Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 42
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 42 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text
Belum ada teks Arab untuk halaman ini.
Bahasa Indonesia Translation

قُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Katakanlah: Ya Tuhanku, tambahlah untukku ilmu.”

Sedang ilmu itu sangatlah luasnya, sehingga berapapun yang dimohonkan manusia, tidaklah cukup umurnya buat menampung ilmu yang sangat banyak itu. Orang-orang yang arif bijaksana, bila merenung al-Quran, bukan saja akan mendapat ilmu agama, bahkan ilmu yang umumpun.

Imam Ghazali bukan saja mengemukakan dalil sebagainya kita simpulkan di atas itu, bahkan mengatakan pula bahwa menafsirkan al-Quran hanya semata-mata di keliling Sunnah tidaklah mencukupi, karena Hadis yang ma’tsur dari Nabi s.a.w. dengan sanadnya yang shahih, yang mengenai tafsir al-Quran sangatlah sedikit. Dan tafsir dari Rasulullah sahabat-sahabat kebanyakan pula hanya dari pendapat mereka. Maka oleh sebab itu kata Imam Ghazali sebaiknyalah kita ikuti jejak sahabat-sahabat Rasulullah itu, yaitu membanting tulang dan memikirkan al-Quran dengan mendalam pula, sehingga kitabpun dapat mengeluarkan ra’yi, sebagai sahabat-sahabat itu pula. Demikian juga terhadap tabi’in.

Kata Imam Ghazali lagi, bila direnung pendapat-pendapat penafsiran sahabat-sahabat dan tabi’in, nyata sekali dalam banyak hal mereka tidak juga seamaan penafsiran. Itulah bukti bahwa mereka telah memakai ra’yi sendiri di dalam menafsirkan al-Quran.

Imam Ghazali pun mengaku bahwa menafsirkan al-Quran tidak boleh hanya semata-mata dengan akal, demikianpun tidak boleh hanya semata-mata berpegang kepada naqal. Artinya jangan hanya semata-mata berpegang kepada pendapat sendiri, dan hanya semata-mata menaqal atau mencopy pendapat orang-orang yang telah terdahulu. Di dalam hal yang mengenai ibadat tentu kita wajib berpegang kepada Sunnah Rasul. Tetapi kita tahu bahwa isi al-Quran yang 6,236 ayat bukanlah semata-mata peraturan. Menyuruh merenung-kan alam, jauh lebih banyak ayatnya daripada menguraikan dari hal ibadat. Sedang Salaf, sejak sahabat-sahabat Rasulullah sampai kepada tabi’in dahulu kala itu, dengan segala kerendahan hati, harus kita katakan dengan tegas bahwa pengetahuan beliau-beliau tentang ilmu alam belumlah sampai zaman sekarang ini. Bahan dalam tafsir-tafsir selanjutnya penafsiran ayat-ayat demi ayat masih saja mencerminkan tingkat hasil pengetahuan manusia zaman itu belaka. Masih kita dapat dalam tafsir-tafsir zaman lampau itu bahwa bumilah pusat alam, dan mataharilah yang mengelilingi bumi. Ketika menafsirkan ayat-ayat yang berkenaan dengan pengembaraan Zulkarnain ke Timur dan ke Barat masih shadid tafsir berkata bahwa mataharilah itu benar-benar terbenam ke dalam lumpur di ujung dunia.

Demikian juga berkenaan dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam al-Quran. Masih didapati penafsiran bahwa kepala kaum ‘Ad itu sebesar gubah sebuah mesjid dan tinggi mereka 30 hasta mereka sendiri, sehingga bila mendengar berita itu sudah dapat dipastikan bahwa panjang tangan mereka...

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#3524 Sep 2025, 04:15:32idadminTervalidasi

قُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Katakanlah: Ya Tuhanku, tambahlah untukku ilmu.”

Sedang ilmu itu sangatlah luasnya, sehingga berapapun yang dimohonkan manusia, tidaklah cukup umurnya buat menampung ilmu yang sangat banyak itu. Orang-orang yang arif bijaksana, bila merenung al-Quran, bukan saja akan mendapat ilmu agama, bahkan ilmu yang umumpun.

Imam Ghazali bukan saja mengemukakan dalil sebagainya kita simpulkan di atas itu, bahkan mengatakan pula bahwa menafsirkan al-Quran hanya semata-mata di keliling Sunnah tidaklah mencukupi, karena Hadis yang ma’tsur dari Nabi s.a.w. dengan sanadnya yang shahih, yang mengenai tafsir al-Quran sangatlah sedikit. Dan tafsir dari Rasulullah sahabat-sahabat kebanyakan pula hanya dari pendapat mereka. Maka oleh sebab itu kata Imam Ghazali sebaiknyalah kita ikuti jejak sahabat-sahabat Rasulullah itu, yaitu membanting tulang dan memikirkan al-Quran dengan mendalam pula, sehingga kitabpun dapat mengeluarkan ra’yi, sebagai sahabat-sahabat itu pula. Demikian juga terhadap tabi’in.

Kata Imam Ghazali lagi, bila direnung pendapat-pendapat penafsiran sahabat-sahabat dan tabi’in, nyata sekali dalam banyak hal mereka tidak juga seamaan penafsiran. Itulah bukti bahwa mereka telah memakai ra’yi sendiri di dalam menafsirkan al-Quran.

Imam Ghazali pun mengaku bahwa menafsirkan al-Quran tidak boleh hanya semata-mata dengan akal, demikianpun tidak boleh hanya semata-mata berpegang kepada naqal. Artinya jangan hanya semata-mata berpegang kepada pendapat sendiri, dan hanya semata-mata menaqal atau mencopy pendapat orang-orang yang telah terdahulu. Di dalam hal yang mengenai ibadat tentu kita wajib berpegang kepada Sunnah Rasul. Tetapi kita tahu bahwa isi al-Quran yang 6,236 ayat bukanlah semata-mata peraturan. Menyuruh merenung-kan alam, jauh lebih banyak ayatnya daripada menguraikan dari hal ibadat. Sedang Salaf, sejak sahabat-sahabat Rasulullah sampai kepada tabi’in dahulu kala itu, dengan segala kerendahan hati, harus kita katakan dengan tegas bahwa pengetahuan beliau-beliau tentang ilmu alam belumlah sampai zaman sekarang ini. Bahan dalam tafsir-tafsir selanjutnya penafsiran ayat-ayat demi ayat masih saja mencerminkan tingkat hasil pengetahuan manusia zaman itu belaka. Masih kita dapat dalam tafsir-tafsir zaman lampau itu bahwa bumilah pusat alam, dan mataharilah yang mengelilingi bumi. Ketika menafsirkan ayat-ayat yang berkenaan dengan pengembaraan Zulkarnain ke Timur dan ke Barat masih shadid tafsir berkata bahwa mataharilah itu benar-benar terbenam ke dalam lumpur di ujung dunia.

Demikian juga berkenaan dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam al-Quran. Masih didapati penafsiran bahwa kepala kaum ‘Ad itu sebesar gubah sebuah mesjid dan tinggi mereka 30 hasta mereka sendiri, sehingga bila mendengar berita itu sudah dapat dipastikan bahwa panjang tangan mereka...


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 42 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi