Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Kay Nazhfar biHaqqina fi Filastin - Detail Buku
Halaman Ke : 5
Jumlah yang dimuat : 6
« Sebelumnya Halaman 5 dari 6 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text

تُرى، لو كان المجتمع اللبناني مجتمعاً عقلانياً، أكان ينطلق في الحرب القذرة التي ما زال يتمرغ فيها منذ خمسة عشر عاماً؟ لقد كشفت هذه الحرب أن وراء القشرة الرقيقة من الثقافة والإشعاع اللذين كانت تزهو الحياة اللبنانية بهما، كانت القوى الحقيقية المتحكمة في هذه الحياة العصبية الدينية أو الطائفية أو العسكرية، والتهافت على الجاه والمال والسلطة مهما يكن السبيل إليها. وكل من هذه العوامل، وسواها مما أشعل نار لبنان، لا يمتّ إلى العقلانية بصلة، بل هو عدو لدود لها يقف حائلاً دون اكتسابها ويضيّع ما اكتسب منها. وكذا الأمر في المجتمعات العربية الأخرى: فلو كانت هذه المجتمعات تتصف بقدر محسوس من العقلانية في نظرها إلى الأمور ومعالجتها لها، لكانت سارت سيراً حثيثاً في سبل الإنتاج والتنمية، وفيما يخص لبنان: لامتنعت من التدخل في صراعاته، ولصانته من شرور هذا التدخل وأسواء التدخل الدولي، ولأعطته بتصرفها القومي السليم مثالاً يحتذيه في الخيار الوحيد الذي ينقذه، وهو الخيار القومي العلماني المتميز بالوحدو الوطنية والرابطة العربية والتقدمية الصحيحة.

ولسنا بحاجة إلى هذا المثل الرهيب للتدليل على ضآلة العقلانية في تصرفاتنا العام والخاصة. إن هذا المثل يكشف جاهليتنا في حالتها التفجرية، لكنها هي فينا وبيننا حتى في الأحوال التي تبدو أوضاعنا فيها هادئة سليمة. وشرّ من هذه الجاهلية تسرّبها إلى الأجيال القادمة وتراكمها فيها. فإذا نحن نظرنا في أنظمتنا التعليمية ونتائجها في السنوات الأخيرة نرى أنها – على الرغم مما حققته من تعميم التعليم في مختلف مراحله، ومما أنشأته من وسائل تخصصية في المراحل العليا من الآداب والعلوم والفنون، ومما حققته من إنجازا أخرى يجدر الإقرار بها – لم تغير ناشئتنا تغيراً جذرياً ولم تحوّلها تحولاً كافياً من قوة منفعلة إلى قوة فاعلة، فبقيت تنظر إلى الأمور وتقوّمها وتعالجها بدوافع الغريزة والعاطفة البدائية، أكثر منها بمقتضيات العقل المدرك الفاعل الضابط. وما زلنا بالتالي بحاجة إلى إحداث تغيير جذري واسع النطاق في تربيتنا المدرسية والعامة. إن جميع معلومات الدنبا – إذا حشونا ذاكرتنا بها – تبقى عديمة الفائدة ما لم تكن مصحوبة، أو مسبوقة بذهن متفتح، يرى المشكلات بشموليتها وبترابط عناصرها، ويتقدم إلى معالجتها بالجرأة المطلوبة، جرأة الموضوعية، والنقد الذاتي، والحرص على الحقيقى. ولعلنا إذا نظرنا إلى مشكلاتنا كلها: التبعية للدول النافذة، وعجزنا عن التغلب على الخطر الصهيوني، وتسلّط أنظمة الحكم عندنا على المواطن والإنسان، وتعثر تقدمنا الاقتصادي، وتفشي الفساد الاجتماعي، وتردي أوضاعنا التعليمية – إذا نظرنا إلى هذه المشكلات الرئيسية وسواها، رأينا في رأس جذورها ضآلة العقلانية وضمورها، وتحركنا في مجابهة هذه المشكلات تحركاً أقرب إلى البدائية والتشتت منه إلى الوعي والتركز، وقاصراً عن مطاليب هذا العصر.

ويقودنا هذا إلى القول إن في مقدمة دلائل عقلانية المجتمع وتغلبه على الوهم والتخيّل والخطأ إدراكه أنه يعيش في العصر الحاضر لا في زمن زال ومضى، أو في مرحلة لم تبد بوادرها بعد، وأن من أول واجباته تفهم خصائص هذا العصر، والإعداد لتوفيه مطاليبه العسيرة. فقوى الحياة العصرية جبّارة في انطلاقتها وتسارع تغيّرها وتراكميتها، وقدرتها على نفي كل ما يناقضها أو يقصر عنها. ولسنا نقول إن هذه القوى هي كلها إيجابية وتقدمية في محتوياتها الإنسانية، لكننا نزعم أنه لا يستطيع الفصل بين إيجابياتها وسلبياتها، وبين الصحيح والفاسد من عناصر تقدميتها، والإقبال على اقتباس الإيجابي الصحيح وتجنب السلبي الفاسد، إلا من ارتفع إلى مستواها، ووقف على أسرارها، وكان حقاً من أهلها يشارك فيها إدراكاً وفعلاً. ومن هنا كانت العقلانية مكسباً مهماً، بل المكسب الأهم، من القدرة الذاتية المطلوبة في هذا العصر لمن يروم العزة، بل مجرد البقاء.

ومن بواعث القدرة الذاتية ومزاياها ممارسة الصدق واكتساب المصداقية. ونعني بالصدق هنا تطابق القول والفكر والعمل. فما أقل ما تأتي أفكارنا وأعمالنا مطابقة لأقوالنا، وما أكثر ما تختلف هذه وتلك وتتناقض. كم من تصريح بالتزام القومية العربية تردده الصحف والاذاعات هو في الواقع مخالف للأفكار المحرّكة وللسياسات المطبقة. وكذا الأمر في الأهداف والتوجهات الأخرى – التي لم تعد أكثر من شعارات – كالوحدة والتضامن والحرية والمساواة والعدالة والديمقراطية والأصالة والمعاصرة وسواها. إن ضراوة المعارك الإنسانية في هذا العصر وتلاحقها وتضاربها لا تسمح بأي زيف، مهما تعمل القوى الدعاوية الجبارة على إخفائه، بل تكشفه وتفضحه عاجلاً أو آجلاً. ومثلما تتطلب هذه المعارك العقل الدائم التنبه، كذلك تقتضي الأمانة الصادقة الثابتة، وعلى أبناء المجتمع العربي أن يتفحصوا دوماً ما يعلن باسمهم من أهداف ووسائل ليتأكدوا من صحته وصدقه، وأن يتبينوا ما لهم ولقياداتهم من مصداقية لدى المجتمعات الأخرى والرأي العام العالمي. فالخداع والانخداع لا يحميان أي مجتمع، بل يضعفانه ويجعلانه عرضة لنوازل الأحداث. وأما الصدق والمصداقية فهما، في نهاية الأمر، مصدر عون ودعم لأنهما يعبران عن جانب مهم من القدرة الذاتية التي يتمتع المجتمع بها.

Bahasa Indonesia Translation

Seandainya masyarakat Lebanon rasional, apakah ia akan terjun ke dalam perang kotor yang sudah berlangsung selama lima belas tahun? Perang ini membongkar kenyataan bahwa di balik lapisan tipis budaya dan citra gemerlap yang dulu dibanggakan kehidupan Lebanon, kekuatan nyata yang menguasai adalah fanatisme agama, sektarianisme, militerisme, dan perebutan kedudukan, harta, serta kekuasaan dengan segala cara. Semua faktor itu, dan lainnya yang menyulut api Lebanon, tidak ada hubungannya dengan rasionalitas, bahkan menjadi musuhnya, menghalangi tercapainya dan merusak apa yang pernah ada darinya. Hal serupa juga tampak di masyarakat Arab lainnya: bila saja masyarakat itu bersikap lebih rasional dalam melihat dan menangani masalah, tentu mereka akan lebih maju dalam pembangunan dan produksi. Dan terkait Lebanon: mereka tentu akan menahan diri dari mencampuri konfliknya, melindunginya dari bencana intervensi, dan memberi contoh dengan pilihan yang menyelamatkan — yaitu pilihan nasional sekuler yang berdasarkan persatuan nasional, keterikatan Arab, dan kemajuan yang benar.

Kita sebenarnya tidak perlu menunggu contoh mengerikan ini untuk menyadari betapa sedikitnya rasionalitas dalam tindakan kita, baik umum maupun pribadi. Contoh itu hanya menyingkap kebodohan kita dalam bentuk paling meledak, padahal kebodohan itu tetap ada di dalam diri dan di antara kita bahkan ketika keadaan tampak tenang. Lebih buruk lagi, kebodohan itu menyusup ke generasi baru dan menumpuk di dalamnya. Jika kita meninjau sistem pendidikan kita dan hasilnya beberapa tahun terakhir, kita melihat bahwa meskipun telah berhasil menyebarkan pendidikan di berbagai tingkat, mendirikan lembaga-lembaga spesialisasi di tingkat tinggi dalam bidang sastra, ilmu, dan seni, serta mencapai pencapaian-pencapaian lain yang patut diakui, pendidikan kita belum mengubah generasi baru secara mendasar. Ia belum menjadikan mereka kekuatan aktif, melainkan tetap pasif, lebih didorong naluri dan emosi primitif daripada akal yang sadar, terkendali, dan bertindak. Karena itu, kita masih butuh perubahan mendasar dan luas dalam pendidikan sekolah maupun pendidikan umum. Semua pengetahuan dunia, jika hanya ditumpuk di ingatan, tetap tidak berguna bila tidak disertai atau didahului oleh pikiran terbuka yang melihat masalah secara menyeluruh, berani menanganinya dengan objektivitas, kritik diri, dan ketulusan mencari kebenaran. Jika kita melihat masalah-masalah utama kita — ketergantungan pada negara kuat, ketidakmampuan mengatasi bahaya Zionis, penindasan rezim atas rakyat, keterlambatan kemajuan ekonomi, maraknya korupsi sosial, dan keterpurukan pendidikan — akar dari semuanya adalah lemahnya rasionalitas, sehingga langkah kita lebih dekat ke primitif dan tercerai-berai daripada sadar dan fokus, serta jauh dari tuntutan zaman ini.

Hal ini membawa kita pada kesimpulan bahwa salah satu tanda utama rasionalitas masyarakat adalah kesadarannya bahwa ia hidup di zaman sekarang, bukan di masa lalu atau di tahap yang belum tiba. Maka salah satu kewajiban utama adalah memahami sifat-sifat zaman ini dan bersiap memenuhi tuntutannya yang berat. Kekuatan hidup modern amat dahsyat: melaju cepat, terus berubah, terus menumpuk, dan mampu menyingkirkan segala yang menentangnya. Memang tidak semua kekuatan ini positif atau manusiawi, tetapi tak seorang pun dapat memisahkan positif dari negatifnya, lalu mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk, kecuali orang yang mampu naik ke levelnya, memahami rahasianya, dan benar-benar menjadi bagian darinya. Karena itu, rasionalitas adalah pencapaian penting — bahkan yang paling penting — dari kemampuan diri yang diperlukan di era ini bagi siapa saja yang menginginkan kemuliaan, bahkan sekadar kelangsungan hidup.

Salah satu unsur penting dari kemampuan diri adalah kejujuran dan kredibilitas. Yang dimaksud adalah kesesuaian ucapan, pikiran, dan tindakan. Betapa sering ucapan kita berbeda dari pikiran dan kebijakan yang kita jalankan. Berapa banyak pernyataan tentang komitmen pada nasionalisme Arab yang diberitakan media justru bertentangan dengan ide-ide dan kebijakan nyata. Hal sama berlaku pada tujuan dan slogan lain — persatuan, solidaritas, kebebasan, kesetaraan, keadilan, demokrasi, keaslian, modernitas, dan seterusnya — yang banyak tinggal jargon kosong. Pertarungan besar umat manusia hari ini, dengan segala intensitas dan pertentangannya, tidak memberi ruang bagi kepalsuan. Propaganda sehebat apapun akhirnya akan terbongkar. Sama halnya dengan perlunya pikiran yang waspada, zaman ini juga menuntut kejujuran yang konsisten. Masyarakat Arab harus selalu menguji apa yang dikatakan dan dilakukan atas nama mereka: apakah sesuai, apakah benar, apakah dipercaya masyarakat lain dan opini dunia? Tipu daya dan tertipu tidak akan melindungi masyarakat, justru melemahkan. Sebaliknya, kejujuran dan kredibilitas pada akhirnya menjadi sumber kekuatan karena keduanya mencerminkan bagian penting dari kemampuan diri yang dimiliki masyarakat.

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#521 Sep 2025, 11:43:12idadminTervalidasi

Seandainya masyarakat Lebanon rasional, apakah ia akan terjun ke dalam perang kotor yang sudah berlangsung selama lima belas tahun? Perang ini membongkar kenyataan bahwa di balik lapisan tipis budaya dan citra gemerlap yang dulu dibanggakan kehidupan Lebanon, kekuatan nyata yang menguasai adalah fanatisme agama, sektarianisme, militerisme, dan perebutan kedudukan, harta, serta kekuasaan dengan segala cara. Semua faktor itu, dan lainnya yang menyulut api Lebanon, tidak ada hubungannya dengan rasionalitas, bahkan menjadi musuhnya, menghalangi tercapainya dan merusak apa yang pernah ada darinya. Hal serupa juga tampak di masyarakat Arab lainnya: bila saja masyarakat itu bersikap lebih rasional dalam melihat dan menangani masalah, tentu mereka akan lebih maju dalam pembangunan dan produksi. Dan terkait Lebanon: mereka tentu akan menahan diri dari mencampuri konfliknya, melindunginya dari bencana intervensi, dan memberi contoh dengan pilihan yang menyelamatkan — yaitu pilihan nasional sekuler yang berdasarkan persatuan nasional, keterikatan Arab, dan kemajuan yang benar.

Kita sebenarnya tidak perlu menunggu contoh mengerikan ini untuk menyadari betapa sedikitnya rasionalitas dalam tindakan kita, baik umum maupun pribadi. Contoh itu hanya menyingkap kebodohan kita dalam bentuk paling meledak, padahal kebodohan itu tetap ada di dalam diri dan di antara kita bahkan ketika keadaan tampak tenang. Lebih buruk lagi, kebodohan itu menyusup ke generasi baru dan menumpuk di dalamnya. Jika kita meninjau sistem pendidikan kita dan hasilnya beberapa tahun terakhir, kita melihat bahwa meskipun telah berhasil menyebarkan pendidikan di berbagai tingkat, mendirikan lembaga-lembaga spesialisasi di tingkat tinggi dalam bidang sastra, ilmu, dan seni, serta mencapai pencapaian-pencapaian lain yang patut diakui, pendidikan kita belum mengubah generasi baru secara mendasar. Ia belum menjadikan mereka kekuatan aktif, melainkan tetap pasif, lebih didorong naluri dan emosi primitif daripada akal yang sadar, terkendali, dan bertindak. Karena itu, kita masih butuh perubahan mendasar dan luas dalam pendidikan sekolah maupun pendidikan umum. Semua pengetahuan dunia, jika hanya ditumpuk di ingatan, tetap tidak berguna bila tidak disertai atau didahului oleh pikiran terbuka yang melihat masalah secara menyeluruh, berani menanganinya dengan objektivitas, kritik diri, dan ketulusan mencari kebenaran. Jika kita melihat masalah-masalah utama kita — ketergantungan pada negara kuat, ketidakmampuan mengatasi bahaya Zionis, penindasan rezim atas rakyat, keterlambatan kemajuan ekonomi, maraknya korupsi sosial, dan keterpurukan pendidikan — akar dari semuanya adalah lemahnya rasionalitas, sehingga langkah kita lebih dekat ke primitif dan tercerai-berai daripada sadar dan fokus, serta jauh dari tuntutan zaman ini.

Hal ini membawa kita pada kesimpulan bahwa salah satu tanda utama rasionalitas masyarakat adalah kesadarannya bahwa ia hidup di zaman sekarang, bukan di masa lalu atau di tahap yang belum tiba. Maka salah satu kewajiban utama adalah memahami sifat-sifat zaman ini dan bersiap memenuhi tuntutannya yang berat. Kekuatan hidup modern amat dahsyat: melaju cepat, terus berubah, terus menumpuk, dan mampu menyingkirkan segala yang menentangnya. Memang tidak semua kekuatan ini positif atau manusiawi, tetapi tak seorang pun dapat memisahkan positif dari negatifnya, lalu mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk, kecuali orang yang mampu naik ke levelnya, memahami rahasianya, dan benar-benar menjadi bagian darinya. Karena itu, rasionalitas adalah pencapaian penting — bahkan yang paling penting — dari kemampuan diri yang diperlukan di era ini bagi siapa saja yang menginginkan kemuliaan, bahkan sekadar kelangsungan hidup.

Salah satu unsur penting dari kemampuan diri adalah kejujuran dan kredibilitas. Yang dimaksud adalah kesesuaian ucapan, pikiran, dan tindakan. Betapa sering ucapan kita berbeda dari pikiran dan kebijakan yang kita jalankan. Berapa banyak pernyataan tentang komitmen pada nasionalisme Arab yang diberitakan media justru bertentangan dengan ide-ide dan kebijakan nyata. Hal sama berlaku pada tujuan dan slogan lain — persatuan, solidaritas, kebebasan, kesetaraan, keadilan, demokrasi, keaslian, modernitas, dan seterusnya — yang banyak tinggal jargon kosong. Pertarungan besar umat manusia hari ini, dengan segala intensitas dan pertentangannya, tidak memberi ruang bagi kepalsuan. Propaganda sehebat apapun akhirnya akan terbongkar. Sama halnya dengan perlunya pikiran yang waspada, zaman ini juga menuntut kejujuran yang konsisten. Masyarakat Arab harus selalu menguji apa yang dikatakan dan dilakukan atas nama mereka: apakah sesuai, apakah benar, apakah dipercaya masyarakat lain dan opini dunia? Tipu daya dan tertipu tidak akan melindungi masyarakat, justru melemahkan. Sebaliknya, kejujuran dan kredibilitas pada akhirnya menjadi sumber kekuatan karena keduanya mencerminkan bagian penting dari kemampuan diri yang dimiliki masyarakat.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 5 dari 6 Berikutnya » Daftar Isi