Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
7. Dari Ubadah bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: “Sekali-kali jangan seorangpun di antara kamu membaca sesuatu dari al-Quran, apabila aku menjahar, kecuali dengan Ummul-Quran.”
(Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni)
Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain yang bersamaan maknanya yaitu kalau Imam menjahar, yang boleh dibaca oleh ma’mum di belakang Imam yang menjahar itu hanyalah al-Fatihah saja, tetapi tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu Imam yang sedang membaca.
Sungguhpun demikian ada juga perselisihan ijtihad di antara Ulama-ulama Fiqh tentang membaca di belakang Imam yang sedang menjahar itu. Kata setengah ahli ijtihad, kalau Imam membaca jahar, hendaklah ma’mum berdiam diri mendengarkan, sehingga al-Fatihah pun cukuplah bacaan Imam itu saja didengarkan. Mereka berpegang kepada sebuah Hadis:
عن أبی هریرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنما جعل الإمام ليؤتم به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا
8. “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan menjadi ikutan kamu. Maka apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila dia membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (Diriwayatkan oleh empat orang berlima, kecuali Tirmidzi. Dan berkata Muslim: “Hadis ini shahih”).
Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 daripada Surat 7 (Surat al-A’raf).
وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
(al-A’raf: 204)
“Dan apabila dibaca orang al-Quran, maka dengarkanlah olehmu akan dia dan berdiam dirilah, supaya kamu diberi rahmat.”
Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati juga golongan yang pertama, tetapi tidaklah dapat mengoyahkan pendirian mereka bahwa walaupun Imam membaca jahar, namun ma’mum masih wajib membaca al-Fatihah di belakang Imam. Sebab — kata mereka — baik Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut, ataupun ayat dari akhir Surat al-A’raf itu ialah perintah yang am, sedang Hadis Ubadah dan Hadis-hadis yang lain itu ialah khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada undang-undangnya, yaitu:
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 11:11:17.7. Dari Ubadah bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: “Sekali-kali jangan seorangpun di antara kamu membaca sesuatu dari al-Quran, apabila aku menjahar, kecuali dengan Ummul-Quran.”
(Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni)
Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain yang bersamaan maknanya yaitu kalau Imam menjahar, yang boleh dibaca oleh ma’mum di belakang Imam yang menjahar itu hanyalah al-Fatihah saja, tetapi tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu Imam yang sedang membaca.
Sungguhpun demikian ada juga perselisihan ijtihad di antara Ulama-ulama Fiqh tentang membaca di belakang Imam yang sedang menjahar itu. Kata setengah ahli ijtihad, kalau Imam membaca jahar, hendaklah ma’mum berdiam diri mendengarkan, sehingga al-Fatihah pun cukuplah bacaan Imam itu saja didengarkan. Mereka berpegang kepada sebuah Hadis:
عن أبی هریرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنما جعل الإمام ليؤتم به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا
8. “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan menjadi ikutan kamu. Maka apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila dia membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (Diriwayatkan oleh empat orang berlima, kecuali Tirmidzi. Dan berkata Muslim: “Hadis ini shahih”).
Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 daripada Surat 7 (Surat al-A’raf).
وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
(al-A’raf: 204)
“Dan apabila dibaca orang al-Quran, maka dengarkanlah olehmu akan dia dan berdiam dirilah, supaya kamu diberi rahmat.”
Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati juga golongan yang pertama, tetapi tidaklah dapat mengoyahkan pendirian mereka bahwa walaupun Imam membaca jahar, namun ma’mum masih wajib membaca al-Fatihah di belakang Imam. Sebab — kata mereka — baik Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut, ataupun ayat dari akhir Surat al-A’raf itu ialah perintah yang am, sedang Hadis Ubadah dan Hadis-hadis yang lain itu ialah khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada undang-undangnya, yaitu:
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #99 | 24 Sep 2025, 11:11:17 | id | admin | Tervalidasi | — |
7. Dari Ubadah bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: “Sekali-kali jangan seorangpun di antara kamu membaca sesuatu dari al-Quran, apabila aku menjahar, kecuali dengan Ummul-Quran.” (Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni) Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain yang bersamaan maknanya yaitu kalau Imam menjahar, yang boleh dibaca oleh ma’mum di belakang Imam yang menjahar itu hanyalah al-Fatihah saja, tetapi tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu Imam yang sedang membaca. Sungguhpun demikian ada juga perselisihan ijtihad di antara Ulama-ulama Fiqh tentang membaca di belakang Imam yang sedang menjahar itu. Kata setengah ahli ijtihad, kalau Imam membaca jahar, hendaklah ma’mum berdiam diri mendengarkan, sehingga al-Fatihah pun cukuplah bacaan Imam itu saja didengarkan. Mereka berpegang kepada sebuah Hadis: عن أبی هریرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنما جعل الإمام ليؤتم به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا 8. “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan menjadi ikutan kamu. Maka apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila dia membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (Diriwayatkan oleh empat orang berlima, kecuali Tirmidzi. Dan berkata Muslim: “Hadis ini shahih”). Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 daripada Surat 7 (Surat al-A’raf). وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ (al-A’raf: 204) “Dan apabila dibaca orang al-Quran, maka dengarkanlah olehmu akan dia dan berdiam dirilah, supaya kamu diberi rahmat.” Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati juga golongan yang pertama, tetapi tidaklah dapat mengoyahkan pendirian mereka bahwa walaupun Imam membaca jahar, namun ma’mum masih wajib membaca al-Fatihah di belakang Imam. Sebab — kata mereka — baik Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut, ataupun ayat dari akhir Surat al-A’raf itu ialah perintah yang am, sedang Hadis Ubadah dan Hadis-hadis yang lain itu ialah khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada undang-undangnya, yaitu: | |||||
| #98 | 24 Sep 2025, 11:10:07 | id | admin | Siap Validasi | — |
7. Dari Ubadah bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: “Sekali-kali jangan seorangpun di antara kamu membaca sesuatu dari al-Quran, apabila aku menjahar, kecuali dengan Ummul-Quran.” (Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni) Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain yang bersamaan maknanya yaitu kalau Imam menjahar, yang boleh dibaca oleh ma’mum di belakang Imam yang menjahar itu hanyalah al-Fatihah saja, tetapi tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu Imam yang sedang membaca. Sungguhpun demikian ada juga perselisihan ijtihad di antara Ulama-ulama Fiqh tentang membaca di belakang Imam yang sedang menjahar itu. Kata setengah ahli ijtihad, kalau Imam membaca jahar, hendaklah ma’mum berdiam diri mendengarkan, sehingga al-Fatihah pun cukuplah bacaan Imam itu saja didengarkan. Mereka berpegang kepada sebuah Hadis: عن أبی هریرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنما جعل الإمام ليؤتم به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا 8. “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan menjadi ikutan kamu. Maka apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila dia membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (Diriwayatkan oleh empat orang berlima, kecuali Tirmidzi. Dan berkata Muslim: “Hadis ini shahih”). Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 daripada Surat 7 (Surat al-A’raf). وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ (al-A’raf: 204) “Dan apabila dibaca orang al-Quran, maka dengarkanlah olehmu akan dia dan berdiam dirilah, supaya kamu diberi rahmat.” Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati juga golongan yang pertama, tetapi tidaklah dapat mengoyahkan pendirian mereka bahwa walaupun Imam membaca jahar, namun ma’mum masih wajib membaca al-Fatihah di belakang Imam. Sebab — kata mereka — baik Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut, ataupun ayat dari akhir Surat al-A’raf itu ialah perintah yang am, sedang Hadis Ubadah dan Hadis-hadis yang lain itu ialah khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada undang-undangnya, yaitu: | |||||
| #97 | 24 Sep 2025, 11:08:49 | id | admin | Tervalidasi | — |
7. Dari Ubadah bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: “Sekali-kali jangan seorangpun di antara kamu membaca sesuatu dari al-Quran, apabila aku menjahar, kecuali dengan Ummul-Quran.” (Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni) Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain yang bersamaan maknanya yaitu kalau Imam menjahar, yang boleh dibaca oleh ma’mum di belakang Imam yang menjahar itu hanyalah al-Fatihah saja, tetapi tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu Imam yang sedang membaca. Sungguhpun demikian ada juga perselisihan ijtihad di antara Ulama-ulama Fiqh tentang membaca di belakang Imam yang sedang menjahar itu. Kata setengah ahli ijtihad, kalau Imam membaca jahar, hendaklah ma’mum berdiam diri mendengarkan, sehingga al-Fatihah pun cukuplah bacaan Imam itu saja didengarkan. Mereka berpegang kepada sebuah Hadis: عن أبی هریرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنما جعل الإمام ليؤتم به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا 8. “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan menjadi ikutan kamu. Maka apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila dia membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (Diriwayatkan oleh empat orang berlima, kecuali Tirmidzi. Dan berkata Muslim: “Hadis ini shahih”). Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 daripada Surat 7 (Surat al-A’raf). وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ (al-A’raf: 204) “Dan apabila dibaca orang al-Quran, maka dengarkanlah olehmu akan dia dan berdiam dirilah, supaya kamu diberi rahmat.” Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati juga golongan yang pertama, tetapi tidaklah dapat mengoyahkan pendirian mereka bahwa walaupun Imam membaca jahar, namun ma’mum masih wajib membaca al-Fatihah di belakang Imam. Sebab — kata mereka — baik Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut, ataupun ayat dari akhir Surat al-A’raf itu ialah perintah yang am, sedang Hadis Ubadah dan Hadis-hadis yang lain itu ialah khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada undang-undangnya, yaitu: | |||||