Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, memohon ampunan-Nya, dan memohon petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan-Nya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang benar selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Amma ba‘du: Sesungguhnya iman kepada malaikat adalah salah satu pokok aqidah. Iman tidaklah sempurna kecuali dengannya. Malaikat adalah salah satu alam ghaib yang dipuji oleh Allah orang-orang beriman karena mereka membenarkan berita Allah dan kabar Rasul-Nya ﷺ.

Nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah telah menyinggung masalah ini dan menjelaskan sisi-sisinya. Siapa yang mempelajari dalil-dalil tersebut maka imannya kepada malaikat akan menjadi jelas, tidak samar, dan hal itu akan menguatkan serta meneguhkannya. Karena pengetahuan yang rinci lebih kuat dan lebih kokoh dibanding pengetahuan yang hanya global.

Panjang lebarnya penjelasan dalil-dalil dalam masalah ini tidak lain karena akal manusia tidak mampu sendiri mengetahui hal-hal penting tentang malaikat. Pancaindra manusia lemah untuk bisa melihat malaikat atau mendengar ucapan mereka. Dan tidak diragukan bahwa keterbatasan ini justru menguntungkan manusia. Andai saja manusia bisa mendengar dan melihat segala sesuatu yang mengelilinginya, tentu hidup ini akan menjadi tidak tertanggungkan. Cukuplah dibayangkan bila telinga seorang manusia menangkap seluruh suara makhluk di sekitarnya, niscaya ia akan tertimpa bencana kebingungan dan kegilaan. Janganlah disangka bahwa memahami pokok iman kepada malaikat mustahil, karena nash-nash hanya datang untuk menjelaskan apa yang tidak sanggup dijangkau manusia dan menerangkan apa yang memang dibutuhkannya.

Banyak khurafat dan kebatilan telah menyusup dalam pembahasan tentang malaikat sejak dahulu. Ada yang berkeyakinan malaikat adalah tuhan, ada pula yang menyebut malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah. Sebagian filsuf menganggap malaikat sebagai benda-benda langit (planet-planet) yang tampak di angkasa.

Kebenaran yang dibawa oleh nash justru memperdalam iman kita kepada Allah, Sang Ilah yang Maha Menguasai alam semesta, yang menjadikan para malaikat sebagai tentara-Nya untuk mengurus berbagai urusan alam raya.

Hubungan malaikat dengan kita, baik dalam bentuk pemuliaan, penciptaan, maupun pengawasan, semuanya mengisyaratkan betapa besar arti dan nilai manusia. Ia sekaligus menepis anggapan rendah dan lemah, hingga manusia benar-benar memahami kadar dirinya dan bersungguh-sungguh menunaikan peran besar yang diamanahkan kepadanya.

Seandainya kita hendak merinci seluruh pengaruh positif yang lahir dari iman kepada malaikat serta dari mempelajari dalil-dalil yang berbicara tentang mereka, niscaya pembahasan mukadimah ini akan terlalu panjang. Karena itu, aku serahkan kepada para pembaca untuk menyelami langsung dalil-dalil tersebut dan merasakan pancaran makna dan pengaruhnya.

Kepada Allah-lah aku memohon agar menjadikan buku ini bermanfaat dan mengikhlaskannya hanya karena wajah-Nya yang mulia. Sesungguhnya Dia sebaik-baik pelindung dan penolong.

Ditulis oleh: ‘Umar Sulaiman al-Asyqar
Kuwait, 20 Dzulqa‘dah 1398 H / 22 Oktober 1978 M

Pengenalan tentang Malaikat dan Iman kepada Mereka

Malaikat adalah alam yang berbeda dari alam manusia dan alam jin. Ia merupakan alam yang mulia, penuh kesucian, kejernihan, dan kebersihan. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang mulia dan bertakwa, menyembah Allah dengan sebenar-benarnya ibadah, serta melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka tanpa pernah bermaksiat kepada Allah.

Melalui nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah kita akan mengetahui sifat-sifat mereka sebagaimana yang dijelaskan oleh dalil-dalil tersebut.

Asal kata “malak” adalah dari “alaka”, “al-malakatu”, dan “al-malak” yang berarti risalah. Dari sanalah diambil kata “malaikah”, karena mereka adalah para utusan Allah.

Ada juga yang mengatakan ia diambil dari “la’aka”, sedangkan “al-mala’kah” berarti risalah. Dikatakan “alkini ila fulan” artinya: sampaikan dariku kepadanya. Maka “al-mala’k” berarti malaikat, sebab ia menyampaikan risalah dari Allah Ta’ala.

Sebagian ulama ahli tahqiq mengatakan: kata “malak” berasal dari kata “al-mulk” (kekuasaan). Disebutkan bahwa siapa saja dari malaikat yang diberi tugas mengurus urusan tertentu maka ia disebut “malak”, sedangkan dari kalangan manusia disebut “malik”.

Iman kepada malaikat adalah salah satu rukun iman. Tidak sah keimanan seorang hamba jika ia tidak beriman kepada mereka.

﴿آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ﴾

“Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Surah Al-Baqarah: 285)”

Bagaimana Beriman kepada Malaikat

As-Suyuthi menukil dari Al-Bayhaqi dalam kitab Syu’ab al-Iman bahwa iman kepada malaikat mencakup beberapa makna:

1. Meyakini keberadaan mereka.

2. Menempatkan mereka sesuai kedudukan mereka, serta menetapkan bahwa mereka adalah hamba dan makhluk Allah, sebagaimana manusia dan jin, yang diperintah dan dibebani syariat. Mereka tidak mampu melakukan apa pun kecuali dengan izin Allah. Kematian juga berlaku bagi mereka, hanya saja Allah menjadikan ajal mereka panjang, dan mereka tidak diwafatkan hingga batas itu tercapai. Mereka tidak boleh disifati dengan sifat yang menyeret kepada kesyirikan terhadap Allah, dan tidak boleh diperlakukan sebagai sesembahan sebagaimana yang dilakukan kaum terdahulu.

3. Mengakui bahwa di antara mereka ada yang diutus Allah sebagai rasul kepada siapa yang dikehendaki dari kalangan manusia. Bisa jadi sebagian dari mereka diutus kepada sebagian yang lain. Termasuk pula keyakinan bahwa di antara mereka ada yang menjadi pembawa ‘Arsy, ada yang bershaf-shaf, ada yang menjadi penjaga surga, ada yang menjadi penjaga neraka, ada yang mencatat amal perbuatan, dan ada yang menggiring awan. Semua ini telah disebutkan dalam Al-Quran, atau sebagian besar darinya.

Kitab ini akan memaparkan secara rinci apa yang telah dibawa oleh nash-nash tentang iman kepada malaikat.

1. Lihat: Bashair Dzi at-Tamyiz, karya Al-Fairuzabadi, 4/524.
2. Al-Haba’ik fi Akhbar al-Mala’ik, karya As-Suyuthi, hlm. 10. Lihat juga Mukhtashar Syu’ab al-Iman, 1/405–406.

Pengenalan tentang Malaikat dan Iman kepada Mereka

Malaikat adalah makhluk yang berbeda dari manusia dan jin, mereka tinggal di dunia yang mulia, penuh dengan kesucian dan kebersihan, mereka adalah makhluk yang mulia dan taat, mereka menyembah Allah dengan sepenuh hati dan melaksanakan segala perintah-Nya tanpa pernah melanggar-Nya.

Melalui teks-teks Al-Quran dan hadis, kita akan melihat sifat-sifat mereka yang telah dijelaskan.

Asal kata "Malaikat" berasal dari "Alk", yang berarti pesan. Mereka disebut Malaikat karena mereka adalah utusan Allah.

Ada yang mengatakan bahwa asal kata "Malaikat" berasal dari "La Ak", yang berarti pesan, dan "Alknny" berarti menyampaikan pesan, dan "Malaikat" berarti pesan itu sendiri. Malaikat disebut juga "Malaik" karena mereka menyampaikan pesan dari Allah Yang Maha Tinggi.

Beberapa ahli tafsir mengatakan bahwa "Malaikat" berasal dari "Malak" yang berarti penguasa. Mereka mengatakan bahwa "Malaikat" adalah makhluk yang bertugas menerapkan kebijakan, dan yang disebut "Malak" di antara manusia adalah pemimpin.

Iman kepada Malaikat adalah salah satu dasar iman. Iman seorang hamba tidak sah jika dia tidak beriman kepada mereka. Allah berfirman: "Rasul beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian juga orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun dari rasul-rasul-Nya." (Al-Baqarah: 285)

Bagaimana Iman kepada Malaikat?

Imam As-Suyuti mengutip Al-Baihaqi dalam kitabnya "Syu'abul Iman": "Iman kepada Malaikat terdiri dari beberapa hal:

Pertama: Mempercayai keberadaan mereka.

Kedua: Memahami bahwa mereka diangkat pada derajatnya masing-masing, dan menetapkan bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah dan ciptaan-Nya, seperti manusia dan jin yang diamanahkan dan diberi tanggung jawab oleh-Nya, mereka hanya mampu melakukan apa yang Allah perintahkan kepada mereka, dan kematian atas mereka adalah mungkin, namun Allah telah menetapkan umur mereka yang panjang sehingga mereka tidak akan mati sebelum menyelesaikan tugas mereka, mereka tidak disifatkan dengan sesuatu yang bisa mengarahkan mereka untuk mempersekutukan Allah Yang Maha Tinggi, dan mereka tidak menyembah dewa-dewa sebagaimana yang dilakukan oleh generasi-generasi sebelum mereka.

Ketiga: Mengakui bahwa di antara mereka ada utusan yang Allah utus kepada siapa pun yang Dia kehendaki di antara manusia, dan mungkin beberapa di antara mereka diutus kepada yang lain, kemudian mengakui bahwa di antara mereka ada yang membawa 'Arsy, ada yang paling jujur, ada yang menjaga surga, ada yang menjaga neraka, ada yang mencatat amal perbuatan, dan ada yang menggerakkan awan. Semua itu disebutkan dalam Al-Quran atau kebanyakan daripadanya."

Buku ini mendetailkan apa yang telah dijelaskan dalam teks-teks tentang iman kepada Malaikat.