Perbandingan Kekuatan Israel dan Turki. Siapa Lebih Kuat ? (Bagian Kedua)
rezaervani.com – 2 Oktober 2025 – Bagaimana peta masa depan di Timur Tengah, akan bergantung pada kekuatan militer masing-masing negara. Salah satunya adalah Turki. Bagaimana Perbandingan Kekuatan Israel dan Turki. Siapa yang Lebih Kuat ?
Pertahanan udara berlapis
Turki memiliki berbagai sistem pertahanan udara, sebagian buatan lokal dan sebagian lainnya buatan asing. Yang paling menonjol adalah sistem S-400 Rusia yang canggih, yang pembeliannya oleh Ankara beberapa tahun lalu sempat menimbulkan krisis dengan Amerika Serikat karena kekhawatiran bahwa Moskow bisa mendapatkan informasi tentang kemampuan militer NATO, mengingat Turki adalah anggota utama aliansi tersebut.
S-400 merupakan sistem pertahanan udara Rusia jarak jauh dan berlapis yang mampu mencegat target udara, pesawat, dan rudal (termasuk beberapa rudal balistik taktis) dengan menggunakan beberapa jenis rudal yang memiliki jangkauan berbeda-beda.
Dari pihaknya, Israel memiliki sistem pertahanan udara yang canggih dan berlapis yang digunakannya untuk menghadapi serangan roket dari faksi-faksi perlawanan Palestina di Gaza, dan telah digunakan melawan roket serta drone Hizbullah Lebanon. Sistem itu juga digunakan untuk mencegat roket yang secara berkala diluncurkan ke arah Israel oleh kelompok Ansarullah (Houthi) di Yaman. Selain itu, sistem ini juga berperan besar dalam konfrontasi terakhir dengan Iran, meskipun gagal mencegat sejumlah besar roket jarak jauh Iran.
Sistem pertahanan yang paling menonjol adalah sistem panah “Arrow-3” yang khusus mencegat rudal balistik di luar atmosfer bumi, sistem rudal jarak pendek dan menengah “David’s Sling”, serta “Iron Dome” untuk menghadang roket jarak pendek dan proyektil artileri. Ada juga sistem THAAD buatan Amerika yang digunakan untuk mencegat dan menghancurkan rudal balistik jarak pendek, menengah, hingga menengah-atas pada fase akhir penerbangannya.
“Opsi Samson”
Tidak bisa diabaikan pula senjata nuklir Israel dari neraca kekuatan meski tidak masuk dalam data peringkat global. Tel Aviv dianggap—menurut sumber resmi dan tidak resmi—sebagai kekuatan nuklir karena memiliki hulu ledak nuklir yang dipasang pada rudal dengan jangkauan hingga 1500 kilometer, selain bom nuklir yang bisa dijatuhkan dari udara.
Beberapa sumber Barat menegaskan bahwa Israel telah menyimpan sejumlah besar uranium dan plutonium yang memungkinkannya memproduksi hingga 100 bom nuklir tambahan, selain memiliki lebih dari 200 bom nuklir siap pakai.
Istilah “opsi Samson” biasanya digunakan untuk merujuk pada kemungkinan respon nuklir Israel yang menyeluruh bila menghadapi ancaman eksistensial.
Bukan satu-satunya faktor penentu
Semua yang disebutkan di atas hanyalah angka dan statistik, sementara beberapa negara menyembunyikan sebagian di antaranya karena dianggap rahasia militer. Oleh karena itu sulit untuk menentukan jalannya pertempuran hanya dari neraca kekuatan atau jumlah pasukan dan peralatannya, menurut pakar militer Walid Al-Issa.
Al-Issa menambahkan kepada Al Jazeera Net bahwa kekuatan militer memang merupakan faktor penting dan besar dalam meraih kemenangan dan menentukan hasil perang serta konfrontasi, tetapi itu bukan segalanya. Contoh paling dekat adalah keunggulan neraca militer Israel dibandingkan Hamas, namun meski sudah hampir dua tahun melakukan pengeboman, penghancuran, pertempuran, dan mendapat dukungan logistik tanpa batas dari Amerika Serikat serta sejumlah negara lain, Israel tetap tidak mampu menuntaskan perang secara militer.
Ia menambahkan bahwa kemenangan dalam perang selain terkait kekuatan militer juga bergantung pada faktor-faktor penting lainnya seperti doktrin tempur, kepemimpinan pertempuran, unsur kejutan, dukungan logistik, aliansi, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi kinerja di lapangan.
Kemungkinan konfrontasi
Adapun tentang kemungkinan terjadinya konfrontasi antara Turki dan Israel mengingat meningkatnya ketegangan di antara keduanya, Kolonel Fayez Al-Asmar, pakar militer dan strategis, mengatakan bahwa ketegangan antara kedua pihak berakar dari perbedaan dan konflik kepentingan terutama yang bersifat keamanan dalam sejumlah isu. Ia menegaskan bahwa isu Suriah merupakan salah satu yang penting dan strategis bagi Ankara maupun Tel Aviv, meski keduanya melihatnya dari sudut pandang berbeda.
Meski demikian, Al-Asmar menilai kecil kemungkinan ketegangan ini berujung pada konfrontasi militer langsung, terutama karena Washington dan Barat akan berusaha keras menahan setiap perkembangan dan akan campur tangan penuh untuk mencegah terjadinya konfrontasi antara kedua pihak. Terlebih lagi, Turki adalah anggota aktif NATO, dan hal ini sendiri akan berdampak besar pada aliansi tersebut bila terjadi konflik dengan Israel.
Jika pun konfrontasi itu benar-benar terjadi antara kedua pihak yang tidak berbatas darat langsung, lanjut Al-Asmar, maka peran tank, kendaraan lapis baja, pasukan infanteri, dan artileri bisa dikesampingkan dari neraca kekuatan. Konfrontasi antara keduanya kemungkinan hanya terbatas pada serangan udara, roket, drone penghancur jarak jauh, dan mungkin pertempuran laut terbatas.
Ia menegaskan pula bahwa tidak diragukan Israel memiliki kekuatan udara dengan pesawat tempur modern generasi kelima, terutama jet siluman F-35, yang mampu menyerang target jauh di dalam wilayah Turki. Namun di sisi lain, Turki juga memiliki kemampuan udara dan pertahanan udara maju termasuk sistem S-400 Rusia dan lainnya. Bahkan ada kemungkinan Iran memasok Ankara dengan rudal balistik dan drone serang jika terjadi konfrontasi, sebagaimana Teheran memasok Moskow selama perang dengan Ukraina.
Pakar militer itu menutup dengan pandangan bahwa kekuatan udara saja tidak cukup untuk menentukan hasil akhir perang. Namun perkembangan peristiwa mungkin saja membuka kemungkinan di salah satu tahap bahwa wilayah Suriah bisa menjadi arena pertempuran darat lintas batas, meskipun kemungkinan ini jauh dari kenyataan.
Alhamdulillah, selesai rangkaian artikel 2 (Dua) Seri
Sumber : al Jazeera