Bagaimana Yahudi Memanipulasi Agama dan Pemikiran demi Kepentingan Mereka ? (Bagian Pertama)
Oleh : Utsman Suhban
rezaervani.com – Bagaimana Yahudi Memanipulasi Agama dan Pemikiran ? Orang-orang Yahudi selalu berlindung di balik identitas orang lain—baik sebagai Kristen maupun Muslim—selama hal itu menguntungkan mereka. Tujuannya agar mereka tidak membangkitkan kecurigaan kaum non-Yahudi (umam) terhadap mereka jika mereka mengetahui bahaya Yahudi terhadap kepentingan mereka. Menyamar melalui agama-agama adalah metode yang telah dikenal dalam sejarah mereka dan bukan hal yang baru, selama hal itu dapat melayani kepentingan mereka.
Orang-orang Yahudi di Inggris, misalnya, dahulu menyembunyikan identitas mereka sebagai pemeluk agama Yahudi apabila mereka ingin menduduki jabatan tinggi di Inggris, karena hukum Inggris saat itu tidak mengizinkan orang Yahudi untuk memegang posisi tersebut. Perdana Menteri Benjamin Disraeli adalah salah satu dari mereka. Ia menyembunyikan keyakinannya terhadap ajaran Yahudi dan tidak pernah mengaku bahwa dirinya seorang Yahudi. Bahkan lebih dari itu, sebagian dari mereka bahkan menghadiri gereja walau mereka Yahudi, bukan karena keyakinan, melainkan demi kepentingan Yahudi semata.
Seperti yang telah kami katakan, penyamaran melalui agama-agama adalah metode yang dikenal dalam sejarah orang Yahudi dan bukan hal yang baru, selama hal itu menguntungkan mereka. Sejarah mereka dengan agama Kristen adalah sama dengan sejarah mereka dengan Islam dan dengan semua agama serta mazhab lainnya. Mereka memerangi Islam pada awalnya, sebagaimana mereka memerangi Kristen, secara lahiriah dengan peperangan yang paling sengit. Namun, ketika mereka gagal, mereka berbalik berpura-pura damai—padahal kedamaian itu lebih berbahaya daripada perang yang tampak.
Di antara mereka bahkan ada yang memeluk Islam, sebagai contoh pada masa Khulafaur Rasyidin dan sesudahnya, seperti Ka‘b al-Ahbar. Yahudi ini, yang menyamar sebagai Muslim, menafsirkan Al-Qur’an dan meriwayatkan berbagai kisah. Ia memenuhi semua itu dengan apa yang oleh kaum Muslim disebut sebagai Israiliyyat. Banyak Yahudi setelahnya mengikuti langkahnya, hingga membersihkan buku-buku Islam dari Israiliyyat menjadi beban berat yang ditanggung oleh puluhan kelompok dari kalangan yang bertekad kuat.
Kemudian, Ka‘b al-Ahbar inilah yang ikut dalam konspirasi pembunuhan Umar (bin al-Khattab), dan dengan tipu daya memberitahunya tentang hal tersebut tiga hari sebelum kejadian. Ia mengatakan bahwa ia melihat hal itu dalam Taurat. Ketika Umar merasa heran mengapa namanya disebut di dalamnya, Ka‘b berkelit bahwa yang disebutkan adalah sifat atau cirinya, bukan namanya. Ia bahkan berwasiat kepada Umar agar menunjuk pengganti sebelum wafatnya (dan siapa tahu, mungkin saja ia sendiri menginginkan jabatan khalifah karena kedudukannya di sisi Umar). Dan kemudian Umar pun dibunuh tiga hari setelahnya, sebagaimana waktu yang telah ditentukan oleh Ka‘b.
Setelah itu, terjadi pula penyesatan terhadap ‘Utsman, dan juga terhadap tokoh-tokoh besar kaum Muslim lainnya. Abdullah bin Saba—yang juga seorang Yahudi yang menyamar sebagai Muslim—memulai aktivitas jenis lain. Ia mengobarkan kemarahan kaum Muslim terhadap khalifah mereka, ‘Utsman, karena bid‘ah-bid‘ah yang dilakukan olehnya. Ketika ia diusir dari salah satu negeri, ia berpindah ke negeri lainnya dan melanjutkan aktivitasnya yang mengerikan. Dalam perpindahannya antara Irak, Mesir, dan Syam, ia membentuk “sel-sel rahasia” yang membalas dendam terhadap ‘Utsman dan menghasut kebencian terhadapnya secara langsung.
Ia pun membujuk sebagian sahabat Nabi yang utama dari sisi kelemahan yang tampak pada mereka, agar mereka turut menyebarkan ajarannya. Ia menghasut kalangan rendahan untuk membenci para tokoh, dan merusak kepercayaan antar sesama Muslim, hingga akhirnya peristiwa pembunuhan ‘Utsman terjadi dan kaum Muslim terpecah menjadi berbagai kelompok. Ia juga memprovokasi kelompok-kelompok yang berseteru agar saling menyerang dan berperang.
Dari sisi lain, ia aktif dalam menyebarkan doktrin-doktrin lapangan yang merusak Islam. Ia menyerukan bahwa Nabi akan kembali setelah wafatnya. Dan ketika Ali dibunuh, ia mengingkari kematian itu, meskipun kepadanya dibawa kepala Ali sebanyak tujuh puluh kali. Begitulah umat Islam tertipu, hingga mereka memenuhi buku-buku mereka dan akal pikiran mereka dengan khurafat-khurafat dari Taurat.
Hal yang sama pula dilakukan orang-orang Yahudi terhadap umat Kristiani dan lainnya dari berbagai mazhab. Mereka menyusup dari balik Islam dan Kristen, sampai-sampai banyak dari kalangan Muslim dan Kristen yang mengakui kesucian kitab-kitab mereka (Yahudi).
Propaganda Yahudi telah berhasil menanamkan banyak akidah dan aliran dengan cara yang menguntungkan kepentingan mereka. Maka, kita dapat melihat semangat loyalitas dan pengagungan terhadap Bani Israil dan tempat-tempat suci mereka menguasai sebagian situs-situs suci Kristen. Oleh sebab itu, banyak orang Kristen—juga banyak kaum Muslim—berani tidak menyikapi perbuatan orang-orang Israel dengan pandangan yang benar dan dengan hukuman yang tegas, karena mereka meyakini bahwa semua itu adalah kehendak Tuhan.
Dan karena pembahasan mengenai preferensi ini serta penguatannya dengan bukti-bukti tidak mungkin termuat kecuali dalam sebuah artikel yang sangat besar, maka kita langsung melompat jauh ke zaman modern kita. Kita akan mendapati bahwa mereka berada di balik setiap mazhab, filsafat, teori, dan segala aktivitas manusia. Mereka menyebarkan prinsip-prinsip persaudaraan, kebebasan, dan kesetaraan ketika mereka merasakan adanya penindasan.
Dan setiap kali muncul sebuah mazhab yang membahayakan mereka, baik secara langsung maupun tidak, mereka membinasakannya, atau mereka menakwilkannya dengan cara yang merusaknya dan menguntungkan mereka. Dan setiap ide yang secara langsung menguntungkan mereka, mereka promosikan ke seluruh penjuru dunia, dan mereka tinggikan sosok yang menyuarakannya—walaupun orang itu sebelumnya hina di hadapan para guru budaya dunia.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : al Jazeera