Jika orang anak tani seperti Abraham Lincoln sanggup jadi presiden, tentu mereka pun sanggup. Tertanamlah perasaan bahwasanya presiden itu hanyalah manasia biasa seperti mereka, bukan “orang agung” dari langit.
Setelah 18 hari di New York dan 18 hari adalah terlalu sedikit jika dibandingkan dengan banyak dan besarnya yang akan dilihat, kami pun berangkatlah menuju Syracuse, tempat berdirinya Syracuse Universitas. Syracuse menjadi masyhur karena keindahan alamnya dipinggir Danau
Onandaga. Kami pun berziarah ke universitasnya, khusus melihat kegiatan agama dan pendidikannya dan sempat menghadiri pertemuan Parents and Teachers Association dari Negara Bagian New York.
Setelah empat hari di Syracuse, kami pun meneruskan perjalanan dengan naik bus Greyhond menuju Ithaca yang termasuk dalam Negara Bagian New York. Negara bagian New York yang luas itu, berpenduduk 15 juta dan berbatasan dengan negara Kanada, dipisahkan oleh air terjun Niagara.
Ithaca terkenal karena di sanalah berdirinya Cornell University. Sebagaimana juga di Yale, Stanford, dan Berkeley, di Cornell orang amat giat mempelajari bahasa Indonesia dan Kebangkitan Baru Indonesia. Di sanalah Prof. Kahin dan Prof. Echols yang menjadi mahaguru dalam soal-soal Indonesia. Mereka sedang bersiap-siap menunggu kedatangan Haji A. Salim yang akan memberikan kuliah di sana tentang perkembangan Islam pada bangsa Indonesia.
Apabila bukanlah universitas yang besar dan luas itu