berbagai universitas yang ada di Amerika sebagai perbandingan dengan universitas di Indonesia dan menjadi contoh bagaimana peraturan bisa tegak di negeri yang pernah membedakan orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih.
Selain terkenal dengan sebutan negara super power, Amerika terkenal dengan negara yang hidup dalam kebendaan (materialisme). Namun, Amerika juga mengirimkan zending dan misi agama sampai ke negeri Tiongkok sebab universitas-universitas yang ada di Amerika juga marak kegiatan keagaaman.
Bahkan, saat kunjungan empat bulannya ke Amerika pada tahun 1950-an, Buya Hamka sempat mengunjungi seorang yang mengaku dirinya sebagai Tuhan, bernama Father Divine. Father Divine lahir dari perasaan rendah diri yang terdapat dalam jiwa orang Negro karena dipandang hina oleh orang kulit putih Amerika.
Demikianlah kesan-kesan yang didapat Buya Hamka saat kunjungan ke Amerika Serikat. Buah dari tulisan seorang penasihat Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 1952 (25 Agustus-25 Desember 1952) semoga menjadi inspirasi bagi kita bahwasanya sebuah kenang-kenangan dari sebuah perjalanan tidak hanya berupa barang. Tulisan yang menarik dan menggugah banyak orang, bisa jadi lebih berharga dan diminati banyak orang karena hasil pengamatannya bisa dinikmati oleh lebih banyak orang. Namun, pesan dari Buya Hamka bahwa segala hal baik yang ada di negeri orang, “Tanah airku pun bisa.”
Wallahu a'lam bish shawab
Taufiq wal hidayah
Penerbit