Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
وفي معرض إلزام المشركين بالعبودية لله وحده، وإخلاص الدّين له كان يسألهم عن الخالق المالك للسماء والأرض، فكانوا يعترفون، ولا ينكرون، (ولئِن سألتهم من خلق السماوات والأرض ليقولنَّ الله) لقمان: ٢٥ .
وفي سورة المؤمنون (قل لمن الأرض ومن فيها إن كنتم تعلمون - سيقولون لله قل أفلا تذكرون - قل من رب السماوات السبع ورب العرش العظيم - سيقولون لله قل أفلا تتقون - قل من بيده ملكوت كل شيء وهو يجير ولا يجار عليه إن كنتم تعلمون - سيقولون لله قل فأنَّى تسحرون) المؤمنون: ٨٤-٨٩ . ومن المعروف أنّ العرب كانوا يُعظمون الكعبة، ويحجون، ولهم بقية من عبادات يتنسّكون بها.
كان حريّاً بنا ألا نقف عند أدلة وجود الله كثيراً، لأنّ الفطرة الإنسانية تشهد بذلك، ولا يكاد يعرف منكر لوجود الخالق في الماضي إلا النزر اليسير، وهم لا يمثلون في البشرية نسبة تذكر.
إلا أن الانحراف اليوم وصل الدّرك الأسفل، فأصبحنا نرى أقواماً يزعمون أن لا خالق، ويجعلون هذه المقولة مذهباً يقيمون عليه حياتهم، وقامت دول على هذا المذهب تعدّ بمئات الملايين من البشر.
وانتشرت هذه المقولة في كل مكان، وألفت فيها كتب، وأصبح لها فلسفة تدرس، وحاول أصحابها أن يسموها بالمنهج العلمي، ويدللوا عليها.
من أجل ذلك كان لا بّد أن نتوسع شيئاً ما في الاستدلال على هذه القضية.
Dalam rangka mewajibkan kaum musyrik untuk beribadah hanya kepada Allah dan mengikhlaskan agama untuk-Nya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa menanyakan kepada mereka: siapakah yang menciptakan dan memiliki langit dan bumi? Mereka pun mengakui dan tidak mengingkarinya. Sebagaimana firman Allah:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Dan sungguh jika engkau bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Niscaya mereka akan menjawab: ‘Allah.’” (Surah Luqman: 25)
Dalam Surah Al-Mu’minun juga disebutkan:
قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ * سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ * قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ * سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ * قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ * سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ
“Katakanlah: ‘Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak ingat?’ Katakanlah: ‘Siapakah Rabb langit yang tujuh dan Rabb ‘Arsy yang agung?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Di tangan siapakah berada kekuasaan atas segala sesuatu, dan Dia melindungi tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘(Kalau demikian) maka dari jalan manakah kamu ditipu (oleh setan)?’” (Surah Al-Mu’minun: 84-89)
Sudah maklum pula bahwa bangsa Arab dahulu sangat mengagungkan Ka’bah, mereka melaksanakan haji, dan mereka masih memiliki sisa-sisa ibadah yang mereka lakukan sebagai bentuk ritual.
Sebenarnya kita tidak perlu terlalu panjang membahas dalil keberadaan Allah, karena fitrah manusia sudah menjadi saksi akan hal itu. Hampir tidak dikenal ada orang yang mengingkari keberadaan Sang Pencipta di masa lalu, kecuali dalam jumlah yang sangat sedikit, dan mereka tidak mewakili persentase yang berarti dari umat manusia.
Namun, penyimpangan pada masa kini telah mencapai titik nadir. Kita menyaksikan kaum yang berani menyatakan bahwa tidak ada Sang Pencipta, dan mereka menjadikan ucapan itu sebagai sebuah ideologi yang mereka bangun sebagai dasar kehidupan. Bahkan, berdirilah negara-negara di atas ideologi itu dengan jumlah penduduk ratusan juta jiwa.
Paham ini pun menyebar ke mana-mana, ditulis dalam buku-buku, disusun filsafat untuknya, bahkan dipelajari secara akademik. Para pengusungnya berusaha menamakannya dengan “metode ilmiah” dan berusaha memberikan dalil untuk membenarkannya.
Karena itulah, kita perlu memperluas pembahasan tentang dalil keberadaan Allah pada masa kini.