Kota Aqrah di Wilayah Kurdistan Irak
Minyak Tersembunyi di Irak.. Lipatan Geologi Menjanjikan Cadangan Baru
Minyak Tersembunyi di Irak kemungkinan akan kembali ditemukan, Para Pakar Geologi setempat mengungkapkan hal tersebut
rezaervani.com – 25 September 2025 – Iraq – Ketika seseorang hendak membuka sebotol air berkarbonasi, karbon dioksida terperangkap di bawah tekanan dalam cairan. Begitu tutup botol dibuka tiba-tiba, gas itu segera keluar dengan cepat dan terdengar suara “letupan” yang khas.
Adegan sederhana ini merupakan gambaran kecil dari apa yang terjadi di dalam perut bumi. Minyak dan gas naik dari batuan induk, tempat material organik berubah menjadi hidrokarbon (minyak dan gas alam) akibat tekanan dan panas di kedalaman bumi seiring berjalannya waktu, hingga mencapai batuan reservoir yang memiliki pori-pori untuk menyimpan minyak. Kemudian datang lapisan batuan penutup, yang mirip dengan tutup botol air berkarbonasi, mencegah minyak merembes ke atas. Saat sumur eksplorasi dibor, cadangan itu terbebas seperti gas yang keluar ketika tutup botol dibuka.
Pencarian Lipatan
Pertanyaan utama yang selalu dicari jawabannya oleh perusahaan minyak dan gas adalah: di mana harus mengebor sumur eksplorasi ini? Menemukan apa yang disebut “lipatan geologi antiklin” menjadi awal jawaban yang mereka butuhkan. Inilah nilai dari sebuah studi geologi yang dipublikasikan di Journal of African Earth Sciences, yang meneliti salah satu wilayah di Kurdistan Irak.

Lipatan antiklin diketahui sebagai lengkungan pada lapisan batuan berbentuk kubah atau busur ke atas. Di situlah biasanya berkumpul batuan induk penghasil minyak, batuan reservoir yang menyimpannya, dan batuan penutup yang mencegah kebocoran.
Wilayah di selatan Kota Aqrah, Kurdistan Irak, sebelumnya diketahui hanya memiliki 4 lipatan (Bijil, Rovia, Sarta, dan Bawakhin). Namun studi terbaru yang dilakukan tim peneliti gabungan dari universitas di Irak, Kanada, Hungaria, dan Belanda menambahkan dua lipatan baru, yakni “Mamanduk” dan “Kurdashin.” Temuan ini bisa berarti meningkatnya peluang penemuan ladang minyak baru di kawasan tersebut.
Daerah yang berjarak sekitar 47 kilometer barat laut Erbil ini sebenarnya bukan wilayah baru dalam peta perminyakan. Di sana sudah terdapat ladang minyak Bijil dan sumur eksplorasi “Sarta-1.” Dengan ditemukannya lipatan baru dan lokasi yang lebih akurat, perusahaan eksplorasi mendapat peluang emas untuk meningkatkan produksi dan mungkin menemukan cadangan minyak yang belum dimanfaatkan.
Kolaborasi 3 Alat
Proses menemukan lipatan antiklin, beserta janji akan adanya kemungkinan sumur minyak baru, membutuhkan perjalanan panjang dari penelitian di permukaan bumi hingga menembus ke dalam perut bumi.
Kisah ini —sebagaimana dijelaskan para peneliti dalam studi mereka— bermula dari batuan tersingkap di wilayah Aqrah, tepatnya pada formasi “Bai Hassan” yang terlihat jelas di permukaan. Formasi ini dinamai sesuai kawasan tempat ditemukannya di Kurdistan Irak, dan berasal dari era Pliosen serta Pleistosen (sekitar 5 juta hingga 2,5 juta tahun yang lalu).

Formasi geologi ini sebagian besar tersusun dari pasir, kerikil, dan lempung yang terakumulasi akibat aliran sungai purba dan limpasan permukaan dalam lingkungan kontinental (bukan laut). Endapan ini berasal dari proses erosi yang membawa pecahan batuan dari pegunungan sekitarnya dan mengendapkannya di cekungan. Karena itu, formasi ini kaya akan material sedimen kasar yang mencerminkan aktivitas geologi intens di masa lampau.
Citra satelit beresolusi tinggi yang diperiksa para peneliti menunjukkan garis-garis dan lengkungan pada formasi ini, menyerupai kerutan di permukaan bumi, yang memberi isyarat adanya rahasia yang belum terungkap. Bagi para peneliti, lengkungan tersebut bukan sekadar pemandangan geologi biasa, melainkan tanda awal adanya lipatan antiklin yang mungkin berfungsi sebagai wadah alami minyak dan gas.
Untuk memperoleh kepastian, bukti dari dalam bumi tetap diperlukan. Di sinilah peran sumur “Sarta-1,” yang dibor pada salah satu lipatan antiklin yang sudah dikenal. Sumur itu ibarat membuka jendela menuju kedalaman bumi, dari mana keluar sampel batuan yang menceritakan keseluruhan kisah. Di dasar sumur, terlihat lapisan tua yang kaya bahan organik, berfungsi sebagai “dapur alami” pembentuk energi sejak jutaan tahun lalu.
Tepat di atasnya ditemukan lapisan berpori yang berpotensi menjadi reservoir minyak, ditutup lapisan kedap yang menutup rapat cadangan tersebut. Sumur ini memberi keyakinan bagi para peneliti bahwa lipatan antiklin bukan sekadar gambaran geologi di atas kertas, melainkan jebakan nyata yang bisa menyimpan kekayaan minyak, sehingga mendorong eksplorasi pada lipatan baru seperti Mamanduk dan Kurdashin.
Namun, hal itu saja belum cukup. Di laboratorium, sampel yang dikumpulkan dari lapangan diuji melalui analisis geokimia yang cermat. Para ilmuwan ingin memastikan apakah bahan organik yang ada cukup matang untuk menghasilkan minyak, apakah reservoir berpori bisa menampung dalam jumlah komersial, serta apakah lapisan penutup cukup solid untuk mencegah hidrokarbon bocor. Hasilnya menjanjikan, mengonfirmasi bahwa kawasan ini memiliki elemen sistem perminyakan yang lengkap: sumber, reservoir, dan penutup.
Lalu Apa Selanjutnya?
Jika ada kaidah geologi yang menyatakan bahwa “permukaan adalah kunci bagi apa yang ada di bawah permukaan,” maka apa yang dibuktikan para peneliti merupakan indikator kuat adanya minyak dan gas. Namun, hal itu tidak bisa dipastikan tanpa penelitian lebih lanjut, sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Aziz Muhammad Abdul Aziz, Profesor Teknik Eksplorasi dan Evaluasi Lapisan di Departemen Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Universitas Kairo, dalam keterangannya kepada Al Jazeera Net.
Ia menjelaskan bahwa munculnya lipatan antiklin di permukaan membuat seorang ahli geologi memperkirakan adanya perpanjangan lipatan tersebut di bawah tanah, yang mungkin mengandung reservoir minyak atau gas pada lapisan sedimen yang berkaitan. Hasil awal ini diibaratkan seperti membaca sampul sebuah buku yang memberi kesan berisi hal penting, namun untuk mengetahui cerita lengkapnya perlu membuka halaman demi halaman dan menelaah rinciannya.
Abdul Aziz menerangkan bahwa penelaahan detail membutuhkan penelitian lain, dimulai dengan survei seismik tiga dimensi. Prinsipnya adalah mengirim gelombang getaran ke dalam bumi, baik dengan bahan peledak kecil atau perangkat getaran besar yang disebut vibroseis.
Gelombang ini bergerak melalui batuan dan memantul kembali ke permukaan sesuai perbedaan densitas dan jenis batuan, lalu ditangkap oleh sensor yang sangat sensitif untuk direkam. Setelah diproses dengan komputer, data tersebut berubah menjadi citra penampang tiga dimensi, mirip dengan foto “sinar-X” bumi. Citra ini dapat menampilkan bentuk lipatan, ketebalan lapisan, bahkan terkadang memperlihatkan adanya akumulasi potensial minyak atau gas.
Setelah itu, barulah dilakukan pengeboran eksplorasi, langkah krusial yang mengubah perkiraan dari sekadar model dan grafik menjadi hasil nyata. Seperti yang terjadi pada sumur “Sarta-1” sebelumnya, tahap ini memungkinkan pengambilan sampel batuan dari kedalaman berbeda untuk memastikan keberadaan batuan induk, reservoir, serta lapisan penutup, sekaligus memastikan minyak atau gas masih tersimpan dalam sistem perminyakan.
Sumber : al Jazeera