Pendahuluan
Apabila kita perhatikan isi kandungan dan hikmat mendalam yang terkandung di dalam Surat ash-Shaff yang telah lalu kita akan merasakan kelak bahwa Surat al-Jumu‘ah ini ada bertali berkelindan dengan Surat tersebut.
Dalam Surat al-Jumu'ah ini, sebelum 3 ayat terakhir yang mengenai perintah menghadiri sembahyang Jum‘at di hari Jum‘at, terlebih dahulu diterangkan bagaimana Tuhan mengutus dalam kalangan ummat yang masih
Ummi, seorang Rasul dari kalangan mereka senditi untuk memimpin mereka
ke dalam masyarakat tinggi mutunya, karena bimbingan Kitab dan hikmat
menuju hidup yang lebih bersih dan suci, sehingga keummian dan kesesatan
langkah hidup zaman jahiliyah bertukar dengan kecerdasan yang lebih tinggi.
Tetapi sesudah menerangkan itu, datang pulalah keterangan tentang
ummat Yahudi yang memikul tanggungjawab dari Tuhan dengan menerima
Kitab Taurat, tetapi mereka tidak hidup menurut tuntunan Kitab itu. Dan hanya
tinggal kebanggaan diri saja, merasa bahwa mereka adalah ummat yang
istimewa sebagai “Rakyat Allah yang terpilih” di antara segala bangsa di dunia.
Dengan membawakan ayat-ayat mengenai orang Yahudi yang berkitab tetapi
tidak menjalankan isinya, dua pihaklah yang kena. Pertama_ Yahudi itu sendiri,
kedua kaum Muslimin pengikut Muhammad tadi. Bahwa mereka pun akan ber-
nasib sebagai Yahudi itu pula, kalau mereka menerima al-Quran tetapi tidak
hidup sepanjang ajaran yang dibawanya.
Di akhir Surat datanglah perintah menghadiri shalat yang ditentukan dua
rakaat pada hari Jum‘at itu. Sehingga hari Jum‘at menjadi Hari Besar di antara
hari yang tujuh, yang di waktu itu ummat Muhammad berkumpul beribadat di
bawah pimpinan Imam, sebagai mencukupkan pelaksanaan_ kehendak Allah
dalam Surat ash-Shaff ayat 4, bahwa Allah suka sekali kepada orang yang ber-
shaf pada jalan Allah, laksana rumah yang dibangun kokoh.
Inilah intisari Surat al-Jumuah.