Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Ibnu Katsir - Detail Buku
Halaman Ke : 37
Jumlah yang dimuat : 4377
« Sebelumnya Halaman 37 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text

وقال ابْنُ جَرِيرٍ «٧» : حَدَّثَنَا السَّرِيُّ بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ حدثنا عثمان بن زفر قال: سمعت العزرمي يقول: الرحمن الرحيم قال: الرحمن بجميع الْخَلْقِ، الرَّحِيمُ قَالَ: بِالْمُؤْمِنِينَ: قَالُوا وَلِهَذَا قَالَ ثُمَّ اسْتَوى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمنُ الْفُرْقَانِ: ٥٩ وَقَالَ الرَّحْمنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوى طه: ٥ فَذَكَرَ الِاسْتِوَاءَ بِاسْمِهِ الرَّحْمَنِ لِيَعُمَّ جَمِيعَ خَلْقِهِ بِرَحْمَتِهِ وَقَالَ وَكانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيماً فَخَصَّهُمْ بِاسْمِهِ الرَّحِيمِ. قَالُوا: فَدَلَّ عَلَى أَنَّ الرَّحْمَنَ أَشَدُّ مُبَالَغَةً فِي الرَّحْمَةِ لِعُمُومِهَا فِي الدَّارَيْنِ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ وَالرَّحِيمُ خَاصَّةٌ بِالْمُؤْمِنِينَ، لَكِنْ جَاءَ فِي الدُّعَاءِ الْمَأْثُورِ:

رَحْمَنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَرَحِيمَهُمَا. وَاسْمُهُ تَعَالَى الرَّحْمَنُ خَاصٌّ بِهِ لَمْ يُسَمَّ بِهِ غَيْرُهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْماءُ الْحُسْنى الْإِسْرَاءِ: ١١٠ وقال تعالى: وَسْئَلْ مَنْ أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنا أَجَعَلْنا مِنْ دُونِ الرَّحْمنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ الزخرف:

٤٥ وَلَمَّا تَجَهْرَمَ مُسَيْلِمَةُ الْكَذَّابِ وَتَسَمَّى بِرَحْمَنِ الْيَمَامَةِ كَسَاهُ اللَّهُ جِلْبَابَ الْكَذِبِ وَشُهِرَ بِهِ فَلَا يُقَالُ إِلَّا مُسَيْلِمَةُ الْكَذَّابُ فَصَارَ يُضْرَبُ بِهِ الْمَثَلُ فِي الْكَذِبِ بَيْنَ أَهْلِ الْحَضَرِ مِنْ أَهْلِ الْمَدَرِ وَأَهْلِ الْوَبَرِ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ وَالْأَعْرَابِ.

وَقَدْ زَعَمَ بَعْضُهُمْ أَنَّ الرَّحِيمَ أَشَدُّ مُبَالَغَةً مِنَ الرَّحْمَنِ لِأَنَّهُ أَكَّدَ بِهِ وَالتَّأْكِيدُ لَا يَكُونُ إِلَّا أَقْوَى مِنَ الْمُؤَكَّدِ، وَالْجَوَابُ أن هذا ليس من باب التأكيد وإنما هو من باب النَّعْتِ وَلَا يَلْزَمُ فِيهِ مَا ذَكَرُوهُ، وَعَلَى هذا فيكون تقديم اسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَمْ يُسَمَّ بِهِ أَحَدٌ غَيْرُهُ وَوَصْفَهُ أَوَّلًا بِالرَّحْمَنِ الَّذِي مَنَعَ مِنَ التَّسْمِيَةِ بِهِ لِغَيْرِهِ كَمَا قَالَ تَعَالَى: قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْماءُ الْحُسْنى الْإِسْرَاءِ: ١١٠ وَإِنَّمَا تَجَهْرَمَ «١» مُسَيْلِمَةُ الْيَمَامَةِ فِي التَّسَمِّي بِهِ وَلَمْ يُتَابِعْهُ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا مَنْ كَانَ مَعَهُ فِي الضَّلَالَةِ وَأَمَّا الرَّحِيمُ فَإِنَّهُ تَعَالَى وَصَفَ بِهِ غَيْرَهُ حَيْثُ قَالَ: لَقَدْ جاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُفٌ رَحِيمٌ التَّوْبَةِ: ١٢٨ كَمَا وَصَفَ غَيْرَهُ بِذَلِكَ مِنْ أسمائه كما قال تعالى إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْناهُ سَمِيعاً بَصِيراً الْإِنْسَانِ: ٢ وَالْحَاصِلُ أَنَّ مِنْ أَسْمَائِهِ تَعَالَى مَا يُسَمَّى بِهِ غَيْرُهُ وَمِنْهَا مَا لَا يُسَمَّى بِهِ غَيْرُهُ كَاسْمِ اللَّهِ والرحمن والخالق والرازق وَنَحْوِ ذَلِكَ فَلِهَذَا بَدَأَ بِاسْمِ اللَّهِ وَوَصَفَهُ بِالرَّحْمَنِ لِأَنَّهُ أَخَصُّ وَأَعْرَفُ مِنَ الرَّحِيمِ، لِأَنَّ التَّسْمِيَةَ أَوَّلًا إِنَّمَا تَكُونُ بِأَشْرَفِ الْأَسْمَاءِ فَلِهَذَا ابْتَدَأَ بِالْأَخَصِّ فَالْأَخَصِّ. فَإِنْ قِيلَ: فَإِذَا كَانَ الرَّحْمَنُ أَشَدُّ مُبَالَغَةً فَهَلَّا اكْتُفِيَ بِهِ عَنِ الرَّحِيمِ؟ فَقَدْ رُوِيَ عَنْ عَطَاءٍ الْخُرَاسَانِيِّ مَا مَعْنَاهُ أَنَّهُ لَمَّا تَسَمَّى غَيْرُهُ تَعَالَى بِالرَّحْمَنِ جيء بلفظ الرحيم ليقطع الوهم بِذَلِكَ فَإِنَّهُ لَا يُوصَفُ بِالرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِلَّا اللَّهُ تَعَالَى، كَذَا رَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ «٢» عَنْ عطاء. ووجهه بِذَلِكَ وَاللَّهُ أَعْلَمُ.


(١) كذا ولعله «تجاسر» كما ورد في القرطبي. .....
(٢) حديث عطاء: «كان الرحمن، فلما اختزل الرحمن من اسمه كان الرحمن الرحيم» . قال القرطبي:
والذي قال عطاء من ذلك غير فاسد المعنى، بل جائز أن يكون جل ثناؤه خصّ نفسه بالتسمية بهما معا مجتمعين، إبانة لهما من خلقه، ليعرف عباده بذكرهما مجموعين أنه المقصود بذكرهما من دون سواه من خلقه، مع ما في تأويل كل واحد منهما من المعنى الذي ليس في الآخر منهما.

Bahasa Indonesia Translation

Ibnu Jarir berkata:

Diriwayatkan kepada kami oleh as Sariy bin Yahya at Tamimi, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Zafar, ia berkata: Aku mendengar al ‘Azzrami berkata:

"Ar Rahman ar Rahim," ia berkata: "Ar Rahman adalah untuk seluruh makhluk," sedangkan ar Rahim ia berkata: "adalah khusus untuk orang-orang beriman."

Mereka berkata: Karena itu Allah berfirman:
"Kemudian Dia beristiwa' di atas ‘Arsy, (Dialah) ar Rahman." (QS. al Furqan: 59)
dan juga:
"Ar Rahman, beristiwa’ di atas ‘Arsy." (QS. Ta Ha: 5)

Maka Allah menyebutkan istiwa’-Nya dengan nama ar Rahman agar mencakup semua makhluk-Nya dengan rahmat-Nya, dan Dia berfirman:
"Dan Dia Maha Penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS. al Ahzab: 43)

— maka Dia mengkhususkan mereka dengan nama ar Rahim.

Mereka berkata:
Maka ini menunjukkan bahwa ar Rahman lebih mengandung makna mubālaghah (tingkat rahmat yang lebih dalam), karena rahmat-Nya mencakup seluruh makhluk di dua negeri (dunia dan akhirat), sedangkan ar Rahim hanya khusus untuk orang-orang beriman.

Akan tetapi dalam doa yang masyhur disebutkan:
"Wahai Dzat yang Maha Penyayang di dunia dan akhirat serta Maha Pengasih di keduanya."

Nama Allah Ta'ala ar Rahman adalah nama yang khusus bagi-Nya, tidak boleh dinamai dengannya selain Dia.
Sebagaimana firman-Nya:

"Katakanlah: Serulah Allah atau serulah ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu menyeru, Dia memiliki al Asma’ al Husna (nama-nama terbaik)." (QS. al Isra’: 110)

Dan firman-Nya:
"Tanyakanlah kepada para rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau: Adakah Kami menjadikan sembahan-sembahan selain ar Rahman untuk disembah?" (QS. az Zukhruf: 45)

Ketika Musailamah al Kadzdzab mengaku sebagai nabi dan menamakan dirinya Rahman al Yamamah, maka Allah mengenakannya dengan jubah kedustaan dan menjadikannya terkenal dengan sebutan tersebut, sehingga tidaklah disebut kecuali sebagai Musailamah al Kadzdzab.

Ia pun dijadikan perumpamaan dalam kedustaan oleh penduduk kota maupun pedalaman — dari kalangan masyarakat yang tinggal di bangunan maupun di tenda-tenda, serta kaum Arab badui.


Sebagian mereka mengklaim bahwa ar Rahim lebih menunjukkan mubālaghah dibanding ar Rahman, karena dalam ayat disebutkan setelahnya. Dan penekanan (ta’kīd) biasanya tidak datang kecuali untuk memperkuat yang sebelumnya.

Jawabannya:
Ini bukan dari jenis penekanan, melainkan dari jenis sifat (na‘t), dan tidak wajib berlaku padanya aturan yang mereka sebutkan.

Berdasarkan ini, maka penyebutan pertama adalah dengan nama Allah — nama yang tidak disandang oleh siapapun selain-Nya — dan kemudian Dia disifati dengan ar Rahman — nama yang tidak boleh digunakan untuk menyebut selain-Nya — sebagaimana firman-Nya:

"Katakanlah: Serulah Allah atau serulah ar Rahman. Dengan nama mana saja kamu seru, maka Dia memiliki nama-nama terbaik." (QS. al Isra’: 110)

Adapun yang mengaku sebagai Rahman dari kalangan penduduk Yamamah, yaitu Musailamah, maka hanya orang-orang yang bersama dia dalam kesesatanlah yang mengikuti penamaan itu.

Adapun ar Rahim, maka Allah Ta'ala telah mensifati selain-Nya dengannya, sebagaimana firman-Nya:

"Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan kebaikan bagi kalian, terhadap orang-orang beriman sangat penyantun lagi penyayang." (QS. at Taubah: 128)

Allah juga telah memberikan nama-nama lainnya kepada selain-Nya, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, untuk mengujinya, lalu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (QS. al Insān: 2)

Kesimpulannya:
Dari nama-nama Allah Ta’ala, ada yang tidak boleh disematkan kepada selain-Nya — seperti Allah, ar Rahman, al Khāliq, ar Rāziq, dan semacamnya.
Dan ada pula nama-nama yang bisa disematkan kepada makhluk sesuai konteksnya.

Karena itulah Dia memulai dengan menyebut bismillah dan menyifati-Nya dengan ar Rahman karena itu lebih khusus dan lebih dikenal dibanding ar Rahim.
Sebab penamaan pertama dalam sesuatu yang agung, seharusnya dilakukan dengan nama yang paling mulia. Maka dimulailah dengan yang paling khusus, kemudian yang lebih umum.


Jika dikatakan:
Kalau memang ar Rahman sudah lebih mengandung makna rahmat yang besar, mengapa masih disebut juga ar Rahim?
Telah diriwayatkan dari ‘Athā’ al Khurasāni bahwa maksudnya:
Ketika ada selain Allah yang berani menamai dirinya ar Rahman, maka ditambahkan lafaz ar Rahim untuk menyingkirkan segala prasangka, bahwa tidak ada yang bisa disifati dengan ar Rahman ar Rahim kecuali hanya Allah Ta’ala.

Demikian pula yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ‘Athā’ — dan maksudnya demikian, wallāhu a‘lam.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 37 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi