Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Ibnu Katsir - Detail Buku
Halaman Ke : 120
Jumlah yang dimuat : 4377
« Sebelumnya Halaman 120 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text

سورة البقرة

آية 30

فَقَضاهُنَّ سَبْعَ سَماواتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحى فِي كُلِّ سَماءٍ أَمْرَها وَزَيَّنَّا السَّماءَ الدُّنْيا بِمَصابِيحَ وَحِفْظاً ذلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ فَهَذِهِ وَهَذِهِ دَالَّتَانِ عَلَى أَنَّ الْأَرْضَ خُلِقَتْ قَبْلَ السَّمَاءِ، وَهَذَا مَا لَا أَعْلَمُ فِيهِ نِزَاعًا بَيْنَ الْعُلَمَاءِ إِلَّا مَا نَقَلَهُ ابْنُ جَرِيرٍ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّهُ زَعَمَ أَنَّ السَّمَاءَ خُلِقَتْ قَبْلَ الْأَرْضِ، وَقَدْ تَوَقَّفَ فِي ذَلِكَ الْقُرْطُبِيُّ فِي تَفْسِيرِهِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقاً أَمِ السَّماءُ بَناها. رَفَعَ سَمْكَها فَسَوَّاها. وَأَغْطَشَ لَيْلَها وَأَخْرَجَ ضُحاها، وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذلِكَ دَحاها. أَخْرَجَ مِنْها ماءَها وَمَرْعاها. وَالْجِبالَ أَرْساها قَالُوا: فَذَكَرَ خَلْقَ السَّمَاءِ قَبْلَ الْأَرْضِ، وَفِي صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ سُئِلَ عَنْ هَذَا بِعَيْنِهِ فَأَجَابَ بِأَنَّ الْأَرْضَ خُلِقَتْ قَبْلَ السَّمَاءِ وَأَنَّ الْأَرْضَ إِنَّمَا دُحِيَتْ بَعْدَ خَلْقِ السَّمَاءِ، وَكَذَلِكَ أَجَابَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ عُلَمَاءِ التفسير قديما وحديثا، وقد حررنا ذلك في سُورَةِ النَّازِعَاتِ وَحَاصِلُ ذَلِكَ أَنَّ الدَّحْيَ مُفَسَّرٌ بقوله تعالى: وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذلِكَ دَحاها. أَخْرَجَ مِنْها ماءَها وَمَرْعاها. وَالْجِبالَ أَرْساها ففسر الدحي بأخرج مَا كَانَ مُودَعًا فِيهَا بِالْقُوَّةِ إِلَى الْفِعْلِ لما أكملت صُورَةُ الْمَخْلُوقَاتِ الْأَرْضِيَّةِ ثُمَّ السَّمَاوِيَّةِ دَحَى بَعْدَ ذَلِكَ الْأَرْضَ فَأَخْرَجَتْ مَا كَانَ مُودَعًا فِيهَا مِنَ الْمِيَاهِ فَنَبَتَتِ النَّبَاتَاتُ عَلَى اخْتِلَافِ أَصْنَافِهَا وَصِفَاتِهَا وَأَلْوَانِهَا وَأَشْكَالِهَا، وَكَذَلِكَ جَرَتْ هَذِهِ الْأَفْلَاكُ فَدَارَتْ بِمَا فِيهَا مِنَ الْكَوَاكِبِ الثَّوَابِتِ وَالسَّيَّارَةِ، وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ. وَقَدْ ذَكَرَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ وَابْنُ مَرْدَوَيْهِ فِي تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ الْحَدِيثَ الَّذِي رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ فِي التَّفْسِيرِ أَيْضًا مِنْ رِوَايَةِ ابْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَافِعٍ مَوْلَى أُمِّ سملة عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي فَقَالَ: «خَلَقَ اللَّهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ وَخَلْقَ الْجِبَالَ فِيهَا يَوْمَ الْأَحَدِ وَخَلْقَ الشَّجَرَ فِيهَا يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ وَخَلَقَ آدَمَ بَعْدَ الْعَصْرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ» وَهَذَا الْحَدِيثُ مِنْ غَرَائِبِ صَحِيحِ مُسْلِمٍ «١» ، وَقَدْ تَكَلَّمَ عَلَيْهِ عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ وَالْبُخَارِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ الْحُفَّاظِ وَجَعَلُوهُ مِنْ كَلَامِ كَعْبٍ، وَأَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ إِنَّمَا سَمِعَهُ مِنْ كَلَامِ كَعْبِ الْأَحْبَارِ، وَإِنَّمَا اشْتَبَهَ عَلَى بَعْضِ الرُّوَاةِ، فَجَعَلُوهُ مَرْفُوعًا، وَقَدْ حَرَّرَ ذَلِكَ البيهقي.

سورة البقرة (٢) : آية ٣٠

وَإِذْ قالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قالُوا أَتَجْعَلُ فِيها مَنْ يُفْسِدُ فِيها وَيَسْفِكُ الدِّماءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (٣٠)

يُخْبِرُ تَعَالَى بِامْتِنَانِهِ عَلَى بَنِي آدَمَ بِتَنْوِيهِهِ بِذِكْرِهِمْ فِي الْمَلَأِ الْأَعْلَى قَبْلَ إِيجَادِهِمْ، فَقَالَ تَعَالَى:

وَإِذْ قالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ أَيْ وَاذْكُرْ يَا مُحَمَّدُ إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ وَاقْصُصْ عَلَى قَوْمِكَ ذَلِكَ.

 


(١) صحيح مسلم (منافقين حديث ٢٧) .

Bahasa Indonesia Translation

Al Baqarah

Ayat ke-30

Lalu Dia menyempurnakan langit menjadi tujuh lapis dalam dua hari, dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit dunia dengan pelita-pelita (bintang-bintang) dan penjagaan. Itulah ketentuan dari (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Maka dua ayat ini menunjukkan bahwa bumi diciptakan lebih dahulu daripada langit. Dan aku tidak mengetahui adanya perselisihan di kalangan para ulama tentang hal ini, kecuali apa yang dinukil oleh Ibnu Jarir dari Qatadah, bahwa ia berpendapat bahwa langit diciptakan sebelum bumi. Al-Qurthubi pun menyatakan sikap berhati-hati dalam tafsirnya terkait firman Allah Ta‘ala: “Apakah kalian lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan menjadikan malamnya gelap dan mengeluarkan cahaya siangnya. Dan bumi setelah itu Dia hamparkan. Dia mengeluarkan darinya airnya dan padang rumputnya, dan gunung-gunung Dia pancangkan.” (an-Nazi‘at: 27–32)

Sebagian ulama mengatakan bahwa penyebutan “kemudian” (tsumma) dalam ayat itu adalah dalam konteks penyambung berita, bukan dalam urutan waktu penciptaan. Seperti dalam bait syair:

"Katakanlah kepada orang yang menjadi pemimpin, kemudian ayahnya juga pemimpin, dan sebelumnya kakeknya juga seorang pemimpin.”

Ada pula yang berpendapat bahwa penghamparan bumi (dahw) terjadi setelah penciptaan langit. Pendapat ini diriwayatkan oleh ‘Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas.

As-Suddi dalam tafsirnya dari Abu Malik dan Abu Shalih dari Ibnu ‘Abbas, dari Murrah dari Ibnu Mas‘ud dan dari sejumlah sahabat berkata tentang firman-Nya: “Dialah yang menciptakan untuk kalian apa yang ada di bumi seluruhnya, kemudian Dia menuju ke langit lalu menjadikannya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”—maksudnya: Sesungguhnya Allah, Mahasuci dan Mahatinggi, Arsy-Nya berada di atas air dan belum menciptakan sesuatu pun selain apa yang telah Dia ciptakan sebelum adanya air.

Ketika Allah hendak menciptakan makhluk, Dia mengeluarkan dari air itu asap, lalu asap itu naik dan menjadi langit. Kemudian Dia mengeringkan air dan menjadikannya bumi yang satu. Lalu Dia membelahnya dan menjadikannya tujuh bumi dalam dua hari, yaitu pada Ahad dan Senin. Dia menciptakan bumi di atas ikan (nun), yaitu ikan besar yang disebut dalam firman Allah: “Nun, demi pena...”—dan ikan itu berada di dalam air, air itu berada di atas batu datar, batu itu di atas malaikat, malaikat di atas batu besar, dan batu itu berada dalam angin. Batu inilah yang disebut Luqman, tidak berada di langit dan tidak pula di bumi.

Ketika ikan itu bergerak, bumi pun bergoncang, maka Allah menancapkan gunung-gunung di atasnya agar bumi menjadi tenang. Gunung-gunung pun membanggakan diri di hadapan bumi. Maka firman Allah: “Dan Dia meletakkan gunung-gunung yang kokoh di bumi agar bumi tidak mengguncangkan kalian.” (an-Nahl: 15)

Kemudian Allah menciptakan gunung-gunung, tanaman-tanaman, dan rezeki-rezeki pada hari Selasa dan Rabu. Kemudian Allah menuju ke langit, padahal ia masih berupa asap—yaitu uap dari air ketika ia menghembuskan napas—lalu Allah menjadikannya langit satu, kemudian membelahnya menjadi tujuh langit dalam dua hari: Kamis dan Jumat. Hari Jumat dinamakan demikian karena pada hari itu disempurnakan penciptaan langit dan bumi.

Allah menciptakan di tiap langit makhluk-makhluknya, seperti para malaikat, samudra, gunung es, dan hal-hal lain yang tidak diketahui. Allah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang, menjadikannya sebagai perhiasan sekaligus penjaga dari setan. Dan ketika Allah telah menyempurnakan semua ciptaan yang Dia kehendaki, Dia beristiwa’ (bersemayam) di atas Arsy. Itulah makna firman-Nya: “Dia menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia beristiwa’ di atas Arsy.” (al-A‘raf: 54)

Allah berfirman pula: “Keduanya (langit dan bumi) dahulu merupakan sesuatu yang padu, lalu Kami pisahkan keduanya dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup.” (al-Anbiya’: 30)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-Mutsanna, dari ‘Abdullah bin Shalih, dari Abu Ma‘syar, dari Sa‘id bin Abi Sa‘id, dari ‘Abdullah bin Salam, bahwa ia berkata:
“Sesungguhnya Allah memulai penciptaan pada hari Ahad. Dia menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin, menciptakan rezeki dan gunung-gunung pada Selasa dan Rabu, menciptakan langit pada Kamis dan Jumat, dan menyempurnakan penciptaan pada akhir jam hari Jumat, lalu Dia menciptakan Adam secara tergesa-gesa. Dan pada saat itulah akan terjadi kiamat.”

Mujahid berkata tentang firman-Nya: “Dialah yang menciptakan untuk kalian apa yang ada di bumi seluruhnya,” bahwa Allah menciptakan bumi sebelum langit. Ketika Allah menciptakan bumi, muncullah asap darinya, dan itulah maksud firman Allah: “Kemudian Dia menuju ke langit padahal ia masih berupa asap...” lalu Dia menyempurnakan langit menjadi tujuh.

Ia berkata: sebagian langit berada di atas sebagian yang lain, dan tujuh bumi, maksudnya: sebagian berada di bawah sebagian yang lain.

Dan ayat ini menunjukkan bahwa bumi diciptakan sebelum langit, sebagaimana yang disebut dalam Surah as-Sajdah.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 120 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi