Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Tetapi terlepas dari masalah penamaan yang dirasakan kontroversial ini, bayangkanlah apa yang terjadi ketika hasrat politik, yang ditempa dan dibentuk oleh wacana ideologis yang saling bertabrakan, telah semakin mempengaruhi kehidupan sosial. Apakah yang terjadi kalau bukannya intensifikasi dari kecenderungan kultural masing-masing? Maka siapakah yang akan heran kalau dalam konteks masyarakat yang dilukiskan Geertz inilah persaingan politik semakin meruncing. Ketika sebuah peristiwa dahsyat yang langsung menusuk segala keseimbangan yang dijaga dengan penuh kecurigaan maka “terjadilah apa yang harus terjadi”. Akibatnya, sampai kini pun bangsa masih juga belum terbebas sepenuhnya dari dendam sejarah yang sempat tertanam. I Kalau diingat-ingat memang harus diakui juga bahw'buku yang bermutu tidak mudah “mati” bahkan bisa saja sangat enggan untuk “mati" atau, dengan pilihan kata yang lebih wajar, tidak mudah untuk dilupakan. Pertanyaan yang lebih mendesak ialah buku apakah yang dihadapi kini? Dalam perjalanan waktu The Religion of Java, judul asli dari bukuini, secara resmi ataupun bukan telah diakui sebagai salahsatu buku klasik dalam studi Indonesia, bahkan juga Asia Tenggara. Dalam terbitan khususnya Sojourn (Journal of Social Issues in Southeast Asia), majalah ilmiah tiga bulanan, terbitan Institute of Southeast Asian Studies (Singapore) (Volume 24, Number 3, April, 2009), melaporkan bahwa bukuiini terpilih sebagai salahsatu dari “ top 14” (rupanya ada buku-buku yang mendapat nilai yang sama, sehingga rencana menentukan “top 10” gagal) dari 40 buku yang dicalonkan para ilmuwan yang diminta sebagai jurisebagai The Most Influential Books of Southeast Asian Studies—buku yang paling berpengaruh dalam kajian Asia Tenggara. Maka tidaklah mengherankan kalau kemudian, sesudah buku ini terbit, nama Clifford Geertz (1926-2006), sang pengarang, tidak saja semakin bersinar sebagai ilmuwan yang ahli tentang sejarah dan kebudayaan Indonesia (khususnya Jawa dan Bali) dan kemudian juga Maroko. Namanya pun berkibar juga sebagai salah seorang teoretikus antropologi yang paling terkemuka di duniaakademis. Teori dan pendekatan akademis yang diperkenalkannya— seperti antara lain melihat kejadian aktual sebagai simbol dari sesuatu yang lebih fandamental dalam kebudayaan—menjadi bahan pembahasan dan malah juga perdebatan akademis.