tidak kecil. Itu tidaklah dapat saya lupakan. Benua sebesar itu, negara sebesar dan seluas itu, mempunyai hal-hal yang patut dipelajari dari ribuan segi, sedangkan waktunya hanya empat bulan, alangkah sedikit. Sebab itu, tidak ada lain jalan bagi saya, hanya membatasi apa yang akan saya pelajari itu. Jangan banyak-banyak supaya tidak kecewa nantinya. Saya simpulkanlah maksud perjalanan itu kepada tiga perkara saja. Itu pun sudah banyak.
1. Bagaimanakah besarnya kemungkinan manusia kepada hidup beragama di abad kedua puluh ini. Apakah peranan yang akan diambil Islam dalam hal itu ?
2. Di manakah letak tanah airku Indonesia dalam pergaulan bangsa-bangsa dan apakah tugasnya dalam membina dunia baru ?
3. Siapakah sebenarnya aku ini ? Di mana sebenarnya tempatku berdiri? Apakah tugasku dalam hidup ?
Di dalam tiga perkara itu, yang ketiga inilah yang amat penting sebab Immanuel Kant pernah mengatakan, “Selidikilah dengan saksama, apakah tugasmu dalam hidup ? Apakah gunanya engkau dilahirkan ke dunia ?”
Setelah saya batasi dalam tiga perkara itu, saya pun berangkat. Sebelum melangkah dari tangga, saya baca wirid yang diajarkan Nabi, “Bismillaah wa'tashamu billaah wa tawakkaltu 'alallaah wa laa haulaa wa laa quwwata ilaa bilaah.*)
Pada hari Ahad, 24 Agustus 1952, pukul 05.00 pagi, berangkatlah saya dengan pesawat KLM “Constellation”
*) “Dengan nama Allah. Berpegang teguh aku kepada Allah. Bertawakal aku kepada Allah. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan, kecuali dengan Allah.”