Firman-Nya:

قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ (al An'am: 73)

Dan diriwayatkan dari Abu Hanifah bahwa beliau membaca: Malak-a yaumid din (مَلَكَ يوم الدين) — dengan makna fi'il (kata kerja) + fa'il (pelaku) + maf'ul (objek) sekaligus.
Dan ini merupakan qira'ah yang syadz (menyimpang) dan sangat ganjil.

Abu Bakr bin Abi Dawud meriwayatkan sesuatu yang ganjil dalam hal ini, yaitu:

Ia berkata:
Telah menceritakan kepada kami Abu 'Abdurrahman al Azdi,
telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahhab bin 'Adi bin al Fadhl,
dari Abu al Mutarrif,
dari Ibnu Syihab,
bahwa sampai kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman, Mu'awiyah, dan anaknya Yazid bin Mu'awiyah, semuanya membaca:

(Maaliki yaumid din) (مالك يوم الدين).

Ibnu Syihab berkata:
"Orang pertama yang mengubah (membaca) Maliki menjadi Malik adalah Marwan."

(Ku katakan:) Marwan mempunyai ilmu tentang kebenaran bacaan yang ia baca, yang tidak diketahui oleh Ibnu Syihab, dan Allah lebih mengetahui.

Telah diriwayatkan dari berbagai jalur yang dihimpun oleh Ibnu Mardawaih bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca:

(Maaliki yaumid din) (مالك يوم الدين).

Dan maalik (مالك) diambil dari kata al milk (الملك, kepemilikan), sebagaimana firman Allah Ta'ala:

"Sesungguhnya Kami akan mewarisi bumi dan siapa yang ada di atasnya, dan kepada Kami mereka akan dikembalikan." (Maryam: 40)

Dan firman-Nya:

"Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia, Raja manusia." (an Nas: 1-2)

Sedangkan Malik (ملك) diambil dari al mulk (الملك, kerajaan), sebagaimana firman Allah Ta'ala:

"Milik siapakah kerajaan pada hari ini? Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (Ghafir: 16)

dan firman-Nya:

"Firman-Nya adalah kebenaran dan milik-Nya lah kerajaan." (al An'am: 73)

dan firman-Nya:

"Kerajaan pada hari itu yang hak adalah milik ar Rahman, dan itu adalah hari yang amat sulit bagi orang-orang kafir." (al Furqan: 26)

Adapun pengkhususan kerajaan pada Hari Pembalasan (Yaumid Din) tidak berarti bahwa kerajaan-Nya hanya khusus pada hari itu saja.
Karena telah disebutkan sebelumnya bahwa Dia adalah Rabbul 'alamin yang mencakup dunia dan akhirat.

Namun di sini diidhafahkan (dilekatkan) kepada Yaumid Din karena pada hari itu tidak ada satu pun yang mengaku memiliki sesuatu,
dan tidak ada yang berbicara kecuali dengan izin-Nya, sebagaimana firman Allah Ta'ala:

"Pada hari ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berbicara kecuali orang yang diberi izin oleh ar Rahman, dan dia berkata benar." (an Naba': 38)

Dan firman-Nya:

"Dan tunduklah segala suara kepada ar Rahman, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan." (Thaha: 108)

Dan firman-Nya:

"Pada hari itu, tidak ada jiwa yang dapat berbicara kecuali dengan izin-Nya; di antara mereka ada yang celaka dan ada yang bahagia." (Hud: 105)

Adh Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas tentang Maaliki yaumid din, beliau berkata:
"Tidak ada seorang pun yang pada hari itu memiliki hukum seperti yang mereka miliki di dunia."

Beliau berkata:
"Dan 'Yaumid Din' adalah hari perhitungan bagi seluruh makhluk, yaitu Hari Kiamat, di mana Allah membalas mereka atas amal-amal mereka,
jika amalnya baik maka balasannya baik, dan jika amalnya buruk maka balasannya buruk, kecuali orang yang Allah ampuni."

Demikian pula dikatakan oleh selain mereka dari kalangan sahabat, tabi'in, dan para salaf, dan itu adalah makna yang jelas.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari sebagian mereka bahwa ada yang menafsirkan Maaliki yaumid din sebagai:

"Yang mampu menegakkan Hari Pembalasan."

Namun beliau kemudian melemahkan pendapat ini.
Dan yang jelas, tidak ada pertentangan antara pendapat ini dan yang sebelumnya.
Karena masing-masing pihak yang mengatakan pendapat tersebut mengakui kebenaran pendapat yang lain dan tidak mengingkarinya.

Namun konteks ayat lebih menunjukkan kepada makna pertama,
sebagaimana firman Allah Ta'ala:

"Kerajaan pada hari itu yang hak adalah milik ar Rahman, dan itu adalah hari yang amat sulit bagi orang-orang kafir." (al Furqan: 26)

Sedangkan pendapat kedua lebih menyerupai firman Allah Ta'ala:

"Pada hari Dia berfirman: 'Jadilah!' maka terjadilah."

Dan Allah lebih mengetahui.