Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Ini adalah beralasan kepada Hadis juga: _,.L';LY'_';S 15 AEe CL.._,;LC”' VA NAAI BAA PER GA A YA G1 I AA AN3 15. “Daripada Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Apabila telah ber-amin Imam, hendaklah kamu ber-amin pula. Karena barang. siapa yang bertepatan aminnya dengan amin Malaikat, akan diampunilah dosadosanya yang telah lampau (Dirawikan oleh Jamaah) Dan Hadis lagi: L'”H——J E B AAI EAHI SG A NF lE DJE ,Jwv, pa| 5 16. Daripada Abu Hurairah: Adalah Rasulullah s.a.w. apabila telah mem. baca sampai ke Ghairil Magh dhubi 'alai-him waladh dhaallin, beliau sebut: “Amin”, sehingga didengar oleh orangorang yang mengikutinya dari Shaf yang pertama." (Dirawikan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah) Dan kata Abu Hurairah pula: “Sehingga didengar akan dia oleh ahli Shaf pertama maka bergemalah suara itu di dalam mesjid.” Menurut riwayat dari Wa-il bin Hajar, dia sendiri mendengar Rasulullah s.a.w. memanjangkan Suaranya seketika membaca Amin itu (dimadd-kan). baik pada Aa atau Min. Abu Daud meriwayatkan bahwa suara beliau diangkatnya waktu membaca Amin itu. Oleh sebab itu, sebagaimana yang ditulis oleh as. Syaukani di dalam Nailul Authaar. membaca Amin itu, baik menyambutnya seketika selesai Imam membaca al-Fatihah di sembahyang jahar, atau seketika setiap orang membaca alFatihah adalah termasuk peraturan syara' juga. Menurut pendapat Jumhur bacaan Amin itu adalah sunnah. Tetapi Ibnu Buzaizah dan Ulama-ulama ahli zahir berpendapat atas wajibnya. Dan zahir kenyataan menunjukkan bahwa ma'mum diwajibkan dengan amar (perintah) supaya menyambut dengan Amin pula bila dia telah dibaca oleh Imam. Dan bagi Imam sendiri membaca Amin adalah nadab (sunnat). Hal ini adalah seumpama mengucapkan dan menjawab salam, yang memulai adalah nadab, yang men jawab adalah wajib. Demikian juga orang yang sembahyang munfarid (sendiri).