Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 37
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 37 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text
Belum ada teks Arab untuk halaman ini.
Bahasa Indonesia Translation

menguraikan pendapat-pendapat sahabat yang berlainan itu di dalam menjelaskan pendapatnya sendiri.

Semuanya itu ialah berkenaan dengan tafsir sahabat-sahabat Rasulullah yang mengenai hukum halal dan haram. Perilinan-perilinan pendapat itu banyak terdapat di dalam Kitab Fiqh. Terutama seketika membicarakan ayat-ayat yang mengenai peperangan atau perdamaian, perjanjian atau jaminan keamanan. Apatah lagi sesudah Rasulullah s.a.w. wafat, sahabat-sahabat Rasulullah itu meneruskan jihad, menaklukkan negeri, menundukkan musuh, membuat perjanjian-perjanjian damai, pemungutan jizyah dan sebagainya. Dalam pelaksanaan hal-hal yang sedemikian banyak terdapat pertikaian cara, yang di zaman kita dinamai kebijaksanaan atau beleid di antara satu sahabat dengan sahabat yang lain. Tetapi bahan-bahan yang menguraikan urusan seperti ini lebih banyak kebijaksanaan atau beleid di antara satu yang di zaman kita dinamai khilafiyah. Al-Imam Muhammed bin Hasan asy-Syaibaniyah yang mula-mula mengarang sebuah kitab yang khas mengenai itu, dengan dokumentasi yang lengkap yang beliau kumpulkan dari cara pelaksanaan sahabat itu, yang berdasar kepada keadilan, peri-kemanusiaan, kasih-sayang, rahmat dan karamah (menghormati hak-hak manusia). Maka di dalam kitab beliau ini banyaklah bertemu tafsir pendapat dan pelaksanaan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. mengenai urusan yang demikian.

Mengenai ayat-ayat yang menyebut rahasia alam, kejadian langit dan bumi, bintang, bulan dan matahari, hujan, lautan dan daratan, tanaman dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya itu, yang di atas sudah kita katakan bahwa maksudnya ialah untuk memperkuat akidah Tuhan; demikian pula ayat-ayat yang mengandung kisah-kisah. Maka terhadap kedua persoalan ini, tiadalah banyak keterangan dari sahabat-sahabat Rasulullah. Memang terdapat beberapa riwayat tentang itu dari kata-kata sahabat, tetapi yang shahih, yang bisa dipertanggungjawabkan Sanad (sandaran) adalah teramat sedikit.

Itu dapat kita fahami. Sebab sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. itu lebih banyak perhatiannya kepada menjaga halal dan haram, dan lebih tertumpu kepada menyesuaikan masyarakat yang baru tumbuh, berperang dan berjihad, menaklukkan dan memungut Jizyah. Adapun tentang rahasia alam, kejadian langit dan bumi, atau tentang kisah-kisah Nabi-nabi yang terdahulu itu, mereka percaya bulat saja kepada apa yang dikatakan al-Quran. Tak usah banyak bising lagi.

Tetapi setelah zaman Khulafaur-Rasyidin (Khalifah yang berempat) artinya setelah Nabi wafat, dan setelah banyak orang Yahudi dan orang Nasrani masuk Islam, pada masa itu timbullah golongan yang dinamai “tukang cerita” (al-Qasshashsh). Tukang-tukang cerita itu udun membuat halaqah di dalam masjid-masjid, lalu bercerita macam-macam ceritera, termasuk kisah yang ada di dalam al-Quran itu, diaduk dengan cerita-cerita ahli kitab, ditambah pengajian-pengajian, sebagai tablig-tablig di zaman kita sekarang ini. Supaya cerita itu menarik dan enak didengar, mereka tambahkan pula dengan bermacam-macam tambahan, sehingga jadilah cerita-ceritera israiliyat tersebut. Pada waktu itu...

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#3124 Sep 2025, 00:00:34idadminTervalidasi

menguraikan pendapat-pendapat sahabat yang berlainan itu di dalam menjelaskan pendapatnya sendiri.

Semuanya itu ialah berkenaan dengan tafsir sahabat-sahabat Rasulullah yang mengenai hukum halal dan haram. Perilinan-perilinan pendapat itu banyak terdapat di dalam Kitab Fiqh. Terutama seketika membicarakan ayat-ayat yang mengenai peperangan atau perdamaian, perjanjian atau jaminan keamanan. Apatah lagi sesudah Rasulullah s.a.w. wafat, sahabat-sahabat Rasulullah itu meneruskan jihad, menaklukkan negeri, menundukkan musuh, membuat perjanjian-perjanjian damai, pemungutan jizyah dan sebagainya. Dalam pelaksanaan hal-hal yang sedemikian banyak terdapat pertikaian cara, yang di zaman kita dinamai kebijaksanaan atau beleid di antara satu sahabat dengan sahabat yang lain. Tetapi bahan-bahan yang menguraikan urusan seperti ini lebih banyak kebijaksanaan atau beleid di antara satu yang di zaman kita dinamai khilafiyah. Al-Imam Muhammed bin Hasan asy-Syaibaniyah yang mula-mula mengarang sebuah kitab yang khas mengenai itu, dengan dokumentasi yang lengkap yang beliau kumpulkan dari cara pelaksanaan sahabat itu, yang berdasar kepada keadilan, peri-kemanusiaan, kasih-sayang, rahmat dan karamah (menghormati hak-hak manusia). Maka di dalam kitab beliau ini banyaklah bertemu tafsir pendapat dan pelaksanaan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. mengenai urusan yang demikian.

Mengenai ayat-ayat yang menyebut rahasia alam, kejadian langit dan bumi, bintang, bulan dan matahari, hujan, lautan dan daratan, tanaman dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya itu, yang di atas sudah kita katakan bahwa maksudnya ialah untuk memperkuat akidah Tuhan; demikian pula ayat-ayat yang mengandung kisah-kisah. Maka terhadap kedua persoalan ini, tiadalah banyak keterangan dari sahabat-sahabat Rasulullah. Memang terdapat beberapa riwayat tentang itu dari kata-kata sahabat, tetapi yang shahih, yang bisa dipertanggungjawabkan Sanad (sandaran) adalah teramat sedikit.

Itu dapat kita fahami. Sebab sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. itu lebih banyak perhatiannya kepada menjaga halal dan haram, dan lebih tertumpu kepada menyesuaikan masyarakat yang baru tumbuh, berperang dan berjihad, menaklukkan dan memungut Jizyah. Adapun tentang rahasia alam, kejadian langit dan bumi, atau tentang kisah-kisah Nabi-nabi yang terdahulu itu, mereka percaya bulat saja kepada apa yang dikatakan al-Quran. Tak usah banyak bising lagi.

Tetapi setelah zaman Khulafaur-Rasyidin (Khalifah yang berempat) artinya setelah Nabi wafat, dan setelah banyak orang Yahudi dan orang Nasrani masuk Islam, pada masa itu timbullah golongan yang dinamai “tukang cerita” (al-Qasshashsh). Tukang-tukang cerita itu udun membuat halaqah di dalam masjid-masjid, lalu bercerita macam-macam ceritera, termasuk kisah yang ada di dalam al-Quran itu, diaduk dengan cerita-cerita ahli kitab, ditambah pengajian-pengajian, sebagai tablig-tablig di zaman kita sekarang ini. Supaya cerita itu menarik dan enak didengar, mereka tambahkan pula dengan bermacam-macam tambahan, sehingga jadilah cerita-ceritera israiliyat tersebut. Pada waktu itu...


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 37 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi