Barulah bertemu kota yang benar-benar internasional, melihat segala macam warna kulit dan mendengar berbagai ragam bahasa. Ribut dan ramai, tetapi teratur. Seramai itu orang di jalan raya, tetapi pelanggaran jarang sekali terjadi. Barulah bertemu Gedung Empire State yang terdiri dari 103 tingkat dan didiami oleh lebih 100.000 orang. Barulah bertemu dengan toko-toko besar yang segala sesuatu dijual di sana, mulai dari pakaian, lalu permainan anak-anak, lalu perkakas dapur, dan perhiasan perempuan. Ada kantor pos, kantor telepon, dan restoran serta kafetaria sehingga jika kita telah masuk ke dalam, tidak usah pergi ke toko lain lagi sebab di sana segala yang diinginkan telah ada. Beribu-ribu orang masuk dan beribu orang keluar setiap hari, terdiri dari 7 atau 8 tingkat. Masuk ke dalam sebuah toko saja, tergambarlah dalam ingatan saya Pasar Bukittinggi, tetapi dipunyai oleh satu orang. Setiap hari.
Apabila saya berjalan malam dengan mobil bersama kawan-kawan di jalan raya lurus yang bernama Highway, yang jalannya terbagi dua, yang ke sana ke sana saja dan yang kemari kemari saja, kelihatan beribu-ribu, kemegahan beribu-ribu mobil. Lampu yang kemari mengkilat cahaya putih. Lampu yang ke sana mengkilat cahaya merah, lampu belakang. Orang berjalan kaki hanya terdapat di tengah kota. Adapun jika keluar kota saja sedikit, tidak bertemu lagi orang yang berjalan kaki.
Penduduk New York 8 juta jiwa, tetapi yang terbesar jumlahnya adalah dua golongan bangsa. Pertama Italia, kedua keturunan Irlandia. Tingkat ketiga orang Yahudi dan tingkat keempat orang Jerman. Perebutan pengaruh dalam New York adalah di antara dua golongan pertama, yaitu Italia dan Irlandia. Seorang Walikota New York yang