Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
قَالَ: وَيَجُوزُ أَنْ تَكُونَ بَعُوضَةً مَنْصُوبَةً بِحَذْفِ الْجَارِّ، وَتَقْدِيرُ الْكَلَامِ: إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَيْنَ بَعُوضَةٍ إِلَى مَا فَوْقَهَا. وَهَذَا الَّذِي اخْتَارَهُ الْكِسَائِيُّ وَالْفَرَّاءُ. وقرأ الضحاك وإبراهيم بن أبي «١» عبلة: بَعُوضَةٌ بِالرَّفْعِ، قَالَ ابْنُ جِنِّيٍّ وَتَكُونُ صِلَةً لما وَحُذِفَ الْعَائِدُ كَمَا فِي قَوْلِهِ تَماماً عَلَى الَّذِي أَحْسَنَ أي على الذي هُوَ أَحْسَنُ، وَحَكَى سِيبَوَيْهِ: مَا أَنَا بِالَّذِي قائل لك شيئا، أي بالذي هو قائل لك شيئا وقوله تعالى: فَما فَوْقَها فِيهِ قَوْلَانِ: أَحَدُهُمَا فَمَا دُونَهَا فِي الصِّغَرِ وَالْحَقَارَةِ كَمَا إِذَا وُصِفَ رَجُلٌ بِاللُّؤْمِ وَالشُّحِّ فَيَقُولُ السَّامِعُ: نَعَمْ وَهُوَ فَوْقَ ذَلِكَ- يَعْنِي فِيمَا وَصَفْتَ- وَهَذَا قَوْلُ الْكِسَائِيِّ وأبي عبيدة قاله الرَّازِيُّ وَأَكْثَرُ الْمُحَقِّقِينَ. وَفِي الْحَدِيثِ «لَوْ أَنَّ الدُّنْيَا تَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بعوضة لما سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ» وَالثَّانِي: فَمَا فوقها لما هُوَ أَكْبَرُ مِنْهَا لِأَنَّهُ لَيْسَ شَيْءٌ أَحْقَرُ وَلَا أَصْغَرُ مِنَ الْبَعُوضَةِ، وَهَذَا قَوْلُ قَتَادَةَ بن دعامة واختيار ابن جرير، فإنه يؤيده مَا رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فما فوقها إلا كتب لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَمُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ» «٢» فَأَخْبَرَ أَنَّهُ لَا يَسْتَصْغِرُ شَيْئًا يَضْرِبُ بِهِ مَثَلًا وَلَوْ كَانَ فِي الْحَقَارَةِ وَالصِّغَرِ كَالْبَعُوضَةِ، كما لا يستنكف عن خلقها كذلك لا يستنكف عن ضرب المثل بها كما ضَرْبِ الْمَثَلِ بِالذُّبَابِ وَالْعَنْكَبُوتِ فِي قَوْلِهِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُباباً وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبابُ شَيْئاً لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ الْحَجِّ: ٧٣ وَقَالَ: مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِياءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتاً وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كانُوا يَعْلَمُونَ الْعَنْكَبُوتِ: ٤١ وَقَالَ تَعَالَى: أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُها ثابِتٌ وَفَرْعُها فِي السَّماءِ تُؤْتِي أُكُلَها كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّها وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ. وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَها مِنْ قَرارٍ. يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَياةِ الدُّنْيا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشاءُ إِبْرَاهِيمَ: ٢٤- ٢٧ وَقَالَ تَعَالَى: ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا عَبْداً مَمْلُوكاً لَا يَقْدِرُ عَلى شَيْءٍ النَّحْلِ: ٧٥ ، ثُمَّ قَالَ:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلَيْنِ أَحَدُهُما أَبْكَمُ لَا يَقْدِرُ عَلى شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلى مَوْلاهُ أَيْنَما يُوَجِّهْهُ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَنْ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ النَّحْلِ: ٧٦ كَمَا قَالَ: ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلًا مِنْ أَنْفُسِكُمْ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمانُكُمْ مِنْ شُرَكاءَ فِي ما رَزَقْناكُمْ الرُّومِ: ٢٨ . وَقَالَ: ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكاءُ مُتَشاكِسُونَ الزمر: ٢٩ .
(١) الزيادة من القرطبي. وزاد بأنها قراءة رؤبة بن العجاج أيضا. قال: وهي لغة تميم. ووجه ذلك أن «ما» اسم بمنزلة «الذي» ، «وبعوضة» رفع على إضمار المبتدأ، والتقدير: لا يستحي أن يضرب الذي هو بعوضة مثلا، فحذف العائد على الموصول وهو مبتدأ.
(٢) أخرجه مسلم (برّ حديث ٤٦، ٤٧، ٤٨) .
Ibnu Jarir berkata: Juga boleh kata “ba‘udhah” (nyamuk) dibaca manshub (berharakat fathah karena sebagai objek), karena ada penghapusan huruf jar (kata depan), sehingga takdir kalimatnya adalah: "Sesungguhnya Allah tidak malu untuk membuat perumpamaan dari sesuatu antara nyamuk sampai yang lebih besar dari itu."
Pendapat ini yang dipilih oleh al-Kisai dan al-Farra’.
Adapun adh-Dhahhak dan Ibrahim bin Abi ‘Abla membaca ba‘udhatu (dengan rafa‘/marfu‘). Ibnu Jinni berkata: itu bisa dianggap sebagai shilah dari “ma” (kata sambung), dengan penghapusan kata pengganti (isim maushul) sebagaimana dalam firman Allah: "Sebagai penyempurna terhadap yang berbuat baik," maksudnya: “yang ia berbuat baik.”
Begitu pula disebutkan oleh Sibawaih dalam ucapannya: “Aku bukanlah orang yang berkata sesuatu kepadamu,” maksudnya: “yang ia berkata sesuatu kepadamu.”
Firman Allah: “fa ma fauqaha” (atau yang lebih besar darinya), memiliki dua penafsiran:
Maksudnya: “yang lebih kecil darinya dalam ukuran dan kedudukan,” sebagaimana bila seseorang digambarkan dengan sifat kikir dan hina, lalu pendengar berkata: “Ya, bahkan lebih dari itu,” maksudnya lebih hina dari yang dijelaskan.
Ini adalah pendapat al-Kisai dan Abu ‘Ubaidah, serta dipilih oleh ar-Razi dan kebanyakan ahli tafsir.
Disebutkan dalam hadits: “Seandainya dunia sebanding di sisi Allah dengan sayap seekor nyamuk, niscaya Dia tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk air pun darinya.”
Pendapat kedua: “yang lebih besar darinya”, karena tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan lebih hina dari nyamuk.
Ini adalah pendapat Qatadah bin Di‘amah dan pilihan Ibnu Jarir. Pendapat ini diperkuat dengan hadits Muslim dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, kecuali akan dicatat baginya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan.”
Dengan ini Allah mengabarkan bahwa Dia tidak menganggap remeh apapun yang dijadikan sebagai perumpamaan, meskipun sangat kecil dan hina seperti nyamuk. Sebagaimana Dia tidak merasa enggan menciptakannya, begitu pula Dia tidak merasa enggan menjadikannya perumpamaan. Seperti halnya perumpamaan yang dibuat dengan lalat dan laba-laba dalam firman-Nya:
“Wahai manusia! Telah dibuatkan perumpamaan, maka dengarkanlah. Sesungguhnya yang kalian seru selain Allah, tidak mampu menciptakan seekor lalat pun meskipun mereka bersatu untuk itu. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak dapat merebutnya kembali darinya. Lemah yang meminta dan yang diminta.” (Al-Hajj: 73)
Dan firman-Nya:
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling rapuh adalah rumah laba-laba, seandainya mereka mengetahui.” (Al-‘Ankabut: 41)
Dan firman-Nya:
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya setiap waktu dengan izin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan untuk manusia agar mereka mengambil pelajaran. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang dicabut dari permukaan bumi, tidak memiliki pijakan.”
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan perkataan yang teguh dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dan Allah menyesatkan orang-orang zalim, dan Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 24–27)
Juga firman-Nya:
“Allah membuat perumpamaan tentang seorang hamba yang dimiliki, yang tidak mampu melakukan apapun.” (An-Nahl: 75)
Kemudian Dia berfirman:
“Dan Allah membuat perumpamaan tentang dua orang lelaki, salah satunya bisu, tidak mampu berbuat apapun, menjadi beban bagi tuannya, ke mana pun ia diarahkan, tidak membawa kebaikan. Apakah dia sama dengan orang yang memerintahkan keadilan?” (An-Nahl: 76)
Sebagaimana firman-Nya juga:
“Allah membuat perumpamaan bagi kalian dari diri kalian sendiri. Apakah kalian memiliki sekutu dari hamba sahaya kalian dalam rezeki yang Kami berikan kepada kalian...” (Ar-Rum: 28)
Dan firman-Nya:
“Allah membuat perumpamaan tentang seorang lelaki yang dimiliki oleh beberapa tuan yang berselisih...” (Az-Zumar: 29)