Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
moga dengan meninggalkan “Tafsir” ini, ada yang akan diingat-ingat orang dari diriku sebagai suatu hasil khidmat untuk Tuhan dan ummat. Yang dapat aku kerjakan di dalam saat-saat aku teraniaya. Moga-moga akan datanglah masanya, aku tidak ada lagi dan orang-orang yang menganiayakupun tidak ada lagi, tetapi “Tafsir” ini masih dibaca dan ditelaah orang, walaupun pengarangnya sudah lama berlalu. Dan aku tidak dapat memastikan, apakah yang akan menjadi buah tutur orang terhadap para penganiaya itu setelah mereka meninggalkan dunia fana ini?
Kalau tidaklah mengingat akan “kehidupan kedua kali” itu, mungkin sudah lama sayapun dibawa hanyut oleh nafsu hendak berkuasa dan kemudiannya menjadi mabuk oleh kekuasaan itu: Na’udzubillah!
Seorang di antara anak saya pernah mengusulkan supaya di kata pendahuluan “Tafsir” ini saya sampaikan terimakasih kepada mereka yang telah menyusun fitnah ini, yang menyebabkan saya ditahan sekian lama. Oleh karena tersebut tahanan inilah “Tafsir” ini dapat dikerjakan dengan tenang dan dapat diselesaikan. Maka usul anak saya telah saya jawab:
“Tidak anaku! Ayah tidak hendak berterimakasih kepada mereka itu! Karena terimakasih yang demikianpun akan menambah hasad mereka juga. Bahkan akan mereka katakan ayah mencemuh kepada mereka karena maksud mereka digagalkan Tuhan. Ayah belumlah mencapai derajat yang demikian tinggi, sehingga mengucapkan terimakasih kepada orang yang aniaya, zalim, hasad, dengki. Atau orang yang memakai kekuasaan yang ada dalam tangan mereka buat melepaskan sakit hati. Ayah akan tetap berpegang pada pendirian Tauhid, yaitu mengucapkan syukur dan puji-pujian hanya untuk Allah saja. Allah Yang Maha Kuasa atas segala kekuasaan, Allah yang lebih tinggi dari segala macam kebesaran. Allah yang ajaib sisaanya daripada segala siasat manusia. Hanya kepadaNya sajalah ayah sampaikan segala syukur dan segala terimakasih.
Adapun kepada mereka itu yang telah menyusun fitnah itu, atau yang telah menumpangkan hasadnya dalam fitnah orang lain, setinggi-tinggi yang dapat ayah berikan hanya maaf saja. Sebab kalau berpangkat dan berkuasa, maka pangkat dan kekuasaan itu adalah bergiliran di antara manusia.
Betapa tidak, karena fitnah dan hasad manusia ayah terpencil. Padahal dalam masa terpencil itulah ayah dapat berkhalwat dan beribadat lebih khusyu’. Saat-saat senggang yang begitu luas, malamnya dapat ayah pergunakan buat ibadat, munajat dan tahajjud. Siang yang panjang dapat ayah gunakan buat mengarang, tafakkur dan muthala’ah. Semuanya itu dengan pertolongan dan hidayat Tuhan.”
Mereka yang hasad dan zalim itulah yang sebenarnya diazab oleh perasaan hati mereka sendiri. Mereka adalah orang yang mabuk oleh harta dan kekuasaan, mereka berperang di dalam hati sendiri, di antara perasaan halus sebagai insan, dengan kekuasaan tuntutan hawa nafsu.
Niscaya di antara mereka ada juga sisa-sisa iman dalam hati mereka. Di dalam sanubari mereka kadang-kadang tentu timbul penyesalan sebab mereka telah berbuat aniaya kepada orang yang tidak bersalah. mereka telah me-
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 04:47:58.moga dengan meninggalkan “Tafsir” ini, ada yang akan diingat-ingat orang dari diriku sebagai suatu hasil khidmat untuk Tuhan dan ummat. Yang dapat aku kerjakan di dalam saat-saat aku teraniaya. Moga-moga akan datanglah masanya, aku tidak ada lagi dan orang-orang yang menganiayakupun tidak ada lagi, tetapi “Tafsir” ini masih dibaca dan ditelaah orang, walaupun pengarangnya sudah lama berlalu. Dan aku tidak dapat memastikan, apakah yang akan menjadi buah tutur orang terhadap para penganiaya itu setelah mereka meninggalkan dunia fana ini?
Kalau tidaklah mengingat akan “kehidupan kedua kali” itu, mungkin sudah lama sayapun dibawa hanyut oleh nafsu hendak berkuasa dan kemudiannya menjadi mabuk oleh kekuasaan itu: Na’udzubillah!
Seorang di antara anak saya pernah mengusulkan supaya di kata pendahuluan “Tafsir” ini saya sampaikan terimakasih kepada mereka yang telah menyusun fitnah ini, yang menyebabkan saya ditahan sekian lama. Oleh karena tersebut tahanan inilah “Tafsir” ini dapat dikerjakan dengan tenang dan dapat diselesaikan. Maka usul anak saya telah saya jawab:
“Tidak anaku! Ayah tidak hendak berterimakasih kepada mereka itu! Karena terimakasih yang demikianpun akan menambah hasad mereka juga. Bahkan akan mereka katakan ayah mencemuh kepada mereka karena maksud mereka digagalkan Tuhan. Ayah belumlah mencapai derajat yang demikian tinggi, sehingga mengucapkan terimakasih kepada orang yang aniaya, zalim, hasad, dengki. Atau orang yang memakai kekuasaan yang ada dalam tangan mereka buat melepaskan sakit hati. Ayah akan tetap berpegang pada pendirian Tauhid, yaitu mengucapkan syukur dan puji-pujian hanya untuk Allah saja. Allah Yang Maha Kuasa atas segala kekuasaan, Allah yang lebih tinggi dari segala macam kebesaran. Allah yang ajaib sisaanya daripada segala siasat manusia. Hanya kepadaNya sajalah ayah sampaikan segala syukur dan segala terimakasih.
Adapun kepada mereka itu yang telah menyusun fitnah itu, atau yang telah menumpangkan hasadnya dalam fitnah orang lain, setinggi-tinggi yang dapat ayah berikan hanya maaf saja. Sebab kalau berpangkat dan berkuasa, maka pangkat dan kekuasaan itu adalah bergiliran di antara manusia.
Betapa tidak, karena fitnah dan hasad manusia ayah terpencil. Padahal dalam masa terpencil itulah ayah dapat berkhalwat dan beribadat lebih khusyu’. Saat-saat senggang yang begitu luas, malamnya dapat ayah pergunakan buat ibadat, munajat dan tahajjud. Siang yang panjang dapat ayah gunakan buat mengarang, tafakkur dan muthala’ah. Semuanya itu dengan pertolongan dan hidayat Tuhan.”
Mereka yang hasad dan zalim itulah yang sebenarnya diazab oleh perasaan hati mereka sendiri. Mereka adalah orang yang mabuk oleh harta dan kekuasaan, mereka berperang di dalam hati sendiri, di antara perasaan halus sebagai insan, dengan kekuasaan tuntutan hawa nafsu.
Niscaya di antara mereka ada juga sisa-sisa iman dalam hati mereka. Di dalam sanubari mereka kadang-kadang tentu timbul penyesalan sebab mereka telah berbuat aniaya kepada orang yang tidak bersalah. mereka telah me-
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #53 | 24 Sep 2025, 04:47:58 | id | admin | Tervalidasi | — |
moga dengan meninggalkan “Tafsir” ini, ada yang akan diingat-ingat orang dari diriku sebagai suatu hasil khidmat untuk Tuhan dan ummat. Yang dapat aku kerjakan di dalam saat-saat aku teraniaya. Moga-moga akan datanglah masanya, aku tidak ada lagi dan orang-orang yang menganiayakupun tidak ada lagi, tetapi “Tafsir” ini masih dibaca dan ditelaah orang, walaupun pengarangnya sudah lama berlalu. Dan aku tidak dapat memastikan, apakah yang akan menjadi buah tutur orang terhadap para penganiaya itu setelah mereka meninggalkan dunia fana ini? Kalau tidaklah mengingat akan “kehidupan kedua kali” itu, mungkin sudah lama sayapun dibawa hanyut oleh nafsu hendak berkuasa dan kemudiannya menjadi mabuk oleh kekuasaan itu: Na’udzubillah! Seorang di antara anak saya pernah mengusulkan supaya di kata pendahuluan “Tafsir” ini saya sampaikan terimakasih kepada mereka yang telah menyusun fitnah ini, yang menyebabkan saya ditahan sekian lama. Oleh karena tersebut tahanan inilah “Tafsir” ini dapat dikerjakan dengan tenang dan dapat diselesaikan. Maka usul anak saya telah saya jawab: “Tidak anaku! Ayah tidak hendak berterimakasih kepada mereka itu! Karena terimakasih yang demikianpun akan menambah hasad mereka juga. Bahkan akan mereka katakan ayah mencemuh kepada mereka karena maksud mereka digagalkan Tuhan. Ayah belumlah mencapai derajat yang demikian tinggi, sehingga mengucapkan terimakasih kepada orang yang aniaya, zalim, hasad, dengki. Atau orang yang memakai kekuasaan yang ada dalam tangan mereka buat melepaskan sakit hati. Ayah akan tetap berpegang pada pendirian Tauhid, yaitu mengucapkan syukur dan puji-pujian hanya untuk Allah saja. Allah Yang Maha Kuasa atas segala kekuasaan, Allah yang lebih tinggi dari segala macam kebesaran. Allah yang ajaib sisaanya daripada segala siasat manusia. Hanya kepadaNya sajalah ayah sampaikan segala syukur dan segala terimakasih. Adapun kepada mereka itu yang telah menyusun fitnah itu, atau yang telah menumpangkan hasadnya dalam fitnah orang lain, setinggi-tinggi yang dapat ayah berikan hanya maaf saja. Sebab kalau berpangkat dan berkuasa, maka pangkat dan kekuasaan itu adalah bergiliran di antara manusia. Betapa tidak, karena fitnah dan hasad manusia ayah terpencil. Padahal dalam masa terpencil itulah ayah dapat berkhalwat dan beribadat lebih khusyu’. Saat-saat senggang yang begitu luas, malamnya dapat ayah pergunakan buat ibadat, munajat dan tahajjud. Siang yang panjang dapat ayah gunakan buat mengarang, tafakkur dan muthala’ah. Semuanya itu dengan pertolongan dan hidayat Tuhan.” Mereka yang hasad dan zalim itulah yang sebenarnya diazab oleh perasaan hati mereka sendiri. Mereka adalah orang yang mabuk oleh harta dan kekuasaan, mereka berperang di dalam hati sendiri, di antara perasaan halus sebagai insan, dengan kekuasaan tuntutan hawa nafsu. Niscaya di antara mereka ada juga sisa-sisa iman dalam hati mereka. Di dalam sanubari mereka kadang-kadang tentu timbul penyesalan sebab mereka telah berbuat aniaya kepada orang yang tidak bersalah. mereka telah me- | |||||
| #52 | 24 Sep 2025, 04:47:15 | id | admin | Tervalidasi | — |
moga dengan meninggalkan “Tafsir” ini, ada yang akan diingat-ingat orang dari diriku sebagai suatu hasil khidmat untuk Tuhan dan ummat. Yang dapat aku kerjakan di dalam saat-saat aku teraniaya. Moga-moga akan datanglah masanya, aku tidak ada lagi dan orang-orang yang menganiayakupun tidak ada lagi, tetapi “Tafsir” ini masih dibaca dan ditelaah orang, walaupun pengarangnya sudah lama berlalu. Dan aku tidak dapat memastikan, apakah yang akan menjadi buah tutur orang terhadap para penganiaya itu setelah mereka meninggalkan dunia fana ini? Kalau tidaklah mengingat akan “kehidupan kedua kali” itu, mungkin sudah lama sayapun dibawa hanyut oleh nafsu hendak berkuasa dan kemudiannya menjadi mabuk oleh kekuasaan itu: Na’udzubillah! Seorang di antara anak saya pernah mengusulkan supaya di kata pendahuluan “Tafsir” ini saya sampaikan terimakasih kepada mereka yang telah menyusun fitnah ini, yang menyebabkan saya ditahan sekian lama. Oleh karena tersebut tahanan inilah “Tafsir” ini dapat dikerjakan dengan tenang dan dapat diselesaikan. Maka usul anak saya telah saya jawab: “Tidak anaku! Ayah tidak hendak berterimakasih kepada mereka itu! Karena terimakasih yang demikianpun akan menambah hasad mereka juga. Bahkan akan mereka katakan ayah mencemuh kepada mereka karena maksud mereka digagalkan Tuhan. Ayah belumlah mencapai derajat yang demikian tinggi, sehingga mengucapkan terimakasih kepada orang yang aniaya, zalim, hasad, dengki. Atau orang yang memakai kekuasaan yang ada dalam tangan mereka buat melepaskan sakit hati. Ayah akan tetap berpegang pada pendirian Tauhid, yaitu mengucapkan syukur dan puji-pujian hanya untuk Allah saja. Allah Yang Maha Kuasa atas segala kekuasaan, Allah yang lebih tinggi dari segala macam kebesaran. Allah yang ajaib sisaanya daripada segala siasat manusia. Hanya kepadaNya sajalah ayah sampaikan segala syukur dan segala terimakasih. Adapun kepada mereka itu yang telah menyusun fitnah itu, atau yang telah menumpangkan hasadnya dalam fitnah orang lain, setinggi-tinggi yang dapat ayah berikan hanya maaf saja. Sebab kalau berpangkat dan berkuasa, maka pangkat dan kekuasaan itu adalah bergiliran di antara manusia. Betapa tidak, karena fitnah dan hasad manusia ayah terpencil. Padahal dalam masa terpencil itulah ayah dapat berkhalwat dan beribadat lebih khusyu’. Saat-saat senggang yang begitu luas, malamnya dapat ayah pergunakan buat ibadat, munajat dan tahajjud. Siang yang panjang dapat ayah gunakan buat mengarang, tafakkur dan muthala’ah. Semuanya itu dengan pertolongan dan hidayat Tuhan.” Mereka yang hasad dan zalim itulah yang sebenarnya diazab oleh perasaan hati mereka sendiri. Mereka adalah orang yang mabuk oleh harta dan kekuasaan, mereka berperang di dalam hati sendiri, di antara perasaan halus sebagai insan, dengan kekuasaan tuntutan hawa nafsu. Niscaya di antara mereka ada juga sisa-sisa iman dalam hati mereka. Di dalam sanubari mereka kadang-kadang tentu timbul penyesalan sebab mereka telah berbuat aniaya kepada orang yang tidak bersalah. mereka t | |||||