WHO: Jutaan Warga Suriah Kesulitan Mengakses Pengobatan
rezaervani.com – 5 November 2025 – Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Selasa bahwa sekitar 7,4 juta warga Suriah kini mengalami penurunan akses terhadap obat-obatan dan layanan kesehatan, menyusul pemotongan dana yang memengaruhi 417 fasilitas medis sejak pertengahan tahun ini.
Christina Pethke, penjabat perwakilan WHO di Suriah, menjelaskan bahwa 366 fasilitas kesehatan telah menghentikan atau mengurangi layanan mereka akibat krisis pendanaan.
Ia memperingatkan bahwa saat Suriah beralih dari fase darurat menuju pemulihan, muncul “kesenjangan transisi” di mana pendanaan bantuan kemanusiaan menurun sebelum sistem nasional mampu mengambil alih peran tersebut.
Berbicara melalui konferensi video dari Damaskus dalam jumpa pers PBB di Jenewa, Pethke mengatakan bahwa dalam dua bulan terakhir saja, pemotongan tersebut mengakibatkan 210.000 rujukan medis dan 122.000 konsultasi kasus trauma tidak dapat dilakukan, serta 13.700 persalinan berlangsung tanpa tenaga medis profesional.
Selain itu, sekitar 89.000 sesi konsultasi kesehatan mental tidak dapat diakses oleh masyarakat.
Kondisi Layanan Kesehatan yang Rapat dan Rapuh
Menurut WHO, hanya 58% rumah sakit dan 23% pusat layanan kesehatan primer di Suriah yang beroperasi penuh.
Pethke menegaskan bahwa kekurangan kronis obat-obatan, listrik, dan peralatan medis membuat sistem kesehatan tetap dalam kondisi “sangat rapuh.”
Meski pemerintah Suriah telah menunjukkan tingkat tanggung jawab tinggi dan memiliki rencana strategis nasional dua tahun di bidang kesehatan, kebutuhan di lapangan terus meningkat.
Ia juga menyoroti bahwa kekeringan, air tidak layak minum, dan sanitasi yang buruk memperburuk penyebaran penyakit kolera, leishmaniasis, kutu, dan kudis.
Sementara itu, krisis listrik mengancam rantai pendingin vaksin, sistem pemompaan air, dan operasi di rumah sakit.
Krisis Pembiayaan yang Mengancam Sistem Kesehatan
Sekitar 3 juta orang kini terpaksa mencari pengobatan di daerah-daerah yang kekurangan obat, tenaga medis, dan infrastruktur kesehatan, yang semakin membebani fasilitas yang sudah lemah.
Pethke menggambarkan situasi pendanaan sebagai “suram”, dan menjelaskan bahwa WHO membutuhkan 141,5 juta dolar AS untuk program Suriah tahun 2025, namun hingga Oktober lalu masih terdapat defisit sebesar 77 juta dolar.
Ia memperingatkan bahwa tanpa dukungan berkelanjutan dan multi-tahun, sistem kesehatan Suriah bisa runtuh tepat ketika peluang pemulihan mulai terbuka.
Menurutnya, menjaga keberlanjutan layanan kesehatan saat ini merupakan “jembatan menuju pemulihan Suriah di masa depan.”
Sumber: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)