Dua Syahid Lainnya dan Hamas Menyeru untuk Eskalasi dengan Segala Cara
Hamas Seru Eskalasi Total, setelah tentara Israel menewaskan dua warga Palestina dan beberapa lainnya pada awal Desember 2000 ini
rezaervani.com – 2 Desember 2000 – Tentara Israel menewaskan dua warga Palestina, salah satunya di pintu masuk Al-Bireh di Ramallah, Tepi Barat tengah, dan yang lainnya di perlintasan Erez di Jalur Gaza. Sejumlah orang juga terluka dalam bentrokan yang pecah dengan pasukan pendudukan Israel, sementara rakyat Palestina mengantarkan empat syahid yang gugur dalam bentrokan kemarin ke tempat peristirahatan terakhir mereka.
Seorang pejabat di Rumah Sakit Ramallah mengatakan bahwa syahid Syahadah Musa al-Ja’fari, seorang pekerja bangunan, terkena tembakan peluru tajam di leher oleh seorang penembak jitu. Daerah tempat al-Ja’fari terbunuh di pintu masuk Al-Bireh memang kerap terjadi bentrokan harian antara para demonstran Palestina dan tentara pendudukan yang berjaga di sana.
Di Beit Hanoun, Jalur Gaza, tentara Israel menembak Nasser Abu Harbiyyid hingga tewas. Saksi mata menegaskan bahwa pasukan Israel ditempatkan di area tempat syahid itu gugur.
Dengan gugurnya al-Ja’fari dan Abu Harbiyyid, jumlah syuhada Intifada meningkat menjadi 301 warga Palestina sejak meletus pada 28 September lalu.
Selain itu, seorang warga Palestina di Jalur Gaza terluka setelah tentara Israel menembaknya ketika ia berada di dalam mobilnya. Di kota Hebron, Tepi Barat, tiga warga Palestina terluka akibat peluru pasukan pendudukan dalam bentrokan yang terjadi di pusat kota.
Ketegangan di wilayah pendudukan meningkat setelah gerakan Hamas kembali menyerukan untuk melanjutkan Intifada Al-Aqsha dan meningkatkan perlawanan terhadap Israel dengan segala cara.
Kontak antara Clinton dan Barak
Sementara itu, Israel menghadapi tekanan dari Amerika Serikat agar membuka jalan bagi penyelidikan yang dipimpin AS mengenai kekerasan yang telah berlangsung selama sembilan minggu terakhir. Gedung Putih mengumumkan bahwa Perdana Menteri Israel Ehud Barak menegaskan kembali keinginannya untuk mencari penyelesaian menyeluruh atas konflik di Timur Tengah dengan para pemimpin Palestina, dalam percakapan telepon dengan Presiden AS Bill Clinton.
Juru bicara Gedung Putih menegaskan bahwa pembicaraan telepon itu membahas pengiriman komisi pencari fakta mengenai kekerasan di wilayah Palestina, yang masih menghadapi hambatan akibat penolakan Israel. Clinton meminta Barak agar memberi kesempatan bagi komisi yang diusulkan tersebut untuk melaksanakan tugasnya.
Juru bicara itu juga menyatakan bahwa Clinton masih bersedia “melakukan segala yang bisa dilakukan,” termasuk mengundang para pemimpin Israel dan Palestina untuk mengadakan pertemuan puncak baru dengan tujuan memfasilitasi tercapainya penyelesaian konflik selama tujuh minggu terakhir masa jabatannya.
Percakapan telepon antara Clinton dan Barak tersebut bertepatan dengan pertemuan antara penasihat keamanan nasional Gedung Putih Sandy Berger dan Menteri Kehakiman Israel Yossi Beilin, yang menurut sumber-sumber Amerika membahas topik yang sama.
Menanggapi isi pembicaraan telepon antara Clinton dan Barak, Sekretaris Jenderal Kepresidenan Palestina, Tayyib Abdul Rahim, meragukan keseriusan Barak untuk bernegosiasi. Ia mengatakan, “Seseorang yang telah menyia-nyiakan satu setengah tahun, saya tidak percaya bahwa dalam lima puluh hari ia akan siap menebus waktu yang hilang.”
Namun Abdul Rahim menegaskan bahwa Otoritas Palestina siap untuk memulai “perundingan serius” dengan pihak Israel demi mencapai solusi yang adil dan menyeluruh yang didasarkan pada prinsip perdamaian yang komprehensif.
Lima Resolusi Mendukung Palestina
Di sisi lain, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa kemarin mengadopsi dengan mayoritas besar lima resolusi yang mendukung rakyat Palestina dan mengecam kebijakan Israel. Hanya Israel dan Amerika Serikat yang menolak empat resolusi tersebut, sementara negara Zionis itu sendirian menolak resolusi yang berkaitan dengan Yerusalem.
Resolusi itu menyatakan bahwa aneksasi Yerusalem Timur oleh Israel tidak sah dan menyerukan kepada semua negara yang telah membuka kedutaannya di sana untuk mencabut keputusan tersebut.
Majelis Umum juga mengesahkan dengan 149 suara mendukung, dua menolak, dan tiga abstain, sebuah resolusi mengenai penyelesaian damai bagi masalah Palestina. Resolusi itu menekankan pentingnya menjamin “hak menentukan nasib sendiri” bagi rakyat Palestina dan penarikan Israel dari wilayah-wilayah yang didudukinya sejak tahun 1967.
Dalam tiga resolusi lainnya, Majelis Umum juga menyatakan dukungannya terhadap kegiatan-kegiatan PBB yang berkaitan dengan rakyat Palestina.
Sumber : al Jazeera