Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 95
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 95 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text
Belum ada teks Arab untuk halaman ini.
Bahasa Indonesia Translation

7. Dari Ubadah bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: “Sekali-kali jangan seorangpun di antara kamu membaca sesuatu dari al-Quran, apabila aku menjahar, kecuali dengan Ummul-Quran.”

(Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni)

Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain yang bersamaan maknanya yaitu kalau Imam menjahar, yang boleh dibaca oleh ma’mum di belakang Imam yang menjahar itu hanyalah al-Fatihah saja, tetapi tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu Imam yang sedang membaca.

Sungguhpun demikian ada juga perselisihan ijtihad di antara Ulama-ulama Fiqh tentang membaca di belakang Imam yang sedang menjahar itu. Kata setengah ahli ijtihad, kalau Imam membaca jahar, hendaklah ma’mum berdiam diri mendengarkan, sehingga al-Fatihah pun cukuplah bacaan Imam itu saja didengarkan. Mereka berpegang kepada sebuah Hadis:

عن أبی هریرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنما جعل الإمام ليؤتم به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا

8. “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan menjadi ikutan kamu. Maka apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila dia membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (Diriwayatkan oleh empat orang berlima, kecuali Tirmidzi. Dan berkata Muslim: “Hadis ini shahih”).

Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 daripada Surat 7 (Surat al-A’raf).

وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

(al-A’raf: 204)

“Dan apabila dibaca orang al-Quran, maka dengarkanlah olehmu akan dia dan berdiam dirilah, supaya kamu diberi rahmat.”

Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati juga golongan yang pertama, tetapi tidaklah dapat mengoyahkan pendirian mereka bahwa walaupun Imam membaca jahar, namun ma’mum masih wajib membaca al-Fatihah di belakang Imam. Sebab — kata mereka — baik Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut, ataupun ayat dari akhir Surat al-A’raf itu ialah perintah yang am, sedang Hadis Ubadah dan Hadis-hadis yang lain itu ialah khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada undang-undangnya, yaitu:

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#9924 Sep 2025, 11:11:17idadminTervalidasi

7. Dari Ubadah bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: “Sekali-kali jangan seorangpun di antara kamu membaca sesuatu dari al-Quran, apabila aku menjahar, kecuali dengan Ummul-Quran.”

(Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni)

Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain yang bersamaan maknanya yaitu kalau Imam menjahar, yang boleh dibaca oleh ma’mum di belakang Imam yang menjahar itu hanyalah al-Fatihah saja, tetapi tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu Imam yang sedang membaca.

Sungguhpun demikian ada juga perselisihan ijtihad di antara Ulama-ulama Fiqh tentang membaca di belakang Imam yang sedang menjahar itu. Kata setengah ahli ijtihad, kalau Imam membaca jahar, hendaklah ma’mum berdiam diri mendengarkan, sehingga al-Fatihah pun cukuplah bacaan Imam itu saja didengarkan. Mereka berpegang kepada sebuah Hadis:

عن أبی هریرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنما جعل الإمام ليؤتم به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا

8. “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan menjadi ikutan kamu. Maka apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila dia membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (Diriwayatkan oleh empat orang berlima, kecuali Tirmidzi. Dan berkata Muslim: “Hadis ini shahih”).

Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 daripada Surat 7 (Surat al-A’raf).

وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

(al-A’raf: 204)

“Dan apabila dibaca orang al-Quran, maka dengarkanlah olehmu akan dia dan berdiam dirilah, supaya kamu diberi rahmat.”

Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati juga golongan yang pertama, tetapi tidaklah dapat mengoyahkan pendirian mereka bahwa walaupun Imam membaca jahar, namun ma’mum masih wajib membaca al-Fatihah di belakang Imam. Sebab — kata mereka — baik Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut, ataupun ayat dari akhir Surat al-A’raf itu ialah perintah yang am, sedang Hadis Ubadah dan Hadis-hadis yang lain itu ialah khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada undang-undangnya, yaitu:

#9824 Sep 2025, 11:10:07idadminSiap Validasi

7. Dari Ubadah bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: “Sekali-kali jangan seorangpun di antara kamu membaca sesuatu dari al-Quran, apabila aku menjahar, kecuali dengan Ummul-Quran.”

(Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni)

Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain yang bersamaan maknanya yaitu kalau Imam menjahar, yang boleh dibaca oleh ma’mum di belakang Imam yang menjahar itu hanyalah al-Fatihah saja, tetapi tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu Imam yang sedang membaca.

Sungguhpun demikian ada juga perselisihan ijtihad di antara Ulama-ulama Fiqh tentang membaca di belakang Imam yang sedang menjahar itu. Kata setengah ahli ijtihad, kalau Imam membaca jahar, hendaklah ma’mum berdiam diri mendengarkan, sehingga al-Fatihah pun cukuplah bacaan Imam itu saja didengarkan. Mereka berpegang kepada sebuah Hadis:

عن أبی هریرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنما جعل الإمام ليؤتم به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا

8. “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan menjadi ikutan kamu. Maka apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila dia membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (Diriwayatkan oleh empat orang berlima, kecuali Tirmidzi. Dan berkata Muslim: “Hadis ini shahih”).

Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 daripada Surat 7 (Surat al-A’raf).

وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

(al-A’raf: 204)

“Dan apabila dibaca orang al-Quran, maka dengarkanlah olehmu akan dia dan berdiam dirilah, supaya kamu diberi rahmat.”

Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati juga golongan yang pertama, tetapi tidaklah dapat mengoyahkan pendirian mereka bahwa walaupun Imam membaca jahar, namun ma’mum masih wajib membaca al-Fatihah di belakang Imam. Sebab — kata mereka — baik Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut, ataupun ayat dari akhir Surat al-A’raf itu ialah perintah yang am, sedang Hadis Ubadah dan Hadis-hadis yang lain itu ialah khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada undang-undangnya, yaitu:

#9724 Sep 2025, 11:08:49idadminTervalidasi

7. Dari Ubadah bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: “Sekali-kali jangan seorangpun di antara kamu membaca sesuatu dari al-Quran, apabila aku menjahar, kecuali dengan Ummul-Quran.”

(Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni)

Dan ada lagi beberapa Hadis yang lain yang bersamaan maknanya yaitu kalau Imam menjahar, yang boleh dibaca oleh ma’mum di belakang Imam yang menjahar itu hanyalah al-Fatihah saja, tetapi tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu Imam yang sedang membaca.

Sungguhpun demikian ada juga perselisihan ijtihad di antara Ulama-ulama Fiqh tentang membaca di belakang Imam yang sedang menjahar itu. Kata setengah ahli ijtihad, kalau Imam membaca jahar, hendaklah ma’mum berdiam diri mendengarkan, sehingga al-Fatihah pun cukuplah bacaan Imam itu saja didengarkan. Mereka berpegang kepada sebuah Hadis:

عن أبی هریرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنما جعل الإمام ليؤتم به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا

8. “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya Imam itu lain tidak telah dijadikan menjadi ikutan kamu. Maka apabila dia telah takbir, hendaklah kamu takbir pula dan apabila dia membaca, maka hendaklah kamu berdiam diri.” (Diriwayatkan oleh empat orang berlima, kecuali Tirmidzi. Dan berkata Muslim: “Hadis ini shahih”).

Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 daripada Surat 7 (Surat al-A’raf).

وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

(al-A’raf: 204)

“Dan apabila dibaca orang al-Quran, maka dengarkanlah olehmu akan dia dan berdiam dirilah, supaya kamu diberi rahmat.”

Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati juga golongan yang pertama, tetapi tidaklah dapat mengoyahkan pendirian mereka bahwa walaupun Imam membaca jahar, namun ma’mum masih wajib membaca al-Fatihah di belakang Imam. Sebab — kata mereka — baik Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut, ataupun ayat dari akhir Surat al-A’raf itu ialah perintah yang am, sedang Hadis Ubadah dan Hadis-hadis yang lain itu ialah khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada undang-undangnya, yaitu:


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 95 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi