Atlantic Council: Miliaran Dinar Cetakan Rusia Membanjiri Pasar Libya
Intervensi ekonomi Libya oleh Rusia dikabarkan terjadi dengan Miliaran Dinar Cetakan Rusia yang masuk Membanjiri Pasar Libya
rezaervani.com – 1 Mei 2024 – Situs Atlantic Council dalam laporannya pada Selasa menyebut bahwa Rusia telah membanjiri pasar Libya dengan uang kertas senilai setidaknya 10 miliar dinar Libya. Disebutkan bahwa sebagian besar dana tersebut dibayarkan kepada pasukan Khalifa Haftar dan para pejabat sipil, dan Rusia juga kembali membanjiri pasar dengan uang kertas baru pada awal tahun 2024.
Laporan itu menjelaskan bahwa Rusia telah memasuki wilayah dan lingkungan politik negara-negara di kawasan Sahel dengan tujuan khusus untuk ikut campur dalam urusan internal mereka, dan ketidakstabilan itu juga meluas ke sektor ekonomi. Disebutkan bahwa selama perang di Tripoli, Rusia mengirim sekitar 4,5 miliar dinar Libya dalam empat kali pengiriman dari Februari hingga Juni 2019.
Menurut laporan tersebut, kekosongan kekuasaan di Libya telah membuka ruang bagi intervensi asing dan menjadikan Rusia sebagai aktor paling menonjol di kawasan tersebut dengan menempatkan pasukannya di sana demi kepentingan Haftar.
Beberapa hari lalu, Bank Sentral Libya mengumumkan dimulainya penarikan uang kertas pecahan 50 dinar cetakan pertama dan kedua dari peredaran. Tanggal terakhir penerimaan pecahan mata uang Libya tersebut di bank-bank ditetapkan pada akhir jam kerja hari Kamis, 29 Agustus 2024.
Sebelumnya, Bank Sentral Libya juga telah memublikasikan presentasi tentang uang kertas 50 dinar yang beredar, yang menjelaskan perbedaan di antara empat jenis cetakan: dua di antaranya asli dan dua lainnya palsu.
Pada Februari lalu, Gubernur Bank Sentral Libya, Al-Siddiq Al-Kabir, dalam suratnya kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Aqila Saleh, menyatakan bahwa pihaknya telah menyita uang kertas 50 dinar palsu yang beredar luas di pasar. Dalam surat tersebut, ia juga menegaskan bahwa bank akan mengambil keputusan untuk menarik pecahan mata uang tersebut dari peredaran.
Sumber : Libya Observer