Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
bisa memahami apa maksud slametan itu. Pemahaman ini bertambah dalam juga karena ia menanyai orang lain. Maka ia pun merumuskan kesemuanya dalam untaian kata yang menarik juga. Dengan begini, buku yang dihasilkannya bukan saja tampil sebagai sebuah monografi yang sangat lengkap, tetapi juga sebuah teks akademis yang teliti menguraikan dan menerangkan berbagai corak perilaku keagamaan dan bahkan juga usaha peneguhan ikatan kemasyarakatan. Maka kita, sang pembaca pun, bisa juga berhadapan dengan berbagai macam perilaku sosial, sebab dalam buku ini Geertz merekonstruksi sekian banyak corak upacara keagamaan—mulai dari yang kental memancarkan suasana kekudusan—ketika kehadiran sesuatu yang dianggap sakral dan berada di luar panca indra sedang dihadapi— bahkan sampai juga pada berbagai bentuk kesenian, yang memancarkan rasa keindahan yang dapat dinikmati bersama. Dan ia pun tidak pula lupa meminta anggota masyarakat yang melakukannya atau yang hanya menikmati berbagai corak perilaku sosial yang ingin mengatakan “sesuatu tentang sesuatu” ini, untuk bercerita tentang hal-hal yang mereka lakukan atau ikuti itu. Golongan pertama yang diuraikan Geertz secara mendalam dalam buku ini ialah struktur kehidupan sosial dan orientasi serta perilaku yang memancarkan hubungan keagamaan dari kelompok sosial yang memantulkan suasana dan tata kehidupan pedesaan. Dalam rekonstruksi antropologis tentang pola perilaku keagamaan golongan sosial ini Geertz melihat kecenderungan yang bersifat animistis. Dengan slametan sebagai pusat upacara, golongan ini sibuk juga memperhatikan hubungan mereka dengan segala corak “orang halus”—memedi, lelembut, tuyul, dan demit. Sedangkan yang kedua secara sosiologis boleh dikatakan sebagai golongan yang menguasai pasar dan mereka boleh dikatakan ta'at menjalankan ajaran Islam. Mereka shalat pada waktunya, berpuasa dan merasakan makna sosial dan religius dari peristiwa riyaya. Dalam bagian yang menguraikan kehidupan keagamaan golongan sosial ini, Geertz mengadakan rekonstruksi sejarah penyebaran Islam dan dinamika pemikiran Islam, yang akhirnya menghasilkan tumbuhnya dua organisasi sosial-keagamaan yang terkemuka, NU dan Muhammadyah. la berkisah tentang pesantren dan sekolah yang berdasarkan Islam dan sebagainya. Memang kalau dibanding-banding uraian Geertz tentang golongan inilah yang paling bernuansa sejarah. Maka tidaklah sukar