
رؤية معاصرة للحملة الصليبية الأولى
Pandangan Kontemporer terhadap Perang Salib Pertama (Bagian Kedelapan)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Pandangan Kontemporer Terhadap Perang Salib Pertama ini termasuk dalam kategori Tarikh Islam
أما العوامل الإجتماعية، فلم تكن لتقلّ أهمية عن العوامل السياسية والاقتصادية فقد كانت الغالبية العظمى من الطبقات الدنيا في المجتمع الأوروبي تحيا حياة ملؤها البؤس والشقاء في ظلِّ النظام الإقطاعي. فانتشرت بينها الأوبئة والمجاعات. وكان ذلك بسبب الظروف القاسية التي عاشها الفلاحون في غرب أوروبا في تلك الفترة. فكثير من الأراضي الزراعية تعرضت للخراب نتيجة لهجمات البرابرة. فقلَّت الأقوات في الوقت الذي إزدادت فيه أعداد السكان، وزاد الأمر سوءاً الحروبُ والمنازعات بين الأمراء الإقطاعيين، إضافة إلى النكبات الطبيعية والاقتصادية التي عانى منها الغرب الأوروبي حينذاك. فعاش الناس في المنطقة عيشة الفَقر والحِرمان والخوف.
Adapun faktor sosial, tidak kalah penting dibandingkan faktor politik dan ekonomi. Mayoritas masyarakat dari kalangan bawah di Eropa hidup dalam keadaan yang penuh dengan penderitaan dan kesengsaraan di bawah sistem feodalisme. Di antara mereka, wabah penyakit dan kelaparan menyebar luas. Hal ini disebabkan oleh kondisi keras yang dialami oleh para petani di Eropa Barat pada masa itu. Banyak lahan pertanian yang hancur akibat serangan suku barbar. Sementara itu, persediaan makanan berkurang justru di saat jumlah penduduk meningkat. Keadaan semakin memburuk karena peperangan dan konflik antarbangsawan feodal, ditambah lagi dengan bencana alam dan krisis ekonomi yang menimpa Eropa Barat pada masa tersebut. Masyarakat pun hidup dalam kondisi penuh kemiskinan, kekurangan, dan ketakutan.
وقد دفعتهم هذه الأوضاع إلى الإشتراك في الحروب الصليبية، إذ لا داعي للخوف من الموت ومن قتال المسلمين، وهم في حال أقرب إلى الموت. فعوضاً من أن يموت الرجل من الجوع في بلده محمَّلاً بما ارتكبه من ذنوب حياته، فإنه من الأفضل له أن يموت في حرب مقدَّسة، مما يضمن له غفران ذنوبه ودخوله الجنة. وقد دفع ذلك كثيرين للاشتراك في الحروب الصليبية. وإلى جانب هؤلاء فقد رغب بعض الأمراء والفرسان في هذه الحروب لإشباع روح المغامرة التي سيطرت على حياتهم العامة والخاصة.
Kondisi-kondisi inilah yang mendorong banyak dari mereka untuk bergabung dalam Perang Salib. Tidak ada lagi rasa takut terhadap kematian ataupun melawan kaum Muslimin, karena mereka sudah hidup dalam keadaan yang sangat dekat dengan kematian. Maka, daripada mati kelaparan di negerinya sendiri dengan menanggung dosa-dosa hidupnya, lebih baik mati dalam perang suci yang menjanjikan pengampunan dosa dan surga. Inilah yang menjadi dorongan utama bagi banyak orang untuk ikut serta dalam Perang Salib. Selain mereka, sebagian bangsawan dan ksatria juga terdorong untuk mengikuti perang ini demi memuaskan hasrat petualangan yang mendominasi kehidupan pribadi dan publik mereka.
الاستعداد للحملة الصليبية الأولى
Persiapan Menuju Perang Salib Pertama
كان البابا أوربان الثاني يختلف عمَّن سبقه من البابوات بمميزاته الشخصية من جرأة وبُعد نظر، ومقدرة على اختيار الرجال والتأثير عليهم. إضافة إلى رغبته الشديدة في توحيد الكنيستين الشرقية والغربية تحت زعامته. فعقد مجمعاً في كليرمون في ذي القعدة سنة ٤٨٨هـ/ تشرين الثاني (نوفمبر) ١٠٩٥م، حضره أُمراء من مختلف أرجاء أوروبا على اختلاف رغباتهم، كما حضره عدد من رجال الدين. ونهض البابا لإثارة حماس الحاضرين لقتال المسلمين بأسلوبه المتباكي وبما عزفه على وتر المصالح المادية والدينية.
Paus Urbanus II berbeda dari pendahulunya karena kepribadiannya yang berani, berpandangan jauh, mampu memilih orang yang tepat, serta memiliki pengaruh besar atas mereka. Ia sangat ingin menyatukan Gereja Timur dan Barat di bawah kepemimpinannya. Maka ia mengadakan Konsili Clermont pada bulan Dzulqa’dah tahun 488 H / November 1095 M, yang dihadiri oleh para bangsawan dari berbagai penjuru Eropa dengan beragam kepentingan, serta para pemuka agama. Paus pun membangkitkan semangat mereka untuk memerangi kaum Muslimin dengan gaya retorikanya yang mendayu dan sentuhan pada motif kepentingan material dan agama.
فقد أشار إلى الإمكانات التي توفرها أراضي الكفَّار (يقصد المسلمين) في الشرق للفرسان المسيحيين الفقراء. ولقد خطب آخرون بنفس اللهجة الحماسية. وأيدوا البابا في وجوب توجيه حملة إلى المشرق، حتى لاقت الفكرة آذاناً صاغية، وتحمَّس المجتمعون، فوافقوا على القيام بهذه الحرب، وبدأ الهتاف في المجمع بترديد عبارة “هكذا أراد الله”.
Ia menyebutkan potensi kekayaan yang tersedia di tanah orang-orang kafir (yakni kaum Muslim) di Timur, yang sangat menjanjikan bagi para ksatria Kristen miskin. Para orator lainnya juga berkhotbah dengan semangat serupa dan mendukung seruan Paus untuk mengirimkan pasukan ke Timur. Seruan ini mendapat sambutan hangat; para hadirin pun setuju untuk melancarkan perang tersebut, dan mereka mulai meneriakkan semboyan, “Inilah kehendak Tuhan”.
وبادر الحاضرون إلى اتخاذ الصليب شارة لهم، مما دعا إلى تسمية هذه الحروب باسم الحروب الصليبية، والقائمين بها بإسم الصليبيين. وتحددت سنة ٤٨٩هـ/ ١٠٩٦–١٠٩٧م. موعداً لإنطلاق الصليبيين، وجعلت القسطنطينية مركزاً لإجتماع فئاتهم لترتيب خطة الهجوم على آسية الصغرى والشام.
Para hadirin segera mengambil lambang salib sebagai tanda identitas mereka, yang kemudian menjadi dasar penamaan “Perang Salib” dan para pesertanya sebagai “Tentara Salib”. Tahun 489 H / 1096–1097 M ditetapkan sebagai waktu keberangkatan para tentara salib. Kota Konstantinopel pun dijadikan pusat pertemuan kelompok-kelompok ini guna menyusun rencana serangan ke Asia Kecil dan Syam.
لم يكتف البابا بذلك بل أخذ يتنقل بين المدن الأوروبية داعياً للحرب الصليبية. فنجح نجاحاً كبيراً بانضمام عدد من الأمراء وخاصة من مقاطعات فرنسا كما حصل على دعم مدينة جَنَوَة وكان هؤلاء نواة الحملة الصليبية الأولى.
Paus tidak berhenti sampai di situ. Ia terus berkeliling kota-kota Eropa menyerukan seruan perang salib. Ia meraih sukses besar ketika sejumlah bangsawan, khususnya dari wilayah Prancis, bergabung dalam seruan itu, termasuk juga kota pelabuhan Genoa. Mereka inilah yang menjadi inti kekuatan Perang Salib Pertama.
Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah
Sumber : Alukah
Leave a Reply