Loading...

Maktabah Reza Ervani




Judul Kitab : Tafsir al Mishbah Jilid 1- Detail Buku
Halaman Ke : 60
Jumlah yang dimuat : 623

Surah al-Fatihah (1) Kelompok I ayat 3 disembah dan Maha Esa itu. Tetapi, kedua ayat di atas menggunakan kata ar-Rahmdn untuk yang berhak disembah serta mempersamakannya dengan lafazh Allah. semua itu menunjukkan bahwa kata ar-Rahmdn hanya khusus digunakan untuk Tuhan Yang Maha Esa, tidak untuk selain-Nya. Penulis cenderung menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa baik ar-Rahman maupun ar-Rahim, keduanya terambil di akar kata “Rahmat”. Dalam salah satu hadits qudsi dinyatakan bahwa Allah berfirman: “Aku adalah ar-Rahman, Aku menciptakan rahim, Kusambilkan untuknya nama yang berakar dari nama-Mu, siapa yang menyambungnya (shilaturrahim) akan Ku-sambung (rahmat-Ku) untuknya, dan siapa yang memutuskannya Kuputuskan (rahmat-Ku baginya)” (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi melalui Abdurrahman Ibn Auf). Menurut pakar-pakar bahasa, semua kata yang terdiri dari huruf-huruf rå’ hå’ dan mim, mengandung makna kelemahlembutan, kasih sayang dan kehalusan. Rahmat jika disandang oleh manusia maka 1a menunjukkan kelembutan hati yang mendorongnya untuk berbuat baik. Rahmat lahir dan nampak di permukaan bila ada sesuatu yang dirahmati, dan setiap yang dirahmati pastilah sesuatu yang butuh, karena itu yang butuh tidak dapat dinamai Rapi. Di sisi lain siapa yang bermaksud memenuhi kebutuhan pihak lain tetapi secara faktual dia tidak melaksanåkannya, maka ia juga tidak dapat dinamai Rahim. Bila itu tidak terlaksana karena ketidakmampuannya, maka boleh jadi dia dinamai rahim, ditinjau dari segi kelemahlembutan, kasih sayang dan kehalusan yang menyentuh hatinya, tetapi yang demikian ini adalah sesuatu yang tidak sempurna. Rahmat yang menghiasi diri seseorang, tidak luput dari rasa pedih yang dialami oleh jiwa pemiliknya. Rasa itulah yang mendorongnya untuk mencurahkan rahmat kepada yang dirahmati. Rahmat dalam pengertian demikian adalah rahmat makhluk. Al-Khalig (Allah) tidak demikian. Tetapi, Jangan duga bahwa hal ini mengurangi makna rahmat Tuhan, bahkan di sanalah kesempurnaannya. Rahmat yang tidak dibarengi oleh rasa pedih — sebagaimana rahmat Allah — tidak merupakan kekurangan bagi-Nya, karena kesempurnaan rahmat ditentukan oleh kesempurnaan buah atau hasil rahmat itu saat dianugerahkan kepada yang dirahmati. Dan betapapun Anda memenuhi secara sempurna kebutuhan yang dirahmati, yang bersangkutan ini tidak merasakan sedikit pun apa yang dialami oleh yang memberinya rahmat. Kepedihan yang dialami oleh si pemberi merupakan kelemahan makhluk. Demikian penuturan al-Ghazali. Adapun yang menunjukkan kesempurnaan rahmat Ilahi, walaupun Yang Maha Pengasih


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?