
رؤية معاصرة للحملة الصليبية الأولى
Pandangan Kontemporer terhadap Perang Salib Pertama (Bagian Ketiga)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Pandangan Kontemporer Terhadap Perang Salib Pertama ini termasuk dalam kategori Tarikh Islam
الأوضاع العامة في الخلافة العربية الاسلامية
Kondisi Umum dalam Khilafah Arab Islamiyah
كانت أراضي الخلافة العربية الاسلامية في نهاية القرن الخامس ومطلع القرن السادس الهجريين، تخضع لقوى متعددة متنافرة، وقع بينها الخلاف، وعملت كل منها على التوسع على حساب الأخرى، وعلى رأس هذه القوى:
Pada akhir abad ke-5 dan awal abad ke-6 Hijriah, wilayah Khilafah Arab Islamiyah berada di bawah kendali berbagai kekuatan yang saling bertentangan dan bersaing satu sama lain untuk memperluas pengaruhnya dengan mengorbankan yang lain. Di antara kekuatan-kekuatan tersebut adalah:
1. Kekhalifahan Abbasiyah
وكان خلفاؤها قد قبعوا في مدينة بغداد، ورضوا من الحكم بالاسم بعد أن خرجت عن سلطتهم غالبية أراضي الخلافة الاسلامية. ولم يبق بأيديهم إلا بغداد وما يحيط بها، والأمر والقول الفصل في هذه البقعة للسلاجقة سلاطين بغداد.
Para khalifahnya menetap di kota Baghdad dan rela hanya memegang kekuasaan secara nominal, karena mayoritas wilayah kekhilafahan Islam telah lepas dari kendali mereka. Yang tersisa hanya Baghdad dan sekitarnya, dan otoritas penuh di wilayah itu berada di tangan para penguasa Seljuk yang berkuasa atas Baghdad.
2. Dinasti Seljuk
وقد توسّعت سلطتهم تدريجياً حتى شملت أغلب مناطق الخلافة العباسية الشرقية، ونهضوا في عهد سلاطينهم، طغرل بك، وألب أرسلان، وملك شاه بحماية أراضي الخلافة العربية الاسلامية، وأثبتوا أنهم سيوف الاسلام الذائدون عنه؛ فقد نهضوا للوقوف في وجه البيزنطيين، وتوسّعوا غرباً على حسابهم. وتوّج ألب أرسلان نضاله مع البيزنطيين بمعركة مناذ كرد[5] تلك المعركة التي كانت آثارها كبيرة على الصعيدين المحلي والدولي…
Kekuasaan mereka berkembang secara bertahap hingga mencakup sebagian besar wilayah timur Kekhalifahan Abbasiyah. Pada masa pemerintahan sultan-sultan mereka seperti Tughril Beg, Alp Arslan, dan Malik Shah, mereka bangkit untuk melindungi wilayah Khilafah Arab Islamiyah dan membuktikan bahwa mereka adalah pedang Islam yang menjaga kehormatannya. Mereka menghadang kekuatan Bizantium dan memperluas wilayah ke barat dengan mengorbankan Bizantium. Alp Arslan memahkotai perjuangannya melawan Bizantium dalam Perang Manzikert 1 yang memiliki dampak besar secara lokal maupun internasional. Di tingkat regional, kemenangan itu membuka pintu Anatolia bagi Seljuk dan memukul mundur pasukan Bizantium ke arah barat, memungkinkan berdirinya Dinasti Seljuk Rum. Di tingkat internasional, perang ini menjadi salah satu sebab yang mempersatukan hati umat Kristen Eropa melawan dunia Islam di Timur, setelah para kaisar Bizantium meminta bantuan kepada Paus untuk membendung ancaman ekspansi Seljuk.
ولم تستمر قوة السلاجقة بالصعود، فقد أخذت قوتهم بالانحلال إثر وفاة ملك شاه سنة 485هـ/ 1902- 1903م. وانقسم السلاجقة على أنفسهم، ووقعت الحروب بينهم. وقد انجلى هذا النزاع الذي دام ما يزيد عن سنتين عن انتصار بركياروق بن ملك شاه وتسلمه لعرش السلطنة السلجوقية[6]
Namun kekuatan Seljuk tidak terus menanjak. Setelah kematian Malik Shah pada tahun 485 H / 1092 M, kekuatan mereka mulai merosot. Mereka terpecah dan berperang satu sama lain. Perselisihan yang berlangsung selama lebih dari dua tahun itu akhirnya dimenangkan oleh Barkiyaruq bin Malik Shah, yang kemudian naik tahta sebagai Sultan Seljuk. 2
وإذا كان النزاع حول العرش قد انتهى فإن آثاره لم تنته. فقد ذهبت وحدة السلاجقة وتماسكهم، وأصبحوا شِيَعاً وأحزاباً ومعسكرات متباينة تتصارع فيما بينها…[7]
Meskipun pertikaian tahta telah usai, dampaknya tetap terasa. Persatuan dan kekompakan Seljuk lenyap. Mereka terpecah menjadi faksi-faksi, partai-partai, dan kamp-kamp yang saling bersaing satu sama lain. Negara mereka terbagi menjadi lima kerajaan yang saling bersaing, yaitu: Kesultanan Persia yang dipimpin langsung oleh Barkiyaruq (yang menguasai Baghdad), Kerajaan Khurasan dan Transoxiana di bawah Sultan Sanjar, Kerajaan Aleppo di bawah Ridwan bin Tutush, Kerajaan Damaskus di bawah Duqaq bin Tutush, dan akhirnya Kesultanan Seljuk Rum yang dipimpin oleh Qilij Arslan bin Sulaiman bin Qutulmish. 3
وفَقَد السلاجقة بذلك حماسهم المتدفق للتوسع الخارجي… حتى أفل في النهاية[8]
Dengan kondisi demikian, semangat Seljuk untuk melakukan ekspansi ke luar negeri pun menguap. Mereka mulai terpecah dan saling berseteru. Tahta menjadi tujuan utama, bukan sarana. Para menteri dan komandan mereka pun meniru perilaku itu — saling bersaing dan bertikai demi meraih jabatan dan kekuasaan. Sejak saat itu, negara Seljuk mulai melemah dan bintangnya perlahan memudar hingga akhirnya tenggelam. 4
وقد استغلت القوة المحيطة بالسلاجقة في داخل البلاد تحطيم قوة البيت السلجوقي، بانقسامه على نفسه لصالحها. فعمل الخليفة العباسي في بغداد على تحرير نفسه من سيطرتهم. كما استقلت قبيلة بني مزيَد العربية عنهم وأسّست إمارة بني مزيَد في الحلّة[9]. كما أخذت قوة السلاجقة في الشام تنحسر سريعاً على إثر الخلاف بين ولدي تتش: رضوان صاحب حلب، ودقاق صاحب دمشق.
Kekuatan-kekuatan di dalam negeri yang mengelilingi Dinasti Seljuk memanfaatkan perpecahan internal mereka untuk menghancurkan kekuatan keluarga Seljuk demi kepentingan mereka sendiri. Khalifah Abbasiyah di Baghdad berupaya membebaskan diri dari kendali Seljuk. Sementara itu, suku Arab Bani Mazyad memisahkan diri dan mendirikan Emirat Bani Mazyad di kota Hillah. 5 Di Syam, kekuasaan Seljuk juga menyusut secara cepat karena konflik antara dua putra Tutush: Ridwan penguasa Aleppo dan Duqaq penguasa Damaskus.
ولعل أكبر مظهر لانحلال سلطان السلاجقة في بلاد الشام والعراق وغيرها، ظهور عدد كبير من البيوت الحاكمة لا يجمعها رابطة سوى الاتصال بالبيت السلجوقي، ومن تلك البيوت ظهرت وحدات سياسية أطلق عليها اسم الأتابكيات، وعلى أصحابها اسم الأتابكة[10].
Mungkin gejala paling nyata dari kehancuran kekuasaan Seljuk di wilayah Syam, Irak, dan sekitarnya adalah munculnya banyak dinasti kecil yang tidak memiliki ikatan selain klaim hubungan dengan keluarga Seljuk. Dari dinasti-dinasti ini lahirlah satuan politik yang dikenal dengan nama atabikiyat (wilayah atabeg), dan para pemimpinnya disebut atabeg. 6
Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah
Sumber : Alukah
Catatan Kaki
- Untuk rincian Perang Manzikert, lihat: Ibn al-Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, peristiwa tahun 463 H; ar-Rawandi, Rahat ash-Shudūr wa Ayat as-Surūr, hlm. 118 dst.; Asad Rustum, ar-Rūm fi Siyāsatihim, jil. 2, hlm. 110–111; Suhail Zakkar, Mudkhal ila Tarikh al-Hurūb ash-Shalībiyyah, hlm. 138 dst.; Runciman, Tarikh al-Hurub ash-Shalībiyyah, hlm. 96 dst.
- Ibn al-Atsir, peristiwa tahun 485–487 H; ar-Rawandi, hlm. 142–143.
- Ibn al-Atsir, peristiwa tahun 490 H; Sa’id ‘Abd al-Fattah ‘Ashur, al-Harakah ash-Shalībiyyah, hlm. 113–114.
- ‘Abd al-Naim Hasanayn, Salajikah Iran wa al-‘Iraq, hlm. 90.
- Negara Syiah Bani Mazyad didirikan di tepi barat Sungai Eufrat, dari kota Hit hingga Kufah dan Wasith, menjadi ancaman bagi kekuasaan Seljuk di wilayah Irak. Lihat: Sa’id Ashur, al-Harakah ash-Shalībiyyah, jil. 1, hlm. 114; Amina al-Baytar, Mawqif Umara’ al-‘Arab bi al-Sham wa al-‘Iraq, hlm. 357 dst.
- Kata “atabeg” berasal dari bahasa Turki yang terdiri dari “ata” (ayah atau pengasuh) dan “beg” (penguasa atau pangeran), berarti “pengasuh pangeran”.
Leave a Reply