Pusat Riset Amerika: 4 Taktik yang Digunakan Rezim Suriah untuk Mendukung ISIS
Terungkap Taktik yang Digunakan Rezim Suriah untuk Mendukung ISIS dengan kepentingan rezim Basyar al-Assad
rezaervani.com – 1 Oktober 2021 – Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat menyatakan bahwa rezim Suriah telah menggunakan sejumlah taktik untuk terus mendukung kelompok Negara Islam (ISIS) demi kepentingannya sendiri. Dalam laporan yang diterbitkan beberapa hari lalu, lembaga tersebut menjelaskan bahwa rezim Bashar al-Assad secara rutin memberikan dukungan dan selama bertahun-tahun bekerja sama dengan ISIS.
Laporan itu menambahkan bahwa salah satu taktik utama dalam strategi rezim untuk mendukung ISIS adalah memusatkan upaya militernya pada pertempuran melawan faksi-faksi oposisi Suriah moderat yang menentang kediktatoran Assad, terutama Tentara Pembebasan Suriah (Free Syrian Army).

Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa keputusan strategis yang diambil rezim Assad untuk terus memfasilitasi dan memungkinkan aktivitas ISIS dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh elemen oposisi Suriah sebagai kelompok teroris.
Laporan itu menambahkan bahwa salah satu manifestasi dari upaya rezim Assad menonjolkan kelompok ekstremis agar menutupi karakter damai dari protes rakyat yang pecah pada Februari 2011 dengan tuntutan penggulingan rezim, adalah kebijakan pemerintah Damaskus yang membebaskan tahanan dari penjara Saydnaya — yang terkenal kejam — pada Mei 2011. Beberapa dari mereka kemudian menjadi pemimpin dalam kelompok ekstremis seperti ISIS.
Salah satu taktik lain rezim Assad dalam mendukung ISIS adalah dengan menahan diri untuk tidak melancarkan operasi militer terhadap posisi-posisi kelompok itu. Pada Juli 2014, pasukan pemerintah memaksa ISIS mundur dari wilayah utara kota Aleppo untuk memudahkan pengepungan pasukan Assad terhadap para pejuang oposisi di dalam kota. Hal itu dilakukan tanpa baku tembak antara kedua pihak, dan akhirnya pasukan pemerintah berhasil mengepung oposisi dari tiga arah di dalam Aleppo.
Perbankan dan Minyak
Penulis laporan, Matthew Levitt, menambahkan bahwa terdapat transaksi komersial antara rezim Assad dan ISIS. Rezim tersebut mendukung pendanaan ISIS dengan mengizinkan bank-bank Suriah tetap beroperasi dan menyediakan layanan keuangan di wilayah yang pernah dikuasai kelompok itu. Laporan dari Financial Action Task Force (FATF) — sebuah organisasi internasional untuk memerangi aktivitas keuangan ilegal — pada tahun 2018 menyebutkan bahwa lebih dari 20 lembaga keuangan Suriah beroperasi di wilayah kekuasaan ISIS, beberapa di antaranya memiliki keterkaitan dengan kantor pusat mereka di Damaskus dan juga dengan sistem keuangan global.
Hubungan ekonomi antara rezim Assad dan ISIS tidak terbatas pada sektor perbankan. Kementerian Keuangan AS menyebutkan bahwa pada tahun 2014 rezim Suriah membeli minyak dari ISIS melalui sejumlah perantara senilai sekitar 100 juta dolar AS. Saat itu, ISIS menguasai sekitar 60% ladang minyak Suriah, termasuk ladang al-Omar — yang merupakan ladang minyak terbesar di negara tersebut.
Laporan itu menyimpulkan bahwa meskipun ISIS telah dikalahkan di Suriah dan Irak serta tidak lagi menjadi ancaman besar bagi kedua negara tersebut, namun tidak ada koalisi internasional — baik politik maupun militer — yang berupaya menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh rezim Bashar al-Assad. Rezim tersebut telah membunuh jauh lebih banyak warga sipil daripada ISIS, memfasilitasi aktivitas kelompok itu di wilayah Suriah, menyebabkan pengungsian ratusan ribu warga, dan menimbulkan ketidakstabilan regional.
Sumber: Al Jazeera