dari Bandara Kemayoran. Berhenti di Bangkok, Kalkuta, Karachi, Basra, Damaskus, dan Frankfurt. Hari Senin, 25 Agustus, pukul 05.00 sore, sampailah di Bandara Schiphol, Amsterdam. Sehari semalam lamanya berhenti di negeri Belanda, menjadi tamu dari keluarga Tuan Zakaria di Den Haag. Dia adalah pegawai tinggi dari Komisariat Agung Indonesia di Belanda. Sahabat baik saya sejak di Medan.
Hari yang sehari semalam itu telah saya gunakan dengan baik. Dengan ditemani oleh Nyonya Zakaria dan putrinya, dapatlah negeri kecil berjiwa besar itu saya lihat. Bangsa Belanda yang gagah perkasa, yang telah dapat memerintah bangsa lain yang 20 kali lebih besar dari negerinya, 350 tahun lamanya.
Meskipun Indonesia sekarang telah terlepas dari tangannya karena demikian kehendak sejarah, bangsa Belanda tidaklah kehilangan akal. Negerinya yang dihancurleburkan oleh perang dan kependudukan Jerman, sedang dibangun kembali. Di negeri Belanda sehari semalam dapatlah saya mengesani manusia Belanda di tanah Belanda. Namun, jika berjumpa di jalan-jalan, orang-orang tua mungkin pensiunan dari kemegahannya yang hilang, hanya dari orang tua semacam ini sajalah yang masih kelihatan sedikit keangkuhan melihat orang memakai peci. Adapun dari yang muda-muda sudah tak ada lagi. Dialah yang lebih insaf bahwa dunia telah berubah.
Pada hari Selasa, 26 Agustus, pukul 10.00 malam, berangkatlah saya ke New York. Hari Rabu, 27 Agustus, pukul 12.00 siang, sampailah saya di New York. Kedatangan saya telah dielu-elukan oleh beberapa orang wakil dari Departemen Luar Negeri dan wakil dari Konsulat Indonesia di New York, yaitu Saudara Idham, wakil dari Saudara