Sekapur Sirih sebagian mereka menolaknya. Nah, terhadap yang menolak itu al-Qur'an tampil sebagai mukjizat sedang fungsinya sebagai budan ditujukan kepada seluruh umat manusia, namun yang memfungsikannya dengan baik hanyalah orang-orang yang bertakwa: “Alif Lam Mim, itulah (al-Qur'an) kitab yang sempuma, tiada keraguan di dalamnya, dia adalah petunjuk untuk orang-orang bertakwa” (OS. al-Baqarah (2): 1-2). - Masyarakat Islam dewasa ini pun mengagumi al-Qur'an. Tetapi sebagian kita hanya berhenti dalam pesona bacaan ketik2 dilantunkan, seakan-akan kitab suci ini hanya diturunkan untuk dibaca. Memang, wahyu pertama memerintahkan membaca Igra' bismi rabbika, bahkarr kata :gra' diulanginya dua kali, tetapi ia juga mengandung makna telitilah, dalamilah, karena dengan penelitian dan pendalaman itu manusia dapat meraih kebahagiaan sebanyak mungkin. “Kitab yang telah kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka memikirkan ayat-ayatnya dan agar ulul albab mengingat/ menarik pelajaran darinya” (QS. Shad (381: 29). Bacaan hendaknya disertai dengan kesadaran akan keagungan alOur'an, pemahaman dan penghayatan yang disertai dengan tadzakkur dan tadabbur. Al-Qur'an mengecam mereka yang tidak menggunakan akal dan kalbunya untuk berpikir dan menghayati pesan-pesan al-Our'an, mereka itu dinilainya telah terkunci hatinya. “Apakah mereka tidak memikirkan alOurdt, atau hati mereka terkunci?” (9S. Muhammad (47): 20). Umat Nabi Misa dan “Isa as. pun mendapat petunjuk melalui kitab suci, tetapi, “Dj antara mereka ada ummiyyiin, tidak mengetahui al-Kitab kecuali amin?” Begitu kecaman Allah yang diabadikan dalam OS. al-Baqarah (2): 18. Ibn “Abbas menafsirkan kata “ummiyyun” dalam arti tidak mengetahui makna pesan-pesan kitab suci, walau boleh jadi mereka menghafalnya. Mereka hanya berangan-angan atau won, dalam istilah ayat di atas, yang ditafsirkan oleh Ibn “Abbas dengan “sekedar membacanya”. Itulah yang diibaratkan al-Our'an seperti “keledai yang memikul buku-buku” (OS. alJumu'ah (62): 5) atau “Seperti penggembala yang memanggil binatang yang tak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta (maka sebab itu) mereka tidak mengerti” (QS. al-Baqarah (2): 171). Al-Qur'an menjelaskan bahwa di hari Kemudian nanti Rasulullah saw. akan mengadu kepada Allah swt. Beliau berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku/ umatku telah menjadikan al-Qur'An ini sebagai sesuatu yang mahjdra” (QS. al Furqan [25]: 30). vi