Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
مَسْأَلَةٌ
وَقَالَ الشَّافِعِيُّ: فِي الْإِمْلَاءِ يَجْهَرُ بِالتَّعَوُّذِ وَإِنْ أَسَرَّ فَلَا يَضُرُّ، وَقَالَ فِي «الْأُمِّ» بِالتَّخْيِيرِ لِأَنَّهُ أَسَرَّ ابْنُ عُمَرَ وَجَهَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ، وَاخْتَلَفَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ فِيمَا عَدَا الرَّكْعَةِ الْأُولَى هَلْ يُسْتَحَبُّ التَّعَوُّذُ فِيهَا عَلَى قَوْلَيْنِ وَرَجَّحَ عَدَمَ الِاسْتِحْبَابِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ، فَإِذَا قَالَ الْمُسْتَعِيذُ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ كَفَى ذَلِكَ عِنْدَ الشَّافِعِيِّ وَأَبِي حَنِيفَةَ وَزَادَ بَعْضُهُمْ: أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ، وَقَالَ آخَرُونَ بَلْ يَقُولُ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ إِنَّ الله هو السميع العليم، قال الثَّوْرِيُّ وَالْأَوْزَاعِيُّ، وَحُكِيَ عَنْ بَعْضِهِمْ أَنَّهُ يَقُولُ: أَسْتَعِيذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، لِمُطَابَقَةِ أَمْرِ الْآيَةِ وَلِحَدِيثِ الضَّحَّاكِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ الْمَذْكُورِ، وَالْأَحَادِيثُ الصَّحِيحَةُ كَمَا تَقَدَّمَ أَوْلَى بِالِاتِّبَاعِ مِنْ هَذَا وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
مَسْأَلَةٌ ثُمَّ الِاسْتِعَاذَةُ فِي الصَّلَاةِ إِنَّمَا هِيَ لِلتِّلَاوَةِ وَهُوَ قَوْلُ أَبِي حَنِيفَةَ وَمُحَمَّدٍ. وَقَالَ أَبُو يُوسُفَ: بَلْ لِلصَّلَاةِ، فَعَلَى هَذَا يَتَعَوَّذُ الْمَأْمُومُ وَإِنْ كَانَ لَا يَقْرَأُ وَيَتَعَوَّذُ فِي الْعِيدِ بَعْدَ الْإِحْرَامِ وَقَبْلَ تَكْبِيرَاتِ الْعِيدِ وَالْجُمْهُورُ بَعْدَهَا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ، وَمِنْ لَطَائِفِ الِاسْتِعَاذَةِ أَنَّهَا طَهَارَةٌ لِلْفَمِ مِمَّا كَانَ يتعاطاه من اللغو والرفث وتطييب له وهو لِتِلَاوَةِ كَلَامِ اللَّهِ وَهِيَ اسْتِعَانَةٌ بِاللَّهِ وَاعْتِرَافٌ لَهُ بِالْقُدْرَةِ وَلِلْعَبْدِ بِالضَّعْفِ وَالْعَجْزِ عَنْ مُقَاوَمَةِ هَذَا الْعَدُوِّ الْمُبِينِ الْبَاطِنِيِّ الَّذِي لَا يَقْدِرُ عَلَى مَنْعِهِ وَدَفْعِهِ إِلَّا اللَّهُ الَّذِي خَلَقَهُ وَلَا يَقْبَلُ مُصَانَعَةً وَلَا يُدَارَى بِالْإِحْسَانِ بِخِلَافِ الْعَدُوِّ مِنْ نَوْعِ الْإِنْسَانِ كَمَا دَلَّتْ عَلَى ذلك آيات من الْقُرْآنِ فِي ثَلَاثٍ مِنَ الْمَثَانِي وَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ عِبادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطانٌ وَكَفى بِرَبِّكَ وَكِيلًا الْإِسْرَاءِ: ٦٥ وَقَدْ نَزَلَتِ الْمَلَائِكَةُ لِمُقَاتَلَةِ العدو البشري فمن قتله العدو الظاهر الْبَشَرِيُّ كَانَ شَهِيدًا، وَمِنْ قَتَلَهُ الْعَدُوُّ الْبَاطِنِيُّ كان طريدا، ومن غلبه العدو الظاهري كان مأجورا، ومن قهره العدو الباطني كَانَ مَفْتُونًا أَوْ مَوْزُورًا، وَلَمَّا كَانَ الشَّيْطَانُ يَرَى الْإِنْسَانَ مِنْ حَيْثُ لَا يَرَاهُ اسْتَعَاذَ مِنْهُ بِالَّذِي يَرَاهُ وَلَا يَرَاهُ الشَّيْطَانُ.
فَصْلٌ
والاستعاذة هي الالتجاء إلى الله تعالى وَالِالْتِصَاقُ بِجَنَابِهِ مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِي شَرٍّ وَالْعِيَاذَةُ تَكُونُ لِدَفْعِ الشَّرِّ وَاللِّيَاذُ يَكُونُ لِطَلَبِ جلب الخير كما قال المتنبي: البسيط
يَا مَنْ أَلُوذُ بِهِ فِيمَا أُؤَمِّلُهُ ... وَمَنْ أَعُوذُ بِهِ مِمَّنْ أُحَاذِرُهُ
لَا يَجْبُرُ النَّاسُ عَظْمًا أَنْتَ كَاسِرُهُ ... وَلَا يَهِيضُونَ عَظْمًا أَنْتَ جابره
وَمَعْنَى أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ أَيْ أَسْتَجِيرُ بِجَنَابِ اللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ أَنْ يَضُرَّنِي فِي دِينِي أَوْ دُنْيَايَ أَوْ يَصُدَّنِي عَنْ فِعْلِ مَا أُمِرْتُ بِهِ، أَوْ يَحُثَّنِي عَلَى فِعْلِ مَا نُهِيتُ عَنْهُ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَكُفُّهُ عَنِ الْإِنْسَانِ إِلَّا اللَّهُ، وَلِهَذَا أمر تَعَالَى بِمُصَانَعَةِ شَيْطَانِ الْإِنْسِ وَمُدَارَاتِهِ بِإِسْدَاءِ الْجَمِيلِ إِلَيْهِ لِيَرُدَّهُ طَبْعُهُ عَمَّا هُوَ فِيهِ مِنَ الْأَذَى وَأَمَرَ بِالِاسْتِعَاذَةِ بِهِ مِنْ شَيْطَانِ الْجِنِّ لِأَنَّهُ لَا يَقْبَلُ رَشْوَةً وَلَا يُؤَثِّرُ فِيهِ جَمِيلٌ لِأَنَّهُ شِرِّيرٌ بِالطَّبْعِ وَلَا يَكُفُّهُ عَنْكَ إِلَّا الَّذِي خَلَقَهُ، وَهَذَا الْمَعْنَى فِي ثَلَاثِ آيَاتٍ مِنَ الْقُرْآنِ لَا أَعْلَمُ لَهُنَّ رَابِعَةً قَوْلُهُ فِي الْأَعْرَافِ: خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجاهِلِينَ الْأَعْرَافِ: ١٩٩
[Fashl]
Masalah
Asy Syafi'i berkata:
Dalam kitab al Imlā’, ia berpendapat bahwa isti'adzah dilafazhkan dengan jahr (suara keras), dan jika dibaca dengan sirr (pelan) maka itu tidak mengapa.
Sedangkan dalam kitab al Umm, beliau memberi pilihan antara jahr dan sirr, karena Ibnu 'Umar membacanya dengan sirr, sedangkan Abu Hurairah membaca dengan jahr.
Adapun dalam raka'at selain raka'at pertama, terjadi perbedaan pendapat dalam mazhab asy Syafi'i apakah disunnahkan isti'adzah atau tidak. Ada dua pendapat, dan yang lebih kuat adalah tidak disunnahkan. Wallāhu a'lam.
Apabila orang yang beristi'adzah mengucapkan: "A'ūdzu billāhi minasy syaythānir rajīm," maka itu sudah cukup menurut asy Syafi'i dan Abu Hanifah.
Sebagian dari mereka menambahkan:
"A'ūdzu billāhis samī'il 'alīm."
Ada pula yang mengatakan bahwa yang diucapkan adalah:
"A'ūdzu billāhi minasy syaythānir rajīm innallāha huwa as samī'ul 'alīm,"
sebagaimana pendapat ats Tsauri dan al Awza'i.
Dan diriwayatkan dari sebagian mereka bahwa yang diucapkan adalah:
"Asta'īdzubillāhi minasy syaythānir rajīm,"
agar sesuai dengan perintah ayat dan hadits adh Dhahhak dari Ibnu 'Abbas yang telah disebutkan.
Adapun hadits-hadits shahih yang telah disebutkan sebelumnya lebih utama untuk diikuti daripada selainnya.
Wallāhu a'lam.
Masalah
Kemudian isti'adzah dalam shalat sesungguhnya dilakukan karena tilawah (membaca al Qur'an).
Ini adalah pendapat Abu Hanifah dan Muhammad.
Sedangkan Abu Yusuf berkata:
"Bahkan isti'adzah itu untuk shalat."
Menurut pendapat ini, maka makmum tetap beristi'adzah walaupun ia tidak membaca, dan beristi'adzah pada shalat 'Id setelah takbiratul ihram dan sebelum takbir-takbir shalat 'Id.
Sedangkan jumhur (mayoritas ulama) berpendapat beristi'adzah setelah takbir dan sebelum membaca (al Qur'an).
Di antara kehalusan isti'adzah adalah:
Isti'adzah merupakan penyucian mulut dari apa yang sebelumnya diucapkan berupa perkataan sia-sia dan keji, serta sebagai penyucian untuk membaca kalam Allah.
Isti'adzah juga merupakan bentuk permohonan pertolongan kepada Allah, pengakuan terhadap kekuasaan-Nya, dan pengakuan hamba atas kelemahan dan ketidakmampuannya dalam menghadapi musuh nyata yang tersembunyi, yang tidak ada yang bisa mencegah dan menolaknya kecuali Allah yang menciptakannya.
Musuh ini tidak dapat dibujuk dan tidak dapat dilembutkan dengan kebaikan, berbeda dengan musuh dari kalangan manusia.
Sebagaimana ditunjukkan oleh ayat-ayat dari al Qur'an dalam tiga surat yang berulang (al Matsāni), dan firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, tidak ada kekuasaan bagimu atas mereka. Dan cukuplah Rabbmu sebagai wakil." (QS. al Isrā’: 65)
Malaikat pun pernah turun untuk memerangi musuh dari kalangan manusia.
Maka barang siapa yang terbunuh oleh musuh zhahir dari kalangan manusia, maka ia adalah syahid.
Dan barang siapa yang terbunuh oleh musuh batin, yaitu syaitan, maka ia adalah orang yang terusir.
Barang siapa yang mengalahkan musuh zhahir dari kalangan manusia, maka ia mendapatkan pahala.
Dan barang siapa yang dikalahkan oleh musuh batin, maka ia adalah orang yang terkena fitnah atau mendapat dosa.
Karena syaitan melihat manusia dari arah yang manusia tidak bisa melihatnya, maka manusia berlindung kepada Dzat yang melihat syaitan, namun syaitan tidak bisa melihat-Nya.
Fashl
Isti'adzah adalah meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala, berpegang teguh kepada-Nya dari kejahatan setiap makhluk yang memiliki keburukan.
Al 'iyādzah adalah untuk menolak keburukan, sedangkan al liyādzah adalah untuk meminta datangnya kebaikan.
Sebagaimana perkataan al Mutanabbi:
Wahai yang aku berlindung kepadanya dalam apa yang aku harapkan...
Dan aku meminta perlindungan kepadanya dari apa yang aku takutkan.
Manusia tidak dapat menyatukan kembali tulang yang Engkau patahkan,
Dan tidak pula dapat mematahkan tulang yang Engkau satukan.
Makna ucapan "A'ūdzu billāhi minasy syaythānir rajīm" adalah:
"Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk agar dia tidak membahayakanku dalam agamaku, atau dalam duniaku, atau menghalangiku dari melakukan apa yang diperintahkan kepadaku, atau mendorongku untuk melakukan apa yang dilarang bagiku."
Karena sesungguhnya syaitan tidak dapat dicegah dari manusia kecuali dengan bantuan Allah.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk bermuamalah dengan syaitan manusia dengan kebaikan, agar bisa meredam kejahatannya melalui naluri manusiawinya.
Namun terhadap syaitan dari golongan jin, Allah memerintahkan untuk berlindung kepada-Nya, karena ia tidak menerima sogokan dan tidak dapat dilembutkan dengan kebaikan, sebab tabiatnya memang jahat.
Tidak ada yang mampu menghalanginya kecuali Dzat yang telah menciptakannya.
Makna ini disebutkan dalam tiga ayat dari al Qur'an, yang aku tidak mengetahui adanya ayat keempat tentang hal itu:
Firman Allah dalam surat al A'rāf:
"Jadilah engkau pemaaf, perintahkan kepada yang ma'ruf, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (QS. al A'rāf: 199)