Apakah Arafat Dibunuh? (Bagian Kedua)
Ibrahim Abu al-Hayja
Artikel Apakah Arafat Dibunuh? ini masuk dalam Kategori Analisa
Situasi Israel.. Problema Menyingkirkan Arafat
Sebaliknya, Israel tidak menyembunyikan niatnya terhadap Arafat sebagaimana kini tidak menyembunyikan kegembiraannya atas berakhirnya masa kepemimpinannya. Bahkan, eliminasi Arafat secara fisik dibahas berulang kali; kadang ditangguhkan dan baru-baru ini disetujui dengan pemilihan cara yang paling tepat untuk itu, bahkan gambarnya dimasukkan dalam daftar likuidasi yang diumumkan berdampingan dengan Ahmed Yassin, Hassan Nasrallah, Shalah dan lainnya.
Data ini bukan rahasia maupun bocoran pers; ini adalah pernyataan dan keputusan yang tercatat di kantor pemerintahan Israel dan dalam risalah resminya. Dengan menelusuri keseluruhan pernyataan Israel dapat kita simpulkan adanya keinginan Israel untuk menyingkirkan Arafat, sementara masalah mekanismenya tetap ada; oleh karena itu kita tidak dapat mengesampingkan kemungkinan pembunuhan Arafat oleh Israel, bahkan hipotesis yang menyangkal hal itulah yang membutuhkan pembuktian, bukan sebaliknya.
Yang mencolok belakangan ini, dan khususnya tahun ini, adalah munculnya penarikan janji yang jelas dari Sharon mengenai tidak menyentuh Arafat. Ia berkata pada 14 April lalu, kira-kira: “Mungkin jawabanku pada awalnya benar, namun pada tahap tertentu dari konflik itu itu adalah sebuah kesalahan, jadi seharusnya aku mengatakan kepada mereka (yang ia maksud Amerika), bahwa aku tidak lagi mampu memenuhi janjiku.” Diikuti pernyataan penting yang perlu diingat sekarang dari Kepala Staf Israel pada awal tahun ini yang memperkirakan bahwa tahun ini akan menjadi tahun terakhir bagi Arafat, tanpa menjelaskan alasan atau bagaimana mencapai itu.
Adapun pernyataan-pernyataan Israel yang menyertai awal sakitnya Arafat bahkan sebelum dipindahkan ke Prancis, mencolok pernyataan Farkash, kepala badan intelijen militer, yang memperkirakan bahwa penyakit Arafat “entah akan menyebabkan kematiannya atau kesembuhannya total.” Perkiraan ini tidak mungkin kebetulan, dan karenanya bukan misteri, karena penyakit yang bisa disembuhkan atau menyebabkan kematian berkaitan dengan serum yang mungkin dapat ditemukan oleh dokter sehingga sembuh, atau mereka gagal dan ia meninggal — dan itu berarti dari pihak tersembunyi adanya tanggung jawab langsung Israel atas sakitnya Arafat.
Israel telah mempersiapkan pembunuhan Arafat dan meyakinkan banyak pihak internasional bahkan Arab dan Palestina bahwa ia merupakan hambatan besar bagi penyelesaian, sehingga semua yang diam terhadapnya atau mempercayainya dan bersorak untuknya secara diam-diam atau terang-terangan adalah rekan dalam pembunuhannya, karena Israel tidak akan berani membunuhnya jika tidak menemukan landasan untuk itu. Oleh karena itu berbahaya bahwa sampai saat ini tidak ada kegaduhan resmi dan populer Arab maupun Palestina mengenai bagaimana ia meninggal, karena yang akan datang lebih berbahaya.
Tujuan Israel dan Amerika Serikat
Belum jelas sejauh mana keterlibatan Amerika dalam tindakan Israel, tetapi yang pasti keputusan strategis seperti ini tidak mungkin dilakukan tanpa adanya koordinasi (Amerika–Israel). Adapun tujuan mempercepat upaya menyingkirkan Arafat juga bukan agenda rahasia. Israel sangat jelas dalam hal ini seperti belum pernah sebelumnya. Di antara alasan-alasan utamanya adalah:
Pertama, Arafat dianggap oleh mereka bukan hanya sebagai seorang individu, tetapi sebagai sebuah tahap. Tahap ini tidak bisa, tidak mau, atau tidak mampu mencapai penyelesaian bertahap yang sesuai dengan pandangan Israel dan pengaturan Amerika.
Kedua, penguasaan oleh arus Palestina yang sejalan dengan tuntutan Israel dan yang dapat menghapus perlawanan tidak mungkin terjadi selama Arafat masih hidup. Ia memiliki legitimasi yang cukup, yang membuat semua upaya dari para penentangnya untuk mengancam kekuasaannya dan memaksanya mundur menjadi tidak berhasil.
Ketiga, menyingkirkan Arafat merupakan pesan bagi kepemimpinan Palestina dan Arab bahwa tidak ada yang bisa berdiri di hadapan rencana Amerika–Israel, dan bahwa apa yang terjadi pada Saddam dan Arafat bisa terjadi pada siapa pun yang menjadi penghalang bagi rencana ini.
Keempat, Israel secara politik tidak memiliki sesuatu yang dapat diberikan kepada rakyat Palestina. Karena itu, yang dibutuhkan adalah kepemimpinan Palestina yang lemah, yang membuat kesepakatan sementara dan janji-janji akhir yang samar, yang bisa diingkari baik dengan turunnya popularitas para pemimpin itu sehingga mudah diganti kapan saja, atau dengan ketergantungan penuh mereka pada lingkaran Israel, sehingga keberadaan dan nasib mereka bergantung pada kehendak dan perlindungan Israel, dengan mencoba menerapkan model seperti di Afghanistan dan Irak di sini.
Kelima, jika semua itu gagal, Israel bertaruh pada memperuncing perbedaan di antara para pemimpin pasca-Arafat dengan mendorong satu pihak melawan pihak lain, sambil melaksanakan rencana pemisahannya seperti yang diinginkannya, dan memindahkan perpecahan Palestina ke negara-negara Arab terdekat, Mesir dan Yordania, sehingga Israel mendapatkan apa yang diinginkannya dan memindahkan masalah Palestina kepada negara-negara Arab terdekat. Dengan demikian, Israel dapat mengakhiri persoalan Palestina dan menjamin kedalaman keamanan, geografis, dan demografis bagi dirinya di wilayah Palestina, dan dengan tekanan Amerika, Israel memperkirakan negara-negara Arab akan menerimanya dengan terpaksa.
Personalisasi krisis, pembesarannya, serta upaya Amerika dan Israel menampilkan contoh penghancuran moral terhadap simbol-simbol nasional dan Islam menunjukkan ketidakmampuan mereka memahami dan menyadari kedalaman hak-hak Palestina dalam kesadaran rakyat Arab dan Islam, serta kemampuan bangsa-bangsa ini untuk mengatasi cobaan mereka dan melawan pihak yang menindas kehendak mereka.
Alhamdulillah selesai rangkaian artikel 2 (Dua) Seri
Sumber : al Jazeera