Pakar Italia: Begini Cara Rusia Berupaya Jaga Pengaruhnya di “Suriah Baru”
Suriah Baru jelas berbeda dengan Suriah Lama. Bagaimana Cara Rusia Berupaya Jaga Pengaruhnya di Suriah ? Apakah Presiden Suriah Ahmad asy-Syara akan memberikan peluang untuk itu ?
rezaervani.com – 5 November 2025 – Dalam artikel yang diterbitkan oleh situs Le Diplomate, pakar Italia Giuseppe Galliano menegaskan bahwa Rusia berupaya keras untuk memulihkan pengaruhnya di Suriah setelah jatuhnya mantan presiden Basyar al-Assad, dengan memberikan dukungan militer dan ekonomi kepada Presiden Ahmad asy-Syara’.
Menurut Galliano, Moskow tengah berusaha melindungi keuntungan strategis yang diperolehnya sejak intervensi militer tahun 2015, khususnya kehadiran militernya di dua pangkalan utama — pangkalan laut Tartus dan pangkalan udara Hmeimim — yang menjadi pilar utama pengaruh Rusia di kawasan tersebut.
Kerja Sama Militer
Galliano menjelaskan bahwa Moskow mencoba mengubah kekalahan politik akibat jatuhnya sekutu lamanya menjadi peluang diplomatik dan militer.
Rusia dikabarkan telah menawarkan kepada pemerintahan baru di Damaskus perluasan kerja sama militer, dukungan ekonomi, serta penyediaan sistem senjata canggih seperti sistem pertahanan udara S-400.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Suriah, Asim Ghlyoun, bahkan mempublikasikan foto dirinya di depan sistem S-400 di Rusia dengan tulisan: “Hari ini di Rusia, dan segera di Suriah.”
Meskipun kemudian ia membantah maksudnya adalah kesepakatan pembelian, pernyataan tersebut menimbulkan spekulasi luas.
Menurut penulis, pengadaan sistem S-400 akan memberi Damaskus kemampuan nyata untuk menghadapi serangan udara Israel yang meningkat sejak jatuhnya Assad, sekaligus menjadi penyeimbang terhadap pengaruh Turki atas pemerintahan baru Suriah.
Hubungan yang Bersifat Pragmatis
Galliano menyoroti bahwa Presiden Ahmad asy-Syara’ sejauh ini berhati-hati menjaga hubungan dengan Moskow. Ia tidak pernah meminta penarikan pasukan Rusia dari Suriah, bahkan menyatakan harapannya agar Rusia tetap menjadi mitra strategis negara itu.
Penulis berpendapat bahwa “Suriah pasca-Assad” masih sangat membutuhkan Rusia, terutama dalam hal rekonstruksi, aktivasi perdagangan, serta netralisasi tokoh-tokoh rezim lama yang kini berlindung di Rusia.
Dalam beberapa bulan terakhir, Presiden Rusia Vladimir Putin juga dilaporkan terus mengirim pasokan minyak, solar, dan gandum ke Damaskus, sementara perusahaan Goznak Rusia dilibatkan untuk mencetak mata uang Suriah baru meskipun berada di bawah sanksi Barat.
Lebih jauh, artikel itu menyebut bahwa Moskow kemungkinan akan menggunakan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk menghapus nama Ahmad asy-Syara’ dan para pembantunya dari daftar teroris internasional.
Sebagai imbalannya, Suriah diperkirakan akan menyetujui perpanjangan hak istimewa bagi dua pangkalan Rusia di Tartus dan Hmeimim, namun dengan syarat finansial yang lebih ketat.
Suriah sebagai “Papan Catur” Regional
Galliano menggambarkan kondisi Suriah saat ini sebagai “papan catur geopolitik yang rumit.”
Turki dan Qatar muncul sebagai sekutu penting Damaskus, sementara Israel meningkatkan serangan udaranya, dan Amerika Serikat terus memantau situasi dari dekat.
Pada saat yang sama, beberapa negara Arab — terutama Arab Saudi — berusaha memperkuat hubungan diplomatik dengan pemerintahan baru di Damaskus.
Artikel tersebut menyimpulkan bahwa Moskow kini berupaya mempertahankan kehadiran politiknya di Suriah dalam konteks regional yang berubah, meskipun keseimbangan kekuatan tidak lagi berpihak padanya seperti di era Basyar al-Assad.
Sumber: Pers Italia (Le Diplomate)