Mengapa Pihak Pejuang Tidak Menyerang Israel ? (Bagian Ketiga)
Oleh: Sa’id Ziyad – Peneliti dalam bidang politik dan strategi
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Mengapa Pihak Pejuang Tidak Menyerang Israel ? – pertanyaan itu sering diajukan oleh orang-orang yang tidak terlibat langsung pada perang Gaza. Analisa dari Sa’id Ziyad ini cukup komprehensif agar kita bisa memahami hal tersebut
Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kondisi senyap dalam aktivitas militer pejuang Palestina saat ini merupakan bagian dari strategi pertahanan yang sengaja dirancang, bukan disebabkan oleh kelemahan operasional maupun masalah organisasi. Strategi ini ditujukan untuk mencapai tiga tujuan utama: menguras kekuatan musuh (perang atrisi), mempertahankan eksistensi, dan mematahkan semangat tempur pasukan penjajah.
Apa yang sebelumnya efektif sebagai strategi pertahanan bagi pejuang Palestina di bulan-bulan awal perang, tidak lagi relevan untuk diterapkan pada situasi sekarang. Oleh karena itu, pilihan untuk meninggalkan sebagian wilayah dan melakukan penarikan pasukan secara taktis ke area pertahanan yang lebih dalam menjadi lebih diutamakan daripada bertahan habis-habisan di semua lapisan pertahanan — dari garis terluar hingga jantung wilayah pertahanan.
Langkah ini dilakukan agar pejuang Palestina dapat menyiapkan serangan balasan yang lebih mematikan, serta menimbulkan kerugian sebesar mungkin di pihak musuh saat kesempatan terbaik datang.
Pola pertahanan seperti ini memungkinkan pejuang Palestina untuk menggunakan sumber daya mereka secara optimal — terlebih setelah sebagian besar sumber daya tersebut telah banyak dikuras dalam pertempuran sebelumnya. Strategi ini juga memungkinkan mereka untuk meminimalisir kerugian baik dari sisi peralatan maupun korban jiwa, sehingga mereka mampu mempertahankan kemampuan tempur selama mungkin.
Jika pola pertahanan ini terbukti berhasil, maka strategi tersebut akan menjadi alat yang sangat efektif untuk memperkuat posisi pejuang Palestina dalam konteks politik dan militer, terutama dalam proses negosiasi.
Sebab, ketika pasukan pertahanan mampu menunjukkan ketahanan mereka dalam menghadapi tekanan musuh, sekaligus mampu melancarkan serangan defensif secara terukur dan terencana, hal itu menjadi bukti bahwa mereka masih memegang kendali inisiatif strategis. Kondisi ini akan memberikan keunggulan bagi kepemimpinan politik pejuang Palestina dalam perundingan, karena menunjukkan bahwa kekuatan militer mereka bukan hanya bertahan, tetapi juga mampu mengatur ritme pertempuran sesuai perhitungan mereka sendiri.
Dengan demikian, keberhasilan pola pertahanan ini tidak sekadar menunjukkan kemampuan bertahan, tetapi juga mencerminkan dinamika tempur yang canggih, yang mampu memaksa musuh untuk menyesuaikan diri dan bahkan mengubah kembali perhitungan keseimbangan kekuatan di medan perang.
Selain itu, strategi ini juga memiliki dampak psikologis dan politik yang signifikan di dalam negeri Israel. Masyarakat Israel kini tidak lagi memberikan legitimasi penuh kepada tentaranya sebagaimana di awal perang. Mereka juga menjadi semakin sensitif terhadap kerugian pasukan militer, lebih dari waktu-waktu sebelumnya sepanjang perang ini berlangsung. Hal ini disebabkan oleh anggapan yang semakin kuat di kalangan publik Israel bahwa perang yang terjadi saat ini tidak lagi bermanfaat bagi eksistensi negara mereka, melainkan hanya melayani kepentingan pribadi Perdana Menteri Netanyahu dan kelompok sayap kanan Israel.
Di sisi lain, strategi ini juga berkontribusi dalam menekan sikap Amerika Serikat yang sejak awal sudah menunjukkan keraguan terhadap efektivitas operasi militer dalam perang ini. Baik pemerintahan Amerika sebelumnya maupun yang sekarang memiliki pandangan yang sama, bahwa operasi militer saja tidak akan mampu mencapai tujuan akhir dari perang ini, dan bahwa penyelesaian politik adalah jalan utama dan paling penting.
Hal ini pernah ditegaskan secara terang-terangan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat saat itu, Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat saat itu, Lloyd Austin. Keduanya menyatakan bahwa capaian-capaian taktis yang berhasil diraih oleh tentara Israel dalam operasi militernya di Gaza bukan hanya berpotensi hilang begitu saja, tetapi bahkan bisa berubah menjadi kekalahan besar apabila tidak segera dimanfaatkan dan dikonsolidasikan melalui jalur politik.
— Alhamdulillah, selesai rangkaian artikel 3 (Tiga) Seri —