Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Ibnu Katsir - Detail Buku
Halaman Ke : 35
Jumlah yang dimuat : 4377
« Sebelumnya Halaman 35 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text

وقال الرَّازِيُّ وَقِيلَ إِنَّهُ مُشْتَقٌّ مِنْ أَلِهْتُ إِلَى فُلَانٍ أَيْ سَكَنْتُ إِلَيْهِ فَالْعُقُولُ لَا تَسْكُنُ إلا إلى ذكره، والأرواح لَا تَفْرَحُ إِلَّا بِمَعْرِفَتِهِ لِأَنَّهُ الْكَامِلُ عَلَى الْإِطْلَاقِ دُونَ غَيْرِهِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ الرَّعْدِ: ٢٨ قَالَ: وَقِيلَ مِنْ لَاهَ يَلُوهُ إِذَا احْتَجَبَ، وَقِيلَ اشْتِقَاقُهُ من أله الفصيل أولع بِأُمِّهِ. وَالْمَعْنَى أَنَّ الْعِبَادَ مَأْلُوهُونَ مُولَعُونَ بِالتَّضَرُّعِ إِلَيْهِ فِي كُلِّ الْأَحْوَالِ، قَالَ: وَقِيلَ مُشْتَقٌّ مِنْ أَلِهَ الرَّجُلُ يَأْلُهُ إِذَا فَزِعَ مِنْ أَمْرٍ نَزَلَ بِهِ فَأَلَّهَهُ أَيْ أَجَارَهُ فَالْمُجِيرُ لِجَمِيعِ الْخَلَائِقِ مِنْ كُلِّ الْمَضَارِّ هُوَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجارُ عَلَيْهِ الْمُؤْمِنُونَ: ٨٨ وهو المنعم لقوله تَعَالَى وَما بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ النَّحْلِ: ٥٣ وهو المطعم لقوله تعالى: وَهُوَ يُطْعِمُ وَلا يُطْعَمُ الْأَنْعَامِ: ١٤ وَهُوَ الْمُوجِدُ لقوله تعالى قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ النِّسَاءِ: ٧٨ وَقَدِ اختار الرازي أنه اسم غَيْرُ مُشْتَقٍّ الْبَتَّةَ، قَالَ وَهُوَ قَوْلُ الْخَلِيلِ وَسِيبَوَيْهِ وَأَكْثَرُ الْأُصُولِيِّينَ وَالْفُقَهَاءِ ثُمَّ أَخَذَ يَسْتَدِلُّ عَلَى ذَلِكَ بِوُجُوهٍ مِنْهَا أَنَّهُ لَوْ كَانَ مُشْتَقًّا لَاشْتَرَكَ فِي مَعْنَاهُ كَثِيرُونَ، وَمِنْهَا أَنَّ بقية الأسماء تذكر صفات لَهُ فَتَقُولُ اللَّهُ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ، فَدَلَّ أَنَّهُ لَيْسَ بِمُشْتَقٍّ. قَالَ: فَأَمَّا قَوْلُهُ تعالى الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ اللَّهِ «١» عَلَى قِرَاءَةِ الْجَرِّ فَجَعَلَ ذَلِكَ مِنْ بَابِ عَطْفِ الْبَيَانِ، وَمِنْهَا قَوْلُهُ تَعَالَى هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا مَرْيَمَ: ٦٥ وَفِي الِاسْتِدْلَالِ بِهَذِهِ عَلَى كَوْنِ هَذَا الِاسْمَ جَامِدًا غَيْرَ مُشْتَقٍّ نَظَرٌ والله أعلم.

وحكى الرازي عن بعضهم أَنَّ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عِبْرَانِيٌّ لَا عَرَبِيٌّ، ضَعَّفَهُ وَهُوَ حَقِيقٌ بِالتَّضْعِيفِ كَمَا قَالَ، وَقَدْ حكى الرازي هذا القول ثم قال: وأعلم أن الخلائق قِسْمَانِ: وَاصِلُونَ إِلَى سَاحِلِ بَحْرِ الْمَعْرِفَةِ، وَمَحْرُومُونَ قَدْ بَقُوا فِي ظُلُمَاتِ الْحَيْرَةِ وَتِيهِ الْجَهَالَةِ، فَكَأَنَّهُمْ قَدْ فَقَدُوا عُقُولَهُمْ وَأَرْوَاحَهُمْ وَأَمَّا الْوَاجِدُونَ فَقَدْ وَصَلُوا إِلَى عَرْصَةِ النُّورِ وَفُسْحَةِ الْكِبْرِيَاءِ وَالْجَلَالِ فَتَاهُوا فِي مَيَادِينِ الصَّمَدِيَّةِ وَبَادُوا فِي عرصة الفردانية، فثبت أن الخلائق كُلَّهَمْ وَالِهُونَ فِي مَعْرِفَتِهِ، وَرُوِيَ عَنِ الْخَلِيلِ بْنِ أَحْمَدَ أَنَّهُ قَالَ: لِأَنَّ الْخَلْقَ يَأْلَهُونَ إليه، بفتح اللام وكسرها لُغَتَانِ، وَقِيلَ إِنَّهُ مُشْتَقٌّ مِنَ الِارْتِفَاعِ، فَكَانَتِ الْعَرَبُ تَقُولُ لِكُلِّ شَيْءٍ مُرْتَفِعٍ: لَاهَا، وَكَانُوا يقولون إذا طلعت الشمس لاهت، وقيل إنه مشتق من أله الرجل إذا تعبد وتأله إذ تنسك، وقرأ ابن عباس (ويذرك وإلاهتك) وَأَصْلُ ذَلِكَ الْإِلَهُ فَحُذِفَتِ الْهَمْزَةُ الَّتِي هِيَ فَاءُ الْكَلِمَةِ فَالْتَقَتِ اللَّامُ الَّتِي هِيَ عَيْنُهَا مَعَ اللَّامِ الزَّائِدَةِ فِي أَوَّلِهَا لِلتَّعْرِيفِ فَأُدْغِمَتْ إِحْدَاهُمَا فِي الْأُخْرَى فَصَارَتَا فِي اللَّفْظِ لَامًا واحدة مشددة وفخمت تعظيما فقيل الله.

القول في تأويل الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اسْمَانِ مُشْتَقَّانِ مِنَ الرَّحْمَةِ عَلَى وَجْهِ الْمُبَالِغَةِ، وَرَحْمَنُ أَشَدُّ مُبَالَغَةً مِنْ رَحِيمٍ، وفي كلام ابن جرير ما يفهم منه حِكَايَةَ الِاتِّفَاقِ عَلَى هَذَا، وَفِي تَفْسِيرِ بَعْضِ السَّلَفِ مَا يَدُلُّ عَلَى ذَلِكَ كَمَا تَقَدَّمَ فِي الْأَثَرِ عَنْ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنَّهُ قَالَ: وَالرَّحْمَنُ:

 


(١) المراد ما جاء في آخر الآية الأولى وأول الآية الثانية من سورة إبراهيم: لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُماتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلى صِراطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ. اللَّهِ الَّذِي لَهُ ما فِي السَّماواتِ....

Bahasa Indonesia Translation

Ar Razi berkata:
Dikatakan bahwa lafaz Allah itu diambil dari kata alih'tu ila fulān (ألهتُ إلى فلان), yang artinya: "aku berlindung dan merasa tenteram kepadanya." Maka akal-akal tidak akan merasa tenteram kecuali dengan mengingat-Nya, dan jiwa-jiwa tidak akan bergembira kecuali dengan mengenal-Nya, karena hanya Dia-lah yang sempurna secara mutlak, tidak selain-Nya.

Allah Ta'ala berfirman:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. ar Ra'd: 28)

Ar Razi melanjutkan:
Dikatakan pula bahwa lafaz Allah berasal dari kata lāha yalūhu (لاه يلوه) jika sesuatu itu bersembunyi (berhijab).

Ada juga yang mengatakan bahwa lafaz Allah diambil dari alihal fashīlu (أله الفصيل) — anak unta yang sangat rindu dan bergantung kepada induknya.
Maknanya adalah bahwa para hamba itu adalah ma'lūhūn (مألوهون) — sangat mencintai dan bergantung kepada Allah dengan ketundukan dalam segala keadaan.

Ar Razi juga menyebutkan:
Dikatakan bahwa lafaz Allah diambil dari kata āliha ar-rajulu ya'lahu (أله الرجل يأله) — jika seseorang merasa ketakutan dari suatu perkara yang menimpanya, lalu ia meminta perlindungan. Maka Allah adalah Dzat yang memberikan perlindungan kepada seluruh makhluk dari segala macam bahaya.
Sebagaimana firman-Nya:

"Dan Dia-lah yang memberikan perlindungan dan tidak ada yang dapat memberikan perlindungan dari-Nya." (QS. al Mu'minun: 88)

Dia juga Dzat yang memberi nikmat, berdasarkan firman-Nya:

"Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka itu berasal dari Allah." (QS. an Nahl: 53)

Dia pula yang memberi makanan, berdasarkan firman-Nya:

"Dan Dia memberi makan, sedangkan Dia tidak diberi makan." (QS. al An'am: 14)

Dia juga Dzat yang mewujudkan segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya:

"Katakanlah: Semua itu dari sisi Allah." (QS. an Nisa: 78)

Ar Razi akhirnya memilih pendapat bahwa lafaz Allah adalah nama yang tidak memiliki asal derivasi (ghayru musytaqqin sama sekali).
Ia berkata:
Inilah pendapat al Khalil, Sibawaih, serta mayoritas para ahli ushul dan fuqaha.

Kemudian ia mulai mengemukakan beberapa alasan, di antaranya:

  • Seandainya Allah itu musytaqq (berasal dari kata kerja), maka tentu banyak makhluk akan berbagi makna di dalamnya.

  • Selain itu, seluruh nama-nama lainnya disebut sebagai sifat bagi-Nya, seperti dalam ucapan: "Allah ar Rahman ar Rahim al Malik al Quddus" — maka ini menunjukkan bahwa Allah itu bukan musytaqq.

Adapun firman-Nya:
"al 'Aziz al Hamid Allah"
(jika mengikuti qira'ah al jar / dibaca dengan kasrah),
maka itu termasuk dalam kategori ‘athf bayan (penggabungan penjelasan).

Juga firman-Nya:

"Apakah kamu mengetahui ada yang setara dengan-Nya?" (QS. Maryam: 65)

Dalam berdalil dengan ayat ini bahwa nama Allah adalah jamid (bukan musytaqq), terdapat beberapa tinjauan. Dan Allah lebih mengetahui.


Ar Razi juga menukil dari sebagian ulama bahwa nama Allah itu berasal dari bahasa Ibrani, bukan Arab.
Namun Ar Razi mendhaifkan (melemahkan) pendapat ini, dan mengatakan bahwa ini benar untuk didhaifkan, sebagaimana ia sendiri sebutkan.

Kemudian Ar Razi berkata:
"Ketahuilah, makhluk terbagi menjadi dua:

  • Ada yang sampai ke tepi lautan ma'rifat (pengetahuan tentang Allah),

  • dan ada yang tertahan dalam kegelapan kebingungan dan kesesatan kebodohan, seakan-akan mereka kehilangan akal dan ruh mereka."

Adapun orang-orang yang wājidūn (yang memperoleh makrifat), mereka telah sampai ke hamparan cahaya, ke lapangan kebesaran dan keagungan.
Mereka tersesat (dalam makna positif) di medan sifat ash Shamad (tempat bergantungnya semua makhluk), dan mereka lenyap di pelataran keesaan.

Maka tetaplah bahwa seluruh makhluk adalah wālihūn (terpesona dan mabuk cinta) dalam upaya mengenal-Nya.

Disebutkan pula dari al Khalil bin Ahmad, ia berkata:

"Karena makhluk itu ya'lahūna (يألهون) kepadanya,"
dengan membaca lam dengan fathah atau kasrah — dan kedua bacaan ini adalah sahih.

Ada juga yang mengatakan bahwa lafaz Allah diambil dari akar kata yang bermakna ketinggian, sebab bangsa Arab biasa berkata untuk sesuatu yang tinggi: lāhā (لَاهَا).

Mereka juga berkata:
"Jika matahari terbit, maka ia telah lāhat (لاهت)."

Ada pula yang mengatakan bahwa lafaz Allah berasal dari kata āliha (أله) — yaitu beribadah dan bertaqarrub (mendekatkan diri).

Ibnu 'Abbas membaca:

"Dan (meninggalkan) engkau dan ilahtak (إلاهتك)." (QS. al A'raf: 127)

Asal kata ini adalah al Ilah (الإله), kemudian hamzah yang merupakan huruf fa’ dari kata tersebut dihapus, lalu huruf lam yang merupakan 'ain kata bertemu dengan lam tambahan yang digunakan untuk definisi (lam ta'rif), sehingga diidghamkan satu sama lain dan diucapkan sebagai satu lam yang diberatkan (syaddah) dan ditebalkan sebagai bentuk pengagungan.
Maka disebutlah: Allah.


Pembahasan tentang tafsir "ar Rahman ar Rahim"

Keduanya adalah dua nama yang berasal dari kata rahmat (رحمة) dalam bentuk mubālaghah (penegasan makna yang sangat kuat).
Ar Rahman lebih menunjukkan makna mubālaghah yang lebih besar dibandingkan ar Rahim.

Dalam penjelasan Ibn Jarir, tampak bahwa beliau menceritakan adanya kesepakatan atas makna ini.
Dalam tafsir sebagian salaf juga terdapat dalil yang menunjukkan hal tersebut.

Sebagaimana telah disebutkan dalam atsar dari 'Isa 'alaihis salam, bahwa beliau berkata:

"Ar Rahman..."


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 35 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi