Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Al Aqidah fiLlah - Detail Buku
Halaman Ke : 38
Jumlah yang dimuat : 228
« Sebelumnya Halaman 38 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text

وعلينا أن نستخدم هذا النوع من الاستدلال في مواجهة الكفرة والملحدين، فقد استخدمه الرسل من قبل، وأكثروا من الاحتجاج به، فهذا إبراهيم خليل الرحمن يناقش الملحد، ويقيم عليه الحجة بهذا النوع من الاستدلال بحيث يخرس لسانه ويدهش فكره

(ألم تر إلى الذي حاجَّ إبراهيم في ربه أن آتَاهُ الله الملك إذ قال إبراهيم ربي الذي يُحيي ويميت قال أنا أُحْيِي وأُميت قال إبراهيم فإن الله يأتي بالشَّمس من المشرق فأت بها من المغرب فبهت الذي كفر والله لا يهدي القوم الظَّالمين) البقرة: ٢٥٨ .

وهذا موسى كليم الله يستخدم الاستدلال نفسه في مواجهة طاغية عصره فرعون، ولا يزال يأتيه بالدليل في إثر الدليل حتى يعجزه، فيلجأ إلى التهديد والوعيد: (قال فرعون وما ربُّ العالمين - قال ربُّ السَّماوات والأرض وما بينهما إن كنتم موقنين - قال لمن حوله ألا تستمعون - قال ربكم وربُّ آبَائِكُمُ الأوَّلين - قال إنَّ رسولكم الذي أرسل إليكم لمجنونٌ - قال ربُّ المشرق والمغرب وما بينهما إن كنتم تعقلون - قال لئِن اتخذت إلهاً غيري لأجعلنَّك من المسجونين) الشعراء: ٢٣-٢٩ .

بل إن هذا النوع من الاستدلال طريقة جميع الرسل، ارجع إلى سورة إبراهيم (آية ٩، ١٠) واقرأ ما قالته الأقوام المكذبة قوم نوح وعاد وثمود والذين من بعدهم، ثم إجابة الرسل حيث قالوا: (أفي الله شكٌ فاطر السَّماوات والأرض يدعوكم ليغفر لكم) إبراهيم: ١٠ .

فاستدلوا على صدق دعوتهم بأن الله - سبحانه - فاطر السَّماوات والأرض أي موجدهما وخالقهما.

Bahasa Indonesia Translation

Kita pun harus menggunakan bentuk istidlal ini ketika menghadapi orang kafir dan ateis. Para rasul sebelumnya juga menggunakannya, bahkan mereka banyak berhujjah dengan cara ini. Nabi Ibrahim, Khalilurrahman, berdialog dengan seorang ateis, menegakkan hujjah kepadanya dengan jenis istidlal ini hingga lidahnya kelu dan pikirannya terheran-heran.

﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ﴾

“Tidakkah engkau memperhatikan orang yang membantah Ibrahim tentang Tuhannya, karena Allah telah memberinya kekuasaan? Ketika Ibrahim berkata: ‘Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan.’ Ia menjawab: ‘Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.’ Maka terdiamlah orang kafir itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (Surah Al-Baqarah: 258)

Begitu juga Musa, Kalimullah, menggunakan istidlal yang sama dalam menghadapi tiran pada zamannya, yaitu Fir’aun. Ia terus mendatangkan dalil demi dalil hingga Fir’aun tidak mampu lagi menjawab, lalu beralih kepada ancaman dan intimidasi.

﴿قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ - قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ - قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ - قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ - قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ - قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ - قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ﴾

“Fir’aun berkata: ‘Siapakah Tuhan semesta alam itu?’ Musa menjawab: ‘(Dia adalah) Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kalian orang-orang yang yakin.’ Fir’aun berkata kepada orang-orang sekelilingnya: ‘Tidakkah kalian mendengar?’ Musa berkata: ‘(Dialah) Tuhan kalian dan Tuhan nenek moyang kalian yang terdahulu.’ Fir’aun berkata: ‘Sungguh, rasul kalian yang diutus kepada kalian ini benar-benar orang gila.’ Musa berkata: ‘(Dialah) Tuhan timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya, jika kalian mau menggunakan akal.’ Fir’aun berkata: ‘Sungguh, jika engkau mengambil tuhan selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara.’” (Surah Asy-Syu’ara: 23-29)

Bahkan, metode istidlal ini adalah cara seluruh para rasul. Cobalah lihat pada Surah Ibrahim (ayat 9–10), bagaimana kaum-kaum pendusta seperti kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, dan orang-orang setelah mereka berbicara, lalu jawaban para rasul datang dengan hujjah yang sama.

﴿أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ﴾

“Apakah ada keraguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kalian agar Dia mengampuni dosa-dosa kalian.” (Surah Ibrahim: 10)

Dengan demikian, mereka beristidlal atas kebenaran dakwah mereka bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Pencipta langit dan bumi, yakni yang mengadakannya dan menciptakannya dari tiada.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 38 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi