Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
bahasa disebut isti’anah juga, padahal yang demikian tidak terlarang oleh agama.
Kita bukakan hal ini untuk mengetahui betapa sukarnya menterjemah dari satu bahasa ke bahasa yang lain, terutama lagi bahasa agama, terutama lagi Arab dalam Al-Quran yang turun sebagai Wahyu Ilahi. Makanya kita menguatkan pendapat sebagian besar Ulama agar di samping terjemah atau tafsir, tidak boleh tidak, hendaklah asli tulisan Arabnya dibawakan supaya orang lain yang mengerti dapat menyesuaikan maknanya dengan aslinya.
Di dalam ayat ini bertemulah kita dengan tujuan. Dengan ayat ini kita menyatakan pengakuan bahwa hanya kepadaNya saja kita memohonkan pertolongan; tiada kepada orang lain.
Sebagaimana telah kita maklumi pada keterangan di atas, Allah adalah Tuhan Yang Mencipta dan Memelihara. Dia adalah Rabbun, sebab itu Dia adalah Ilahi. Tidak ada Ilah yang lain, melainkan Dia. Oleh karena Dia Yang Mencipta dan Memelihara, maka hanya Dia pula yang patut disembah. Adalah satu hal yang tidak wajar, kalau Dia menjadikan dan memelihara, lalu kita menyembah kepada yang lain.
Oleh sebab itu, maka ayat yang 5 ini memperkuat lagi ayat yang kedua “Segala puji-pujian bagi Allah, Pemelihara dari sekalian alam.” Hanya Dia yang patut dipuji, karena hanya Dia sendiri yang menjadikan dan memelihara alam, tidak bersekutu dengan yang lain. Alhamdu di atas didahulukan menyebutkan bahwa yang patut menerima pujian hanya Allah, sebab hanya Dia yang mencipta dan memelihara alam. Sedang pada ayat Iyyaka na’budu ini dilebihjelaskan lagi, hanya kepadaNya dihadapkan sekalian persembahan dan ibadat, sebab hanya Dia sendiri saja, tidak bersekutu dengan yang lain, yang memelihara alam ini.
Maka mengakuilah bahwa yang patut disembah sebagai Ilah hanya Allah, dinamai Tauhid Uluhiyah.
Dan mengakui yang patut untuk memohon pertolongan, sebagai Rabbun hanya Allah, dinamai Tauhid Rububiyah.
Untuk misal yang mudah tentang Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah ini ialah sempama kita ditolong oleh seorang teman, dilepaskan dari suatu kesulitan. Tentu kita mengucapkan terimakasih kepadanya. Adakah pantas kalau kita ditolong misalnya oleh si Ahmad, lalu kita mengucapkan terimakasih kepada si Hamid? Maka orang yang mengakui bahwa yang menjadikan alam dan memelihara alam ialah Allah juga, tetapi menyembah kepada yang lain, adalah orang itu musyrik. Tauhidnya sendiri pecah-belah; menerima nikmat dari Allah mengucapkan terimakasih kepada berbeda.
Sekarang tentang arti ibadat.
Arti yang luas daripada IBADAT ialah memperhambakan diri dengan penuh keinsafan dan kerendahan. Dan dipatrikan lagi oleh cinta. Kita mengakui bahwa kita hambaNya, budakNya. Kita tidak akan terjadi kalau bukan Dia yang menjadikan. Kita beribadat kepadaNya disertai oleh raja’, yaitu pengharapan akan kasih dan sayangNya, cinta yang hakiki, tidak terbagi pada yang lain. Sehingga jikapun kita cinta kepada yang lain, hanyalah karena yang lain itu
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 10:42:27.bahasa disebut isti’anah juga, padahal yang demikian tidak terlarang oleh agama.
Kita bukakan hal ini untuk mengetahui betapa sukarnya menterjemah dari satu bahasa ke bahasa yang lain, terutama lagi bahasa agama, terutama lagi Arab dalam Al-Quran yang turun sebagai Wahyu Ilahi. Makanya kita menguatkan pendapat sebagian besar Ulama agar di samping terjemah atau tafsir, tidak boleh tidak, hendaklah asli tulisan Arabnya dibawakan supaya orang lain yang mengerti dapat menyesuaikan maknanya dengan aslinya.
Di dalam ayat ini bertemulah kita dengan tujuan. Dengan ayat ini kita menyatakan pengakuan bahwa hanya kepadaNya saja kita memohonkan pertolongan; tiada kepada orang lain.
Sebagaimana telah kita maklumi pada keterangan di atas, Allah adalah Tuhan Yang Mencipta dan Memelihara. Dia adalah Rabbun, sebab itu Dia adalah Ilahi. Tidak ada Ilah yang lain, melainkan Dia. Oleh karena Dia Yang Mencipta dan Memelihara, maka hanya Dia pula yang patut disembah. Adalah satu hal yang tidak wajar, kalau Dia menjadikan dan memelihara, lalu kita menyembah kepada yang lain.
Oleh sebab itu, maka ayat yang 5 ini memperkuat lagi ayat yang kedua “Segala puji-pujian bagi Allah, Pemelihara dari sekalian alam.” Hanya Dia yang patut dipuji, karena hanya Dia sendiri yang menjadikan dan memelihara alam, tidak bersekutu dengan yang lain. Alhamdu di atas didahulukan menyebutkan bahwa yang patut menerima pujian hanya Allah, sebab hanya Dia yang mencipta dan memelihara alam. Sedang pada ayat Iyyaka na’budu ini dilebihjelaskan lagi, hanya kepadaNya dihadapkan sekalian persembahan dan ibadat, sebab hanya Dia sendiri saja, tidak bersekutu dengan yang lain, yang memelihara alam ini.
Maka mengakuilah bahwa yang patut disembah sebagai Ilah hanya Allah, dinamai Tauhid Uluhiyah.
Dan mengakui yang patut untuk memohon pertolongan, sebagai Rabbun hanya Allah, dinamai Tauhid Rububiyah.
Untuk misal yang mudah tentang Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah ini ialah sempama kita ditolong oleh seorang teman, dilepaskan dari suatu kesulitan. Tentu kita mengucapkan terimakasih kepadanya. Adakah pantas kalau kita ditolong misalnya oleh si Ahmad, lalu kita mengucapkan terimakasih kepada si Hamid? Maka orang yang mengakui bahwa yang menjadikan alam dan memelihara alam ialah Allah juga, tetapi menyembah kepada yang lain, adalah orang itu musyrik. Tauhidnya sendiri pecah-belah; menerima nikmat dari Allah mengucapkan terimakasih kepada berbeda.
Sekarang tentang arti ibadat.
Arti yang luas daripada IBADAT ialah memperhambakan diri dengan penuh keinsafan dan kerendahan. Dan dipatrikan lagi oleh cinta. Kita mengakui bahwa kita hambaNya, budakNya. Kita tidak akan terjadi kalau bukan Dia yang menjadikan. Kita beribadat kepadaNya disertai oleh raja’, yaitu pengharapan akan kasih dan sayangNya, cinta yang hakiki, tidak terbagi pada yang lain. Sehingga jikapun kita cinta kepada yang lain, hanyalah karena yang lain itu
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #83 | 24 Sep 2025, 10:42:27 | id | admin | Tervalidasi | — |
bahasa disebut isti’anah juga, padahal yang demikian tidak terlarang oleh agama. Kita bukakan hal ini untuk mengetahui betapa sukarnya menterjemah dari satu bahasa ke bahasa yang lain, terutama lagi bahasa agama, terutama lagi Arab dalam Al-Quran yang turun sebagai Wahyu Ilahi. Makanya kita menguatkan pendapat sebagian besar Ulama agar di samping terjemah atau tafsir, tidak boleh tidak, hendaklah asli tulisan Arabnya dibawakan supaya orang lain yang mengerti dapat menyesuaikan maknanya dengan aslinya. Di dalam ayat ini bertemulah kita dengan tujuan. Dengan ayat ini kita menyatakan pengakuan bahwa hanya kepadaNya saja kita memohonkan pertolongan; tiada kepada orang lain. Sebagaimana telah kita maklumi pada keterangan di atas, Allah adalah Tuhan Yang Mencipta dan Memelihara. Dia adalah Rabbun, sebab itu Dia adalah Ilahi. Tidak ada Ilah yang lain, melainkan Dia. Oleh karena Dia Yang Mencipta dan Memelihara, maka hanya Dia pula yang patut disembah. Adalah satu hal yang tidak wajar, kalau Dia menjadikan dan memelihara, lalu kita menyembah kepada yang lain. Oleh sebab itu, maka ayat yang 5 ini memperkuat lagi ayat yang kedua “Segala puji-pujian bagi Allah, Pemelihara dari sekalian alam.” Hanya Dia yang patut dipuji, karena hanya Dia sendiri yang menjadikan dan memelihara alam, tidak bersekutu dengan yang lain. Alhamdu di atas didahulukan menyebutkan bahwa yang patut menerima pujian hanya Allah, sebab hanya Dia yang mencipta dan memelihara alam. Sedang pada ayat Iyyaka na’budu ini dilebihjelaskan lagi, hanya kepadaNya dihadapkan sekalian persembahan dan ibadat, sebab hanya Dia sendiri saja, tidak bersekutu dengan yang lain, yang memelihara alam ini. Maka mengakuilah bahwa yang patut disembah sebagai Ilah hanya Allah, dinamai Tauhid Uluhiyah. Dan mengakui yang patut untuk memohon pertolongan, sebagai Rabbun hanya Allah, dinamai Tauhid Rububiyah. Untuk misal yang mudah tentang Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah ini ialah sempama kita ditolong oleh seorang teman, dilepaskan dari suatu kesulitan. Tentu kita mengucapkan terimakasih kepadanya. Adakah pantas kalau kita ditolong misalnya oleh si Ahmad, lalu kita mengucapkan terimakasih kepada si Hamid? Maka orang yang mengakui bahwa yang menjadikan alam dan memelihara alam ialah Allah juga, tetapi menyembah kepada yang lain, adalah orang itu musyrik. Tauhidnya sendiri pecah-belah; menerima nikmat dari Allah mengucapkan terimakasih kepada berbeda. Sekarang tentang arti ibadat. Arti yang luas daripada IBADAT ialah memperhambakan diri dengan penuh keinsafan dan kerendahan. Dan dipatrikan lagi oleh cinta. Kita mengakui bahwa kita hambaNya, budakNya. Kita tidak akan terjadi kalau bukan Dia yang menjadikan. Kita beribadat kepadaNya disertai oleh raja’, yaitu pengharapan akan kasih dan sayangNya, cinta yang hakiki, tidak terbagi pada yang lain. Sehingga jikapun kita cinta kepada yang lain, hanyalah karena yang lain itu | |||||