Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
[دور الأمة كأفراد في قضية فلسطين]
نطرح هذا الأمر جانباً، ونعرض سؤالاً ذكرناه من قبل: ما هو دور الأمة كأفراد في قضية فلسطين؟ أول شيء يخطر على الذهن هو التبرع بالمال، والحق أن التبرع بالمال هام جداً، وهو يسهم بالقدر الأكبر في مجابهة المؤامرة الاقتصادية والعسكرية، وهذا شيء طيب جداً، لكن الحق أيضاً أن المال على أهميته ليس هو أهم الأشياء التي يحتاجها أهل فلسطين، بل يحتاجون أشياء كثيرة غيره وقبله، والآن سأقول هذه الأشياء مجملة ثم نفصل فيها تدريجياً إن شاء الله.
الأمر الأول: الذي تحتاجه القضية الفلسطينية هو تحريك القضية بالمفاهيم الصحيحة وبسرعة، بمعنى الدفاع ضد المؤامرة الفكرية.
الأمر الثاني: الدعاء لأهل فلسطين بالثبات والنصر، والدعاء على من ظلمهم بالهلكة والاستئصال، طبعاً بعض الناس قد يستغربون لماذا قدمت فهم القضية على الدعاء؟ أليس من الممكن أن تدعو بشيء لا يرضى عنه الله سبحانه وتعالى، أو تدعو بشيء ليس في مصلحة القضية؟ ألم تسمع حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (ما على الأرض مسلم يدعو الله تعالى بدعوة إلا آتاه الله إياها أو صرف عنه من السوء مثلها، ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، فقال رجل من القوم: إذاً: نكثر الدعاء -أي: نكثر من الدعاء- قال صلى الله عليه وسلم: الله أكثر)، هذا الحديث رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح.
فنحن قد ندعو بشيء فيه إثم يخص قضية فلسطين، مثلاً رجل يذهب ليبيع أرضه فتدعو له بالتوفيق، طبعاً هذا لا يستقيم، رجل يذهب ليقضي على من يجاهد في سبيل الله فتدعو له بالتوفيق، أيضاً هذا لا يستقيم، ذكرني هذا بحديث جاء في الصحيفة مع راقصة تقول: والله أنا بعد كل رقصة أدعو الله أن يوفقني في الرقصة الجديدة، فهي كذا تدعو الله، لكن الله سبحانه وتعالى لا يستجيب لهذا الإثم وهذه المعصية.
أو كالذي يأخذ رشوة ويخاف أن يراه أحد، فيقول: اللهم استر، فهو يدعو الله سبحانه وتعالى أن يستره وهو يأخذ الرشوة ويرتكب المنكر ويفعل الفاحشة، إذاً: لا بد أن نفهم القضية أولاً ثم ندعو بالدعاء المناسب.
إذاً: نرجع نحصي وسائل المساعدة إجمالاً ثم نفصل: أولاً: تحريك القضية بالمفاهيم الصحيحة وبسرعة.
ثانياً: الدعاء لأهل فلسطين، وعلى اليهود ومن عاونهم.
ثالثاً: قتل الانهزامية في نفوس المسلمين.
كثير من المسلمين في مشارق الأرض ومغاربها يعتقدون أنه من المستحيل أن يهزم المسلمون اليهود، أو أن يستطيعوا أن يتحركوا قيد أنملة في القضية في هذه الآونة، فهذا إحباط شديد ويأس عند كثير من المسلمين، فدورنا في هذه الفترة أن نقتل هذه الانهزامية وأن نعلي من همة المسلمين وبأسهم.
رابعاً: التبرع بالمال، وسيأتي حديث طويل عنه إن شاء الله.
خامساً: المقاطعة الاقتصادية لكل ما هو يهودي أو من دولة تساعد اليهود.
فالخمسة الأمور الأولى هي لحل القضية في هذا الوقت الراهن، والأمر السادس إصلاح النفس والمجتمع هو إصلاح القضية على المدى البعيد، إصلاح الأصل الذي بسببه هزم المسلمون، يقول عمر بن الخطاب رضي الله عنه وأرضاه في وصيته الجامعة لـ سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه وأرضاه: إنكم لا تنصرون على عدوكم بقوة العدة والعتاد، ولكن تنصرون عليه بطاعتكم لربكم، ومعصيتهم له، فإن تساويتم في المعصية كانت لهم الغلبة عليكم بقوة العدة والعتاد.
نعم الأصل الذي أدى إلى كل هذا الانهيار في مقاومة المسلمين، وأدى إلى انتصار ثلاثة ملايين أو أربعة ملايين، أو خمسة ملايين من اليهود في فلسطين على مليار وثلث مليار في أرض واسعة وبقاع مترامية الأطراف هو ضعف العلاقة مع الله سبحانه وتعالى، وبعد الناس عن الطاعة وعن الكتاب الكريم والسنة المطهرة.
فهذه وسائل ستة -وغيرها كثير- نفصل فيها إن شاء الله الواحدة تلو الأخرى في هذه المجموعة من المحاضرات.
Kita singkirkan sejenak hal tersebut dan mengajukan pertanyaan yang pernah disebutkan: apa peran umat (sebagai individu) dalam persoalan Palestina? Hal pertama yang terlintas di benak orang biasanya adalah berdonasi (menyumbang uang). Memang, sedekah/hibah uang sangat penting—ia berkontribusi besar menghadapi konspirasi ekonomi dan militer—dan itu hal yang sangat baik. Namun hakekatnya, meski uang penting, bukanlah hal paling utama yang dibutuhkan saudara-saudara kita di Palestina; mereka membutuhkan banyak hal lain yang mendahului atau selain uang. Sekarang saya sebutkan hal-hal itu secara garis besar, lalu insyaAllah kita rinci satu per satu.
Pertama: yang dibutuhkan masalah Palestina adalah menggerakkan isu ini dengan konsep-konsep yang benar dan dengan cepat—dengan kata lain, membela (melawan) konspirasi intelektual yang menyesatkan.
Kedua: berdoa bagi kaum Palestina agar teguh dan memperoleh kemenangan, serta berdoa agar Allah menghukum mereka yang menzalimi mereka dengan kehancuran. Tentu ada yang mungkin heran: mengapa menempatkan pemahaman (faham) lebih dulu daripada doa? Bukankah mungkin seseorang berdoa untuk sesuatu yang tidak diridai Allah atau doa yang tidak menguntungkan perkara itu? Tidakkah Anda mendengar hadits Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh ‘Ubbadah bin Ash-Shamit (atau Abdulah bin Ash-Shamit dalam beberapa riwayat) bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada seorang Muslim di muka bumi yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, melainkan Allah memberikannya atau menahan darinya keburukan yang sebanding dengannya, selama dia tidak berdoa untuk dosa atau memutus hubungan keluarga.” Seorang dari majelis bertanya: “Maka marilah kita banyak berdoa.” Nabi ﷺ menjawab: “Allah lebih banyak (mendengar dan memberi).” (HR. At-Tirmidzi; beliau menyatakan hadits ini hasan shahih).
Jadi kita bisa berdoa untuk hal-hal yang tidak diridai—misalnya seseorang hendak menjual tanahnya lalu kita mendoakan agar jualannya sukses padahal itu merugikan kepentingan umat; atau seseorang hendak memburu dan membunuh para pejuang di jalan Allah lalu kita mendoakan keberhasilannya—itu tentu tidak benar. Saya teringat sebuah kisah dalam koran tentang seorang penari yang berkata: “Sesudah setiap pertunjukan aku berdoa agar diberi keberuntungan di pentas berikutnya.” Ia mendoakan hal yang bathil; Allah tidak akan mengabulkan doa yang mengandung kemaksiatan.
Atau orang yang menerima suap lalu berdoa agar perbuatannya tersembunyi—ia berdoa agar dosanya tertutup; doa seperti itu tidaklah diridai. Oleh karena itu kita harus memahami perkara dahulu, lalu berdoa dengan doa yang sesuai.
Kembali kita merangkum cara-cara membantu secara umum, lalu akan kita rinci: (1) menggerakkan isu dengan konsep yang benar dan cepat; (2) berdoa untuk kaum Palestina dan terhadap orang-orang yang menzalimi mereka; (3) membunuh rasa putus asa dan pesimisme dalam jiwa kaum Muslimin.
Banyak Muslim di penjuru dunia berpandangan bahwa mustahil kaum Muslimin mengalahkan kaum Yahudi, atau bahwa umat tidak sanggup bergerak sama sekali dalam persoalan ini pada kondisi sekarang—ini adalah keputusasaan yang parah. Peran kita saat ini adalah membunuh sikap kalah mental itu dan menumbuhkan semangat, keberanian, dan kegigihan pada kaum Muslim.
Keempat: menyumbang (dana), dan tentang ini akan ada pembahasan panjang nanti, insyaAllah.
Kelima: boikot ekonomi terhadap semua produk atau institusi yang berafiliasi atau membantu kaum Yahudi.
Keenam: memperbaiki diri dan memperbaiki masyarakat.
Kelima poin pertama lebih bersifat langkah-langkah jangka pendek untuk menyelesaikan masalah pada masa kini, sedangkan poin keenam—reformasi diri dan masyarakat—adalah pekerjaan jangka panjang untuk memperbaiki akar masalah yang menyebabkan kekalahan kaum Muslim. Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنه dalam wasiatnya yang terkenal kepada Sa‘d bin Abi Waqqash رضي الله عنه berkata: “Kalian tidak akan menolong terhadap musuh kalian hanya dengan keunggulan persenjataan dan perlengkapan; tetapi kalian akan menolong dengan ketaatan kalian kepada Rabb kalian dan dengan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya. Jika kalian seimbang dalam kemaksiatan, maka kekuatan persenjataanlah yang akan mengalahkan kalian.”
Benar: akar yang membawa kehancuran ini—yang membuat beberapa juta (atau beberapa juta lebih sedikit) kaum Yahudi mampu mengungguli ratusan juta kaum Muslim di tanah yang luas—adalah lemahnya hubungan dengan Allah, jauhnya manusia dari ketaatan, Al-Qur’an, dan Sunnah yang suci.
Inilah enam sarana—dan masih banyak sarana lain—yang akan kita rinci satu demi satu dalam rangkaian ceramah/pembahasan ini, insyaAllah.
id) oleh admin pada 18 September 2025 - 10:43:04.Kita singkirkan sejenak hal tersebut dan mengajukan pertanyaan yang pernah disebutkan: apa peran umat (sebagai individu) dalam persoalan Palestina? Hal pertama yang terlintas di benak orang biasanya adalah berdonasi (menyumbang uang). Memang, sedekah/hibah uang sangat penting—ia berkontribusi besar menghadapi konspirasi ekonomi dan militer—dan itu hal yang sangat baik. Namun hakekatnya, meski uang penting, bukanlah hal paling utama yang dibutuhkan saudara-saudara kita di Palestina; mereka membutuhkan banyak hal lain yang mendahului atau selain uang. Sekarang saya sebutkan hal-hal itu secara garis besar, lalu insyaAllah kita rinci satu per satu.
Pertama: yang dibutuhkan masalah Palestina adalah menggerakkan isu ini dengan konsep-konsep yang benar dan dengan cepat—dengan kata lain, membela (melawan) konspirasi intelektual yang menyesatkan.
Kedua: berdoa bagi kaum Palestina agar teguh dan memperoleh kemenangan, serta berdoa agar Allah menghukum mereka yang menzalimi mereka dengan kehancuran. Tentu ada yang mungkin heran: mengapa menempatkan pemahaman (faham) lebih dulu daripada doa? Bukankah mungkin seseorang berdoa untuk sesuatu yang tidak diridai Allah atau doa yang tidak menguntungkan perkara itu? Tidakkah Anda mendengar hadits Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh ‘Ubbadah bin Ash-Shamit (atau Abdulah bin Ash-Shamit dalam beberapa riwayat) bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada seorang Muslim di muka bumi yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, melainkan Allah memberikannya atau menahan darinya keburukan yang sebanding dengannya, selama dia tidak berdoa untuk dosa atau memutus hubungan keluarga.” Seorang dari majelis bertanya: “Maka marilah kita banyak berdoa.” Nabi ﷺ menjawab: “Allah lebih banyak (mendengar dan memberi).” (HR. At-Tirmidzi; beliau menyatakan hadits ini hasan shahih).
Jadi kita bisa berdoa untuk hal-hal yang tidak diridai—misalnya seseorang hendak menjual tanahnya lalu kita mendoakan agar jualannya sukses padahal itu merugikan kepentingan umat; atau seseorang hendak memburu dan membunuh para pejuang di jalan Allah lalu kita mendoakan keberhasilannya—itu tentu tidak benar. Saya teringat sebuah kisah dalam koran tentang seorang penari yang berkata: “Sesudah setiap pertunjukan aku berdoa agar diberi keberuntungan di pentas berikutnya.” Ia mendoakan hal yang bathil; Allah tidak akan mengabulkan doa yang mengandung kemaksiatan.
Atau orang yang menerima suap lalu berdoa agar perbuatannya tersembunyi—ia berdoa agar dosanya tertutup; doa seperti itu tidaklah diridai. Oleh karena itu kita harus memahami perkara dahulu, lalu berdoa dengan doa yang sesuai.
Kembali kita merangkum cara-cara membantu secara umum, lalu akan kita rinci: (1) menggerakkan isu dengan konsep yang benar dan cepat; (2) berdoa untuk kaum Palestina dan terhadap orang-orang yang menzalimi mereka; (3) membunuh rasa putus asa dan pesimisme dalam jiwa kaum Muslimin.
Banyak Muslim di penjuru dunia berpandangan bahwa mustahil kaum Muslimin mengalahkan kaum Yahudi, atau bahwa umat tidak sanggup bergerak sama sekali dalam persoalan ini pada kondisi sekarang—ini adalah keputusasaan yang parah. Peran kita saat ini adalah membunuh sikap kalah mental itu dan menumbuhkan semangat, keberanian, dan kegigihan pada kaum Muslim.
Keempat: menyumbang (dana), dan tentang ini akan ada pembahasan panjang nanti, insyaAllah.
Kelima: boikot ekonomi terhadap semua produk atau institusi yang berafiliasi atau membantu kaum Yahudi.
Keenam: memperbaiki diri dan memperbaiki masyarakat.
Kelima poin pertama lebih bersifat langkah-langkah jangka pendek untuk menyelesaikan masalah pada masa kini, sedangkan poin keenam—reformasi diri dan masyarakat—adalah pekerjaan jangka panjang untuk memperbaiki akar masalah yang menyebabkan kekalahan kaum Muslim. Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنه dalam wasiatnya yang terkenal kepada Sa‘d bin Abi Waqqash رضي الله عنه berkata: “Kalian tidak akan menolong terhadap musuh kalian hanya dengan keunggulan persenjataan dan perlengkapan; tetapi kalian akan menolong dengan ketaatan kalian kepada Rabb kalian dan dengan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya. Jika kalian seimbang dalam kemaksiatan, maka kekuatan persenjataanlah yang akan mengalahkan kalian.”
Benar: akar yang membawa kehancuran ini—yang membuat beberapa juta (atau beberapa juta lebih sedikit) kaum Yahudi mampu mengungguli ratusan juta kaum Muslim di tanah yang luas—adalah lemahnya hubungan dengan Allah, jauhnya manusia dari ketaatan, Al-Qur’an, dan Sunnah yang suci.
Inilah enam sarana—dan masih banyak sarana lain—yang akan kita rinci satu demi satu dalam rangkaian ceramah/pembahasan ini, insyaAllah.
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #5 | 18 Sep 2025, 10:43:04 | id | admin | Tervalidasi | — |
Peran Umat sebagai Individu dalam Persoalan PalestinaKita singkirkan sejenak hal tersebut dan mengajukan pertanyaan yang pernah disebutkan: apa peran umat (sebagai individu) dalam persoalan Palestina? Hal pertama yang terlintas di benak orang biasanya adalah berdonasi (menyumbang uang). Memang, sedekah/hibah uang sangat penting—ia berkontribusi besar menghadapi konspirasi ekonomi dan militer—dan itu hal yang sangat baik. Namun hakekatnya, meski uang penting, bukanlah hal paling utama yang dibutuhkan saudara-saudara kita di Palestina; mereka membutuhkan banyak hal lain yang mendahului atau selain uang. Sekarang saya sebutkan hal-hal itu secara garis besar, lalu insyaAllah kita rinci satu per satu. Pertama: yang dibutuhkan masalah Palestina adalah menggerakkan isu ini dengan konsep-konsep yang benar dan dengan cepat—dengan kata lain, membela (melawan) konspirasi intelektual yang menyesatkan. Kedua: berdoa bagi kaum Palestina agar teguh dan memperoleh kemenangan, serta berdoa agar Allah menghukum mereka yang menzalimi mereka dengan kehancuran. Tentu ada yang mungkin heran: mengapa menempatkan pemahaman (faham) lebih dulu daripada doa? Bukankah mungkin seseorang berdoa untuk sesuatu yang tidak diridai Allah atau doa yang tidak menguntungkan perkara itu? Tidakkah Anda mendengar hadits Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh ‘Ubbadah bin Ash-Shamit (atau Abdulah bin Ash-Shamit dalam beberapa riwayat) bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada seorang Muslim di muka bumi yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, melainkan Allah memberikannya atau menahan darinya keburukan yang sebanding dengannya, selama dia tidak berdoa untuk dosa atau memutus hubungan keluarga.” Seorang dari majelis bertanya: “Maka marilah kita banyak berdoa.” Nabi ﷺ menjawab: “Allah lebih banyak (mendengar dan memberi).” (HR. At-Tirmidzi; beliau menyatakan hadits ini hasan shahih). Jadi kita bisa berdoa untuk hal-hal yang tidak diridai—misalnya seseorang hendak menjual tanahnya lalu kita mendoakan agar jualannya sukses padahal itu merugikan kepentingan umat; atau seseorang hendak memburu dan membunuh para pejuang di jalan Allah lalu kita mendoakan keberhasilannya—itu tentu tidak benar. Saya teringat sebuah kisah dalam koran tentang seorang penari yang berkata: “Sesudah setiap pertunjukan aku berdoa agar diberi keberuntungan di pentas berikutnya.” Ia mendoakan hal yang bathil; Allah tidak akan mengabulkan doa yang mengandung kemaksiatan. Atau orang yang menerima suap lalu berdoa agar perbuatannya tersembunyi—ia berdoa agar dosanya tertutup; doa seperti itu tidaklah diridai. Oleh karena itu kita harus memahami perkara dahulu, lalu berdoa dengan doa yang sesuai. Kembali kita merangkum cara-cara membantu secara umum, lalu akan kita rinci: (1) menggerakkan isu dengan konsep yang benar dan cepat; (2) berdoa untuk kaum Palestina dan terhadap orang-orang yang menzalimi mereka; (3) membunuh rasa putus asa dan pesimisme dalam jiwa kaum Muslimin. Banyak Muslim di penjuru dunia berpandangan bahwa mustahil kaum Muslimin mengalahkan kaum Yahudi, atau bahwa umat tidak sanggup bergerak sama sekali dalam persoalan ini pada kondisi sekarang—ini adalah keputusasaan yang parah. Peran kita saat ini adalah membunuh sikap kalah mental itu dan menumbuhkan semangat, keberanian, dan kegigihan pada kaum Muslim. Keempat: menyumbang (dana), dan tentang ini akan ada pembahasan panjang nanti, insyaAllah. Kelima: boikot ekonomi terhadap semua produk atau institusi yang berafiliasi atau membantu kaum Yahudi. Keenam: memperbaiki diri dan memperbaiki masyarakat. Kelima poin pertama lebih bersifat langkah-langkah jangka pendek untuk menyelesaikan masalah pada masa kini, sedangkan poin keenam—reformasi diri dan masyarakat—adalah pekerjaan jangka panjang untuk memperbaiki akar masalah yang menyebabkan kekalahan kaum Muslim. Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنه dalam wasiatnya yang terkenal kepada Sa‘d bin Abi Waqqash رضي الله عنه berkata: “Kalian tidak akan menolong terhadap musuh kalian hanya dengan keunggulan persenjataan dan perlengkapan; tetapi kalian akan menolong dengan ketaatan kalian kepada Rabb kalian dan dengan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya. Jika kalian seimbang dalam kemaksiatan, maka kekuatan persenjataanlah yang akan mengalahkan kalian.” Benar: akar yang membawa kehancuran ini—yang membuat beberapa juta (atau beberapa juta lebih sedikit) kaum Yahudi mampu mengungguli ratusan juta kaum Muslim di tanah yang luas—adalah lemahnya hubungan dengan Allah, jauhnya manusia dari ketaatan, Al-Qur’an, dan Sunnah yang suci. Inilah enam sarana—dan masih banyak sarana lain—yang akan kita rinci satu demi satu dalam rangkaian ceramah/pembahasan ini, insyaAllah. | |||||