpuasa lagi di tahun berikutnya untuk menghapus sisa dosa yang belum terampuni.
Alasan Kedua:
إذا افترضنا أن العبد قد أتى بالصيام كاملا، فإن صيام العام المقبل يخفف الكبائر – إن وجدت- أو يكون له ثوابا – إن لم توجد كبائر.
Jika kita mengandaikan bahwa seorang hamba telah melaksanakan puasa secara sempurna, maka puasa di tahun berikutnya akan meringankan dosa-dosa besar — jika memang ada — atau menjadi tambahan pahala baginya jika tidak ada dosa besar.
وهذا ليس خاصا بصيام يوم عرفة، فقد أخبر الرسول صلى الله عليه وسلم عن كثير من الأعمال الصالحة أنها تكفر الذنوب، كالوضوء، والصلوات الخمس، وصيام رمضان، والعمرة، والحج، وقول: سبحان الله وبحمده مائة مرة صباحا ومساء.. وغير ذلك.
Dan ini tidak khusus hanya pada puasa hari Arafah. Rasulullah ﷺ telah mengabarkan bahwa banyak amal saleh yang bisa menghapus dosa, seperti wudhu, shalat lima waktu, puasa Ramadhan, umrah, haji, membaca “Subhanallah wa bihamdih” sebanyak seratus kali di pagi dan sore hari, dan lain sebagainya.
فلا يصح أن يقول العبد: إنه يكتفي بعبادة واحدة من هذه العبادات تكفر ذنوبه، ويترك ما عداها.
Maka tidak benar jika seorang hamba berkata: “Aku cukup dengan satu ibadah dari ibadah-ibadah tersebut untuk menghapus dosaku,” lalu meninggalkan yang lainnya.
قال النووي في “المجموع” (٦/٤٣٢):
Imam An-Nawawi berkata dalam kitab Al-Majmu’ (6/432):
“فان قيل: فإذا كفَّر الوضوء فماذا تكفره الصلاة؟ وإذا كفَّرت الصلوات فماذا تكفره الجمعات ورمضان؟ وكذا صوم يوم عرفة كفارة سنتين، ويوم عاشوراء كفارة سنة، وإذا وافق تأمينه تأمين الملائكه غفر له ما تقدم من ذنبه.
Jika ada yang bertanya: Jika wudhu menghapus dosa, maka apa yang dihapus oleh shalat? Jika shalat-shalat menghapus dosa, maka apa yang dihapus oleh Jum’at dan Ramadhan? Demikian pula, puasa hari Arafah sebagai penghapus dosa dua tahun, dan puasa hari Asyura sebagai penghapus satu tahun. Jika aminnya seseorang bertepatan dengan aminnya para malaikat, diampuni dosa-dosa masa lalunya.
فالجواب: ما أجاب به العلماء:
Maka jawabannya sebagaimana dijelaskan para ulama:
أن كل واحد من هذه المذكورات صالح للتكفير، فإن وجد ما يكفره من الصغائر: كفَّره.
Setiap amal yang disebutkan itu sah untuk menghapus dosa. Jika bertemu dengan dosa-dosa kecil, maka ia menghapusnya.
وإن لم يصادف صغيرة، ولا كبيرة: كتبت به حسنات، ورفعت له به درجات، وذلك كصلوات الأنبياء والصالحين والصبيان وصيامهم ووضوئهم وغير ذلك من عباداتهم.
Namun jika tidak terdapat dosa kecil maupun besar yang dihapus, maka amal tersebut tetap akan dicatat sebagai kebaikan dan akan mengangkat derajat pelakunya. Sebagaimana shalat dan ibadah para nabi, orang-orang saleh, anak-anak kecil, puasa mereka, wudhu mereka, dan berbagai ibadah lainnya.
وإن صادف كبيرة، أو كبائر، ولم يصادف صغائر: رجونا أن يخفف من الكبائر.
Jika amal tersebut bertemu dengan dosa besar, sementara tidak terdapat dosa kecil, maka diharapkan amal itu dapat meringankan dosa-dosa besar tersebut.
وقد قال أبو بكر في الإشراف في آخر كتاب الاعتكاف، في باب التماس ليلة القدر، في قوله صلي الله عليه وسلم: من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه قال: هذا قول عام، يُرجى لمن قامها إيمانا واحتسابا أن تُغفر له جميع ذنوبه، صغيرها وكبيرها.” انتهى.
Abu Bakar berkata dalam kitab Al-Isyraf di akhir bab i’tikaf, dalam pembahasan mencari malam Lailatul Qadar, mengenai sabda Nabi ﷺ: “Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan penuh pengharapan, maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.” — Ia berkata: Ini adalah pernyataan umum, dan diharapkan siapa yang melaksanakannya dengan iman dan harapan akan diampuni semua dosanya, baik kecil maupun besar. – selesai.
Imam An-Nawawi juga berkata dalam Syarh Shahih Muslim (8/50-51):
“قوله صلى الله عليه وسلم : صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ معناه يكفر ذنوب صائمه في السنتين، قالوا: والمراد بها الصغائر، وسبق بيان مثل هذا في تكفير الخطايا بالوضوء، وذكرنا هناك أنه إن لم تكن صغائر، يرجى التخفيف من الكبائر، فإن لم يكن، رفعت درجات” انتهى.
Sabda Nabi ﷺ: “Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya,” maksudnya adalah menghapus dosa pelaku puasa dalam dua tahun tersebut. Para ulama berkata: yang dimaksud adalah dosa-dosa kecil. Telah disebutkan penjelasan serupa dalam penghapusan dosa melalui wudhu. Kami juga telah menjelaskan bahwa jika tidak ada dosa kecil, maka diharapkan pengurangan dosa besar. Jika tidak ada dosa besar pun, maka akan diangkat derajatnya. – selesai.
Alasan Ketiga:
أن فضائل الصيام ليست محصورة في تكفيره للذنوب، فمن فضائله: تهذيب النفس وإعانتها على التقوى، والثواب الجزيل المضاعف الذي لا يعلم قدر مضاعفته إلا الله… وغير ذلك. وقد ذكرنا بعض هذه الفضائل في مقال: فضائل الصيام، فلينظر.
Keutamaan puasa tidak hanya terbatas pada penghapusan dosa. Di antara keutamaannya adalah mendidik jiwa, membantu dalam bertakwa, serta pahala yang besar dan berlipat ganda yang hanya Allah yang mengetahui kadar kelipatannya… dan banyak lagi yang lainnya. Sebagian dari keutamaan ini telah kami sebutkan dalam artikel: Keutamaan Puasa, silakan merujuk ke sana.
فعلى فرض أن الصيام لا يكفر الذنوب لكونها قد كفرت من قبل، فالمسلم يصوم لفضائل الصيام الكثيرة الأخرى.
Maka, andaikan pun puasa tidak menghapus dosa karena sudah dihapus sebelumnya, seorang muslim tetap berpuasa karena banyaknya keutamaan lain dari puasa itu sendiri.
وينظر للفائدة : جواب السؤال الأخر هنا
Untuk tambahan manfaat, lihat juga jawaban pada pertanyaan lain disini :
والله أعلم.
Wallahu a’lam (Allah Maha Mengetahui).
Sumber: IslamQA.info
Leave a Reply